Pengukuran Perilaku

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes



2.1  Konsep Perilaku
   2.1.1 Pengertian Perilaku
       Perilaku yaitu suatu hal yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik sanggup diamati secara eksklusif atau secara tidak langsung. Hal ini berarti bahwa sikap gres terjadi apabila ada sesuatu yang diharapkan untuk menjadikan reaksi, yaitu yang disebut rangsangan. Dengan demikian, rangsangan maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau sikap tertentu (Notoatmodjo, 2010).
       Perilaku yaitu respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang sanggup diamati dan memiliki frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan banyak sekali faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
              2.1.2  Bentuk Perilaku
          Bentuk sikap sanggup dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a.    Perilaku Tertutup (covert behavior)
      Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum sanggup diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” yang sanggup diukur  adalah pengetahuan dan sikap.
b.    Perilaku Terbuka (overt behavior)
              Perilaku terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik, ini sanggup diamati orang lain dari luar  atau “observable behavior”.
   (Notoatmodjo, 2010)
           2.1.3  Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
       Bentuk perubahan sikap sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang dipakai oleh para jago dalam pemahamannya terhadap perilaku. Di bawah di uraikan bentuk-bentuk perubahan sikap berdasarkan WHO. Menurut WHO perubahan sikap itu dikelompokkan menjadi 3, yakni :
a.    Perubahan Alamiah (natural change)
   Perilaku insan selalu berubah, dimana sebagai perubahan itu disebabkan lantaran insiden alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
b.     Perubahan Rencana (planned change)
    Perubahan sikap ini terjadi lantaran memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c.     Kesediaan untuk Berubah (readiness to change)
    Apabila terjadi suatu penemuan atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi yaitu sebagai orang sangat cepat untuk mendapatkan penemuan atau perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagai  orang lagi sangat lambat untuk mendapatkan penemuan atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan lantaran ada pada setiap  orang memiliki kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).
2.1.4  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
       Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.    Faktor Internal
Faktor internal yang besar lengan berkuasa dalam pembentukan sikap dikelompokkan menjadi faktor biologis dan psikologis.
1.    Faktor Biologis
Perilaku atau kegiatan insan dalam masyarakatnya merupakan warisan struktur biologis dari orang tuanya atau yang menurunkannya.
2.    Faktor Psikologis
Faktor psikologis yaitu faktor internal yang sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor-faktor psikologis tersebut yaitu sebagai berikut : 
a)    Sikap
Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis lantaran merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi
b)    Emosi
Emosi menawarkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis yang lain.
 c)    Kepercayaan
Kepercayaan disini diartikan sebagai keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan dibuat oleh  pengetahuan, kebutuhan dan keinginan.
d)    Kebiasaan
Kebiasaan yaitu aspek sikap yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan.
e)    Kemauan
Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan perjuangan orang untuk mencapai tujuan.
f)     Pengetahuan
Hasil dari pengindraan yang diwujudkan melalui sikap untuk mendapatkan suatu harapan tujuan.
b.    Faktor  Eksternal
       Faktor eksternal disebut juga faktor situasional yang meliputi faktor lingkungan dimana insan itu berada atau bertempat tinggal, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor-faktor situasional ini di kelompokkan menjadi : 
1)    Faktor ekologis
Keadaan alam, geografis, iklim, cuaca dan sebagainya mempengaruhi sikap orang.
2)    Faktor desain dan arsitektur
Struktur dan bentuk bangunan, teladan pemukiman sanggup mempengaruhi teladan sikap insan yang tinggal didalamnya.
 3)    Faktor temporal
Terbukti adanya imbas waktu terhadap bioritme manusia,  yang alhasil mempengaruhi perilakunya.
4)    Suasana sikap (behavior setting)
Tempat keramaian, pasar, mal, tempat ibadah, sekolah/kampus, kerumunan massa akan membawa teladan sikap orang.
5)    Faktor teknologi
Perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi akan besar lengan berkuasa pada teladan sikap orang.
6)    Faktor sosial
Peranan faktor sosial yang terdiri dari struktur umur, pendidikan, status, sosial, agama dan sebagainya akan besar lengan berkuasa pada sikap seseorang. Faktor sosial ini juga meliputi lingkungan sosial yang disebut iklim sosial (social climate). 
(Notoatmodjo, 2010)
2.1.5  Domain Perilaku Kesehatan
                                    Menurut Benyamin Bloom spesialis psikologi pendidikan membagi sikap ke dalam 3 domain, ranah atau daerah yakni : ranah kognitif (cognitive domain), ranah efektif (affective domain), ranah psikomotor (psychomotor domain).
                             Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah sikap sebagai berikut :
 a.    Pengetauan (knowledge)
Pengetahuan yaitu hasil pengindraan insan atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, pendengaran dan sebagainya).
b.    Sikap (attitude)
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi sikap (tindakan) atau reaksi tertutup.
c.    Tindakan atau praktik (pracitice)
Sikap yaitu kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, lantaran untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya akomodasi atau sarana dan prasarana (Notoadmodjo, 2010).
2.1.6   Perilaku Kesehatan
       Perilaku kesehatan yaitu semua acara atau kegiatan seseorang baik yang sanggup diamati (observable) maupun yang tidak sanggup diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
              Becker (1997) menciptakan penjabaran ihwal sikap kesehatan dan  membedakan menjadi tiga, yaitu :
a.    Perilaku sehat (healthy behavior)
Perilaku sehat yaitu perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.

