Ibu Hamil Dengan Penyakit Jantung

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280



IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG

 tekenan pada vena jugularis yang meningkat IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG

@   Tanda dan Gejala
Lelah, penurnan tolernsi latihan, dispnea, ortopnea, pusing kadang sinkop, takikardi, tekanan denyut lebar, edema perifer, tekenan pada vena jugularis yang meningkat. (3)

@   Etiologi
Lesi  kongenital bertanggung jawab pada > 50 % penyakit jantung dalam kehamilan.
Penyebab lainnya antara lain : arteri koroner, hipertensi, disfungsi tiroid (8)

@   Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
a.       Kelas I
s  Tanpa pembatasan kegiatan fisik
s  Tanpa tanda-tanda penyakit jantung pada kegiatan biasa
b.       Kelas II       
§  Sedikit pembatasan kegiatan fisik
§  Saat istirahat tidak ada keluhan
§  Pada kegiatan fisik biasa timbul tanda-tanda isufisiensi jantung seperti: kelelahan, jantung berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas atau angina pectoris
c.       Kelas III
F   Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik
F   Saat istirahat tidak ada keluhan
F   Pada aktifitas fisik ringan sudah menjadikan tanda-tanda insufisiensi jantung
d.      Kelas IV
-    Tidak bisa melaksanakan acara fisik apapun


@   Penanggulangan
Bagi penderita yang penyakitnya tidak berat dan tidak memiliki riwayat obstetric jelek cukup dikuasai dengan diet saja dan diperlukan sanggup lahir aterm. Lebih dari itu, sebaiknya dilakukan induksi persalinan alasannya prognosis jadi lebih buruk. Jika diabetes lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sekitar pada umur kehamilan 36 – 38 minggu. Dan jikalau disertai komplikasi maka diakhiri lebih dini lagi dengan induksi maupun sectio Caesarea.
Secara garis besar penatalaksanaan meliputi mengurangi beban kerja jantung dengan tirah baring, (9)

Penatalaksanaan dilakukan menurut klasifikasinya yaitu :
Q   Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Q   Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk.
Kedua kelas ini sanggup meneruskan kehamilan hingga cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam sesudah makan, membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua ahad sekali dan seminggu sekali sesudah 36 minggu. Rawat pasien di RS semenjak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih yakni epidural
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit.
Pada kala II sanggup impulsif bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak sanggup tidak boleh meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera
Tidak diperbolehkan menggunakan ergometrin alasannya kontraksi uterus yang bersifat tonik akan mengakibatkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar
Q   Kelas III
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 ahad sanggup diberikan diuretic
Q   Kelas IV
Harus dirawat di RS
Kedua kelas ini tidak boleh hamil alasannya resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus hingga anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis dan diuretic biasanya tanda-tanda gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih kondusif namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi tidak boleh bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada perempuan hamil dikala yang paling baik yakni trimester II namun berbahaya bagi bayinya alasannya sesudah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus  dan akan mengakibatkan ancaman perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih yakni heparin secara SC, hati-hati memperlihatkan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung alasannya sanggup mengakibatkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.

@   Komplikasi
Pada ibu sanggup terjadi : gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, abortus.
Pada janin sanggup terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score rendah, pertumbuhan janin terhambat. (7)



DAFTAR PUSTAKA

3)            Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
7)            Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
8)            Norwitz, Errol dan John O Schorge. 2008. At A Glance Obstetri  & Ginekologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.



Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Ibu Hamil Dengan Penyakit Jantung"

Posting Komentar