Konsep Menarik Diri

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes


KONSEP MENARIK DIRI

1. Pengertian menarik diri
Gangguan kekerabatan sosial: menarik diri merupakan suatu gangguan kekerabatan interpersonal yang terjadi akhir adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menjadikan sikap maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam bekerjasama social (Sujono & Teguh, 2009).

Sedangkan berdasarkan acuan yang lain menyampaikan bahwa isolasi sosial yaitu pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam (Nanda, 2009).

Ada juga pendapat yang mengemukakan bahwa  Isolasi sosial : menarik diri merupakan kondisi saat individu atau kelompok mengalami, atau mencicipi kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibatdalam acara bersama orang lain, tetapi tidak bisa mewujudkannya (Carpenito, 2009).

Jadi, isolasi sosial : menarik diri yaitu gangguan bekerjasama yang ditandai dengan isolasi sosial dan perjuangan untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa ia kehilangan kekerabatan erat dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi rasa, pikiran, prestasi, dan  kegagalan. Kondisi tersebut menjadikannya mengalami kesulitan untuk  berhubungan dengan orang lain.

2. Rentang respon.

a. Respon adaptif
Respons adaptif yaitu respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan dilema dalam batas normal.

1. Menyendiri
Respon yang diharapkan untuk memilih apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan memilih langkah berikutnya.

2. Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk memilih dan memberikan ide-ide individu.

3. Kebersamaan
Suatu keadaan dalam kekerabatan interpersonal di mana individu tersebut bisa untuk memberi dan menerima.

4. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan individu dengan orang lain dalam kekerabatan interpersonal.


b. Respon yang berada di tengah antara sehat – sakit
1. Kesepian
Berkurangnya keintiman akhir tragedi yang bersifat subjektif sehingga individu sulit bekerjasama dengan orang lain.

2. Menarik diri
Menghindari interaksi dengan orang lain.

3. Ketergantungan
Merasa tergantung dan tidak bisa mengambil keputusan.

c. Respon maladaptif
Respons maladaptif yaitu respon yang dilakukan individu dalam menuntaskan dilema yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Karekteristik dari sikap maladaptif tersebut adalah:

1. Manipulasi
Orang lain diperlakukan ibarat objek, kekerabatan terpusat pada dilema pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.

2. Impulsif
Tidak bisa merencanakan sesuatu, tidak bisa mencar ilmu dari pengalaman, penilaian yang buruk, tidak sanggup diandalkan.

3. Narsisisme
Harga diri yang ringkih secara terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, murka bila orang lain tidak mendukung.

3. Penyebab menarik diri
Ada beberapa hal yang sanggup mengakibatkan timbulnya menarik diri, adapun faktor tersebut adalah, antara lain :

a. Faktor predisposisi
Menurut Sujono & Teguh (2009 ), faktor predisposisi pada gangguan isolasi sosial : menarik diri yaitu :
1. Faktor perkembangan
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus terpenuhi. Apabila kiprah tersebut tidak terpenuhi maka akan mensugesti kekerabatan sosial, contohnya anak yang kurang kasih sayang, dukungan, perhatian, dan kehangatan dari orang bau tanah akan menunjukkan rasa tidak kondusif dan menghambat rasa percaya.

2. Faktor biologis
Organ badan sanggup mensugesti terjadinya gangguan kekerabatan sosial, contohnya kelainan struktur otak dan struktur limbik diduga mengakibatkan skizofrenia. Pada klien skizofrenia terdapat citra struktur otak yang absurd otak atropi, perubahan ukuran dan bentuk sel limbik dan tempat kortikal.

3. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah di dalam keluarga atau lingkungan sanggup mengakibatkan gangguan kekerabatan sosial, misalkan pada pasien lansia, cacat, dan penyakit kronis yang diasingkan dari lingkungan.

4. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor  pendukung terjadinya gangguan dalam kekerabatan sosial. Dalam teori ini yang termasuk dilema dalam berkomunikasi sehingga, menjadikan ketidak jelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga mendapatkan pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk bekerjasama dengan lingkungan diluar keluarga.

b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi pada klien dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri, berdasarkan Sujono & Teguh ( 2009 ) yaitu :

1. Stresor sosial budaya
Adalah stres yang ditimbulkan oleh sosial dan budaya masyarakat. Kejadian atau perubahan dalam kehidupan sosial budaya memicu kesulitan bekerjasama dengan orang lain dan cara berperilaku.