b.    Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit yaitu berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau memiliki problem kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau mengatasi problem kesehatan yang lain.
c.    Perilaku kiprah orang sakit (the sick role behavior)
Hak dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan sikap kiprah orang sakit (Notoadmodjo, 2010).
2.1.7      Tingkatan Perilaku :
      Menurut Notoatmodjo, 2007.Tingkatan sikap dibagi menjadi :
a.    Persepsi ( perception)
Mengenal dan menentukan banyak sekali objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil yaitu merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu sanggup menentukan kuliner yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
b.    Perilaku terpimpin (guided response) 
Apabila Subyek atau  seseorang telah melaksanakan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau memakai panduan. Misalnya, seorang ibu mengusut kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya. Seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, yaitu masih disebut sikap terpimpin.
c.    Perilaku secara prosedur (mechanism)
Apabila subyek atau seseorang telah melaksanakan atau memprktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut sikap atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan. Seorang anak secara otomatis menggosok gigi sesudah makan, tanpa disuruh oleh ibunya.
d.    Adopsi (adoption)   
Adopsi yaitu suatu sikap atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau prosedur saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau sikap yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak menentukan materi kuliner bergizi meskipun materi kuliner tersebut murah harganya.
Pengukuran sikap sering dipakai yaitu skala dengan skala ini akan diperoleh balasan yang tegas yaitu sering, selalu, kadang kala dan jarang. Penelitian memakai skala likert dilakukan bila ingin mendapatkan balasan yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dinyatakan.
Skala ini sanggup pula dibuat checklist atau pilihan ganda. Pertanyaan yang bernilai positif: sering diberi skor-4, selalu diberi skor-3, jarang diberi skor-2, dan tidak pernah diberi skor-1 dan pernyataan yang bernilai negatif: sering diberi skor-1, selalu diberi skor-2, jarang diberi skor-3, dan tidak pernah diberi skor-4.
2.1.8      Cara Pengukuran Perilaku  
Menurut (Azwar, 2008), pengukuran sikap yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka sanggup dipakai untuk mengungkapkan sikap kelompok responden. Kriteria pengukuran sikap yaitu:
a.    Perilaku positif jikalau nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean
b.    Perilaku negatif jikalau nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean
Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuin, yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.
Dengan skor balasan :
1.    Jawaban dari item pernyataan sikap positif
a)    Selalu (SL) jikalau responden sangat oke dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 4
b)    Sering (SR) jikalau responden oke dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 3
c)    Jarang (JR) jikalau responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 2
d)    Tidak Pernah (TP) jikalau responden tidak oke dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 1
2.    Jawaban dari item pernyataan untuk sikap negatif
a)    Selalu (SL) jikalau responden sangat oke dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 1
b)    Sering (SR) jikalau responden oke dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 2
c)    Jarang (JR) jikalau responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 3
d)    Tidak Pernah (TP) jikalau responden tidak oke dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui balasan kuesioner skor 4
Penilaian sikap yang didapatkan jikalau :
1)    Nilai > 50, berarti subjek berperilaku positif
2)    Nilai < 50 berarti subjek berperilaku negatif

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2002. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Aziz A. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar S. 2003. Metodologi Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Dina, 2007, Psikologi Kebidanan Wanita Untuk Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta
Enkin. 2010. Asuhan Sayang Ibu. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat  A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Mander R. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC.
Nolan M. 2003. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan.
 Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Notoadmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineke Cipta.
Notoadmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.
Perry, Potter. 2010. Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba Medika.
Simkin P, dkk. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta: Arcan.
Solikhah U. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sumarah. 2009. Asuhan Persalinan dan Kehamilan. Jakarta: EGC.
Rustam. 2006. Asuhan Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Saifudin, Abdulbari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarya : YBP-SP.
DepKes. 2006. Angka Kematian Ibu Menurut Depkes.http://j3ffunk.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013
DepKes. 2006. Prevelensi Nyeri Persalinan di Indonesia. http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
LB3KIA. 2006. Prevalensi Nyeri Persalinan di Jawa Timur.  http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
Prawirohardjo S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridarsa Printer.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 71-80.
WHO. 2009. Angka Kematian Ibu Menurut WHO. http://www.antaranews.com diakses pada tanggal 15 Januari 2013.

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Pengukuran Perilaku"

Posting Komentar