Abortus

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

A.    Definisi
Abortus yaitu bahaya atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 ahad atau berat janin kurang dari 500 gram. (2)

B.     Etiologi
Abortus sanggup terjadi lantaran beberapa sebab, yaitu :
·   Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menimbulkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menimbulkan kelainan ini adalah:
Ø  Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
Ø  Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Ø  Pengaruh teratogen jawaban radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
·   Kelainan pada plasenta, contohnya endarteritis vili korialis lantaran hipertensi menahun
·   Faktor maternal, menyerupai pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
·   Kelainan traktus genetalia menyerupai inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C.    Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menimbulkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi sanggup dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 hingga 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan tepat dan menjadikan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam aneka macam bentuk, menyerupai kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak terperinci bentuknya (blighted ovum) janin lahir mati,janin masih hidup,mola kruenta,fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D.    Manifetasi Klinis
  • Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
  • Pemeriksaan fisik : KU lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu tubuh normal atau meningkat.
  • Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
  • Rasa mulas atau kram perut di kawasan atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang jawaban kontraksi uterus
  • Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva        : perdarahan pervaginam, ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium / tidak busuk busuk dari vulva
b. Inspekulo               : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina          : porsio masih terbuka /sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri ketika porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglas tidak menonjol & tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
  • Tes kehamilan : kasatmata bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 ahad sesudah abortus
  • Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
  • Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
E.     Komplikasi
  • Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
  • Pada missed abortion dengan retensi usang hasil konsepsi sanggup terjadi kelainan pembekuan darah
F.     Jenis-jenis abortus
     Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus di bagi atas:
1.   Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. Abortus iminens merupakan kejadian terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Tanda dan gajala : Perdarahan memalui OUE disertai mules sedikit, uterus membesar sesuai umur kehamilan, serviks belum membuka dan kehamilan kasatmata (Winkjosastro, 2006 :305).

Abortus yaitu bahaya atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari  ABORTUS
Penanganan:
a) Tidak perlu penanganan khusus atau tirah baring total
b) Jangan melaksanakan acara fisik hiperbola atau korelasi seksual
c) Jika perdarahan: 
Berhenti : Lakukan asuhan antenatal menyerupai biasa.
Terus berlangsung : Nilai kondisi janin (uji kehamilan/ USG).
2.   Abortus insipiens, bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks.
Abortus Insipiens (Keguguran Sedang Berlangsung) yaitu perdarahan dari uterus sebelum kehamilan 20 ahad dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat.
Tanda dan tanda-tanda : perdarahan bertambah banyak, rasa mules menjadi lebih sering dan berpengaruh serta dilatasi serviks meningkat (Winkjosastro, 2006, hal. 307).

Abortus yaitu bahaya atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari  ABORTUS
Penanganannya:
a) Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan penyelamatan uterus dengan aspirasi vakum manual (AVM). Jika penyelamatan tidak sanggup segera dilakukan:
(1) Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 400mg per oral
(2) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
(1) Tunggu ekspulsi impulsif hasil konsepsi, kemudian penyelamatan sisa-sisa hasil konsepsi
(2) Jika perlu lakukan impus 20 unit oksotosin dalam 500mg cairan IV (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3.   Abortus inkomplit,
Abortus Inkomplit yaitu pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 ahad dengan masihada sisa tertinggal dalam uterus.
Tanda dan tanda-tanda : Kanalis servikalis terbuka, jaringan sanggup diraba dalam kavum uteri atau adakala sudah menonjol dalam OUE, perdarahan sanggup banyak sehingga menimbulkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan (Wiknjosastro, 2006, hal. 307).
Abortus yaitu bahaya atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari  ABORTUS
Penanganan :
a) Hasil konsepsi uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, benjol atau sepsis)
b) Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan pada ukuran sedang, sanggup dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, sesudah itu penilaian perdarahan:
(1) Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2mg IM atau misoprostol 400mg per oral.
(2) Bila perdarahan terus berlangsung, penyelamatan sisa hasil konsepsi dengan AVM (Aspirasi Vakum Manual). Pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin. 
(3) Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis (Ampicilin 500mg per oral atau Doksisiklin 100mg)
(4) Bila ada infeksi, beri ampicilin 1 gram dan metronidasol 500mg setiap 8 jam
(5) Bila terjadi perdarahan jago dan usia gestasi dibawah 16 minggu, segera lakukan penyelamatan dengan AVM
(6) Bila pasien tanpa anemik berikan sulfasferrosus 600mg per hari selama 2 ahad (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat) (Syaifuddin AB, 2006: 149-150)
4.   Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
Abortus Kompletus (Keguguran lengkap) yaitu abortus seluruh hasil konsepsi telah telah dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga ruang rahim kosong.
Tanda dan tanda-tanda : Perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, hasil konsepsi telah keluar dengan lengkap (Winkjosastro, hal. 308).
Abortus yaitu bahaya atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari  ABORTUS
5.   Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 ahad atau lebih.   (2)
Abortus yaitu bahaya atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari  ABORTUS
Penanganan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari aneka macam faktor, menyerupai apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia sanggup terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan lantaran tidak jarang perempuan yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin semoga janin secepatnya dikeluarkan
6.      Abortus habitualis (keguguran berulang) yaitu keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Penanganan :
Memperbaiki keadaan umum, pertolongan masakan yang bergizi, anjuran istirahat yang cukup, larangan koitus dan olah raga. Merokok dan minum alkohol dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeter terapinya yaitu operatif : SHIRODKAR atau Mc DONALD (Cervical Cerclage).
7.      Abortus infeksiosus dan abortus septik
Abortus infeksiosus yaitu keguguran yang disertai benjol genital.
Penanganan:
Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pembiakan dan uji kepekaan obat) :
a) Berikan suntikan penisilin l juta satuan tiap 6 jam.
b) Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam atau antibiotik spectrum luas lainnya.
24 – 28 jam sesudah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak, lakukan dilatasi dan kuretase pengeluaran hasil konsepsi.infus dan pertolongan antibiotika diteruskan berdasarkan kebutuhan dan kemajuan penderita.
8.      Abortus septik yaitu keguguran disertai benjol berat dengan penyebaran basil atau toksinya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
Penanganan:
Pada abortus septik terapi sama saja hanya takaran dan jenis antibiotika ditinggikan dan yang tepat sesuai hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.Tindakan operatif,
dilakukan melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan, dilakukan bila keadaan umum dan panas mulai mereda.

Proses abortus sanggup berlangsung spontan (suatu kejadian patologis), atau artifisial / terapeutik (suatu kejadian untuk penatalaksanaan persoalan / komplikasi).
Abortus impulsif diduga disebabkan oleh :
  • kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
  •  infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
  •  gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
  •  oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
G.    DIAGNOSTIK
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, contoh siklus haid, ada tidak tanda-tanda / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : perempuan usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam asing HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. jikalau keadaan umum jelek lakukan resusitasi dan stabilisasi segera.
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium.
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk investigasi penunjang.
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa sanggup dimasukkan ke dalam ostium dengan gampang / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks).

H.    Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) bekerjasama dengan terjadinya abortus
1.      Usia ibu yang lanjut
2.      Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3.      Riwayat infertilitas
4.      Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5.      berbagai macam benjol (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6.      paparan dengan aneka macam macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7.      trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8.      kelainan kromosom (trisomi / monosomi)(1)

DAFTAR PUSTAKA
K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Abortus"

Posting Komentar