2. Stresor psikologi
Adalah stres yang disebabkan lantaran kecemasan yang berkepanjangan dan  individu tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.

4. Manifestasi klinis menarik diri
Gangguan isolasi sosial : menarik diri mempunyai batasan  karakteristik, berdasarkan buku panduan diagnosa keperawatan NANDA (2009-2011) meliputi:

a. Data Obyektif :
1)    Tidak ada proteksi dari orang yang penting (keluarga, teman,kelompok)
2)    Perilaku permusuhan
3)    Menarik diri
4)    Tidak komunikatif
5)    Menunjukan sikap tidak diterima oleh kelompok kultural dominan
6)    Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam sub kultur
7)    Senang dengan pikirannya sendiri
8)    Aktivitas berulang atau acara yang kurang berarti
9)    Kontak mata tidak ada
10) Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
11) Keterbatasan mental/fisik/perubahan keadaan sejahtera
12) Sedih, afek tumpul.
b. Data Subyektif:
1)    Mengekpresikan perasaan kesendirian
2)    Mengekpresikan perasaan penolakan
3)    Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
4)    Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
5)    Tidak bisa memenuhi cita-cita orang lain
6)    Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan kelompok kultur dominan
7)    Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
8)    Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
9)    Tidak merasa kondusif di masyarakat.

5. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap imbas gangguan otak pada perilaku. Kekuatan sanggup mencakup ibarat model intelegensia atau kreatifitas yang tinggi. Orang bau tanah harus secara aktif mendidik anak dan cukup umur muda perihal ketrampilan koping lantaran mereka biasanya tidak hanya mencar ilmu dari pengamatan. Sumber keluarga sanggup berupa pengetahuan perihal penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk menunjukkan proteksi secara berkesinambungan (Stuart & Sundeen, 2005).

Ada 5 sumber koping yang sanggup membantu individu menyesuaikan diri dengan stressor yaitu ketrampilan dan kemampuan, ekonomi, teknik  pertahanan, proteksi sosial dan motivasi (Rasmun, 2001).

Contoh sumber koping yang termasuk bekerjasama dengan respon sosial maladaptif, berdasarkan Stuart & Sundeen (2005):
1)    Keterlibatan dalam kekerabatan yang luas dalam keluarga dan teman.
2)    Hubungan dengan binatang peliharaan.
3)    Gunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal ibarat kesenian, musik atau tulisan.

6. Mekanisme Koping
Individu yang mempunyai respon sosial maladaptif memakai banyak sekali prosedur dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme koping yang berkaitan dengan dua jenis  hubungan yang spesifik, berdasarkan Stuart& Sundeen (2005) yaitu:

a. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian antisosial.
1)    Proyeksi.
2)    Pemisahan atau splitting.
3)    Merendahkan orang lain.

b. Koping yang bekerjasama dengan gangguan kepribadian ambang.
1)    Pemisahan atau  splitting.
2)    Reaksi formasi.
3)    Proyeksi.
4)    Isolasi.
5)    Idealisasi orang lain.
6)    Merendahkan orang lain.
7)    Identifikasi proyektif.

Jika individu berada pada kondisi stress, maka akan memakai banyak sekali cara untuk mengatasinya, individu sanggup memakai satu atau lebih sumber koping yang tersedia (Rasmun, 2001).

7. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Strategi tindakan keperawatan terdir dari tiga fase, yaitu :

a. Fase orientasi
Fase orientasi berisi salam perkenalan, penilaian atau validasi, kontrak waktu, dan tempat.

b. Fase kerja
Fase kerja dibagi menjadi dua subfase yaitu, fase identifikasi dilema dan fase eksploitasi.

c. Fase terminasi atau resolusi
Terdiri dari penilaian subjektif, penilaian objektif, dan planning tindak lanjut.

8. Strategi pelaksanaan isolasi sosial menarik diri
a. Untuk pasien
1. Strategi pelaksanaan 1:
1)    Membina kekerabatan saling percaya.
2)    Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
3)    Membantu klien mengenal manfaat bekerjasama & kerugian tidak bekerjasama dengan orang lain.
4)    Mengajarkan klien cara berkenalan.

2. Strategi pelaksanaan 2:
1)    Mengajarkan klien cara berinteraksi secara sedikit demi sedikit dengan orang pertama (Perawat).

3. Strategi pelaksanaan 3:
1)    Mengajarkan klien cara berinteraksi secara sedikit demi sedikit dengan orang kedua

b. Untuk keluarga
1. Strategi pelaksanaan 1:
1)    Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga perihal dilema isolasi sosial, penyebab & cara merawat klien isolasi sosial.

2. Strategi pelaksanaan 2:
1)    Melatih kelurga mempraktikan cara merawat klien isolasi sosial secara eksklusif dihadapan klien

3. Strategi pelaksanaan 3:
1)    Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

9. Penatalaksaan medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan isolasi sosial. Terapi medis psikofarmaka yaitu terapi memakai obat dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan tanda-tanda gangguan jiwa. Menurut Depkes (2000), jenis obat psikofarmaka adalah:

a. Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk sindrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental, waham, halusinasi, gangguan perasaan, dan sikap yang aneh atau tidak terkendali. Berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak bisa bekerja, kekerabatan sosial dan melaksanakan kegiatan rutin.

Mekanisme kerja dopamine pada pasca sinap di otak khususnya sistem piramidal. Efek sampingnya yaitu sedasi, gangguan otonomi (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung, gangguan ekstra pyramidal (dystonia akut, akatsia, sindroma parkinson, tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti), metabolik (jaundice).

Kontra indikasinya yaitu klien dengan penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS depresan.

b. Haloperidol (Haldol, Serenace)
Indikasinya yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Mekanisme kerja dari obat ini yaitu obat anti psikosis dalam memblock dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.

Efek sampingnya yaitu sedasi, gangguan otonomi (hipotensi, antikolinergik atau parasimpatik, lisan kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung) (Keliat, 2011).
Kontra indikasnya yaitu bagi pasien yang mempunyai penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.

c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)
Indikasinya untuk segala jenis penyakit Parkinson, termasuk  paska ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akhir obat contohnya resenpira dan fenotiazine. Mekanisme kerja sinergis dengan linidine, obat anti depresan trisklik dan kolinergik lainnya. Efek samping dari obat ini yaitu lisan kering, penglihatan kabur, pusing,mual, muntah, bingung, agitas, konstipasi, takikardia dilatasi ginjalretensi urine. Kontra indikasinya mencakup hipersensitive terhadap Trihexiphenidyl, glaucoma sudut sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hypertropi prostat dan obstruksi saluran cerna.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta.
2.    Asmadi, 2008.  Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta.
3.    Carpeniti, L,J, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawata. EGC : Jakarta.
4.    Gail W, Stuart, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa,  Edisi 5. EGC : Jakarta.
5.    Gazalba, Sidi. 2007. Pengantar Sejarah sebagai Ilmu. Bhatara  : Jakarta.
6.    Haryanto, 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaaan Konsep              (Concept Mapping). Salemba Medika : Jakarta.
7.    Herdman, T. Helther, 2009. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta.
8.    Hidayat, A.Alimul Aziz, 2006.  Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
9.    Irawati, Dewi, 2011. Kualitas perawat di Indonesia buruk.                                                                         http://www.wartakotalive.com/mobile/detil/70944. Diakses 12 April 2012.   
10. Keliat, Budi Anna, 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa CMHN ( Intermediate Course ). EGC : Jakarta.
11. Keliat, Budi Anna, 2011.  Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN                      ( Intermediate Course). EGC : Jakarta.
12. Keliat, Budi Anna, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, edisi 2. EGC : Jakarta.
13. Nettina, Sandra M, 2002. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta.
14. Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta.
15. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
16. Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
17. Potter, Perry, 2011. Fundamental Keperawatan,  Edisi . EGC : Jakarta.
18. Riyadi, Sujono dan Riyadi, Teguh, 2009.  Asuhan Keperawatan Jiwa. Graha Ilmu : Jakarta.
19. Riyanto, Agus, 2010. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Offset : Yogjakarta.
20. Santosa, Singgih, 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.
21. Soesanto, Wibisono, 2009. Biostatistik Penelitian Kesehatan (spss 16 for windows). Perc. Duatujuh : Surabaya.
22. Surajiyo, 2006. Dasar Dasar Logika. Bumi Aksara : Jakarta.
23. Videbeck, Sheila L, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.
24. Wiracahyo, 2011, Rata-rata 1000 orang di JATIM sakit jiwa. http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=rata-rata-1000-orang-di-jatim-sakit. Diakses 12 April 2012.




Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Konsep Menarik Diri"

Posting Komentar