Sekilas Wacana Penyakit Pes (Black Death)

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG PENYAKIT PES (BLACK DEATH)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dahulu ada sebuah penyakit yang mengakibatkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini dijulukan The Black Death. Penyakit ini mengakibatkan wabah yang besar di kalangan masyarakat. Wabah plague diyakini telah bermula di Mesir dan Etiopia pada tahun 540 bergerak ke Sungai Nil dan menumpang kapal-kapal menuju ke Konstantinopel sepanjang rute perdagangan. Wabah ini diperkirakan telah membunuh 300.000 orang di Konstantinopel dalam waktu setahun pada tahun 544.

Kemudian pada tahun 1347 penyakit ini kembali melanda populasi Eropa (Konstantinopel Turki, kepulauan Italia, Prancis, Yunani, Spanyol, Yugoslavia, Albania, Austria, Jerman, Inggris, Irlandia, Norwegia, Swedia, Polandia, Bosnia-Herzegovina dan Kroasia) selama kira-kira 300 tahun, dari tahun 1348 hingga final kurun ke-17. Selama kurun waktu itu, wabah ini membunuh 75 juta orang, kira-kira 1/3 populasi pada waktu itu. Seluruh komunitas tersapu bersih, di tahun 1386 di kota Smolensk, Rusia, hanya lima orang yang tidak terjangkit penyakit ini dan di London, peluang bertahan hidup hanya satu dalam sepuluh.

Wabah plague disebabkan oleh basil yang disebut Yersinia pestis. Bakteri ini dibawa oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu mengembangkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Plague merupakan penyakit yang disebabkan oleh enterobakteriaYersinia pestis (dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa oleh binatang pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes masih sanggup ditemui di beberapa cuilan dunia hingga kini. Tetapi basil wabah pes belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk.

Wabah pes dikenal dengan black death lantaran mengakibatkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh, mengakibatkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga mengakibatkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik mengakibatkan warna kulit bermetamorfosis merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian tiba dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes sanggup disembuhkan, lantaran berhasil diobati dengan sukses memakai antibiotika.

Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban insan meninggal lantaran pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.

Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4 tahun 1984 wacana penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 wacana jenis penyakit tertentu yang sanggup menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya wacana pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ).Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa aktivitas yang mendukung, menyerupai surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal life trap.

Oleh lantaran itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam kajian mengenai judul makalah ini “Pes (Plague) dan Penanggulangannya. Dalam makalah ini penulis mencoba mengkaji  etiologi penyakit pes, patogenesis, tanda-tanda yg ditimbulkan, serta cara pengobatannya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penulis menyimpulkan beberapa rumusan problem sebagai berikut:
1)    Apa itu penyakit pes (Black Death)?
2)    Bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi penyakit pes
3)    Bagaiamana patogenesis penyakit pes?
4)    Bagaimana tanda-tanda penyakit pes?
5)    Bagaimana pencegahan, pemberantasan dan pengobatan, penyakit pes?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1)    Mendeskripsikan wacana penyakit pes (Black Death)
2)    Mendeskripsikan wacana factor-faktor yang memepengaruhi penyakit pes
3)    Mendeskripsikan wacana patogenesis penyakit pes
4)    Mendeskripsikan wacana gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes
5)    Mendeskripsikan wacana cara pencegahan, pemberantasa dan penanggulangan penyakit pes

1.4 Manfaat
1)    Untuk mengetahui wacana penyakit pes (Black Death)
2)    Untuk mengetahui wacana factor-faktor yang mempengaruhi penyakit pes
3)    Untuk mengetahui wacana patogenesis penyakit pes
4)    Untuk mengetahui wacana gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes
5)    Untuk mengetahui wacana cara pencegahan, pemberantasan dan penanggu-langan penyakit pes



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Pes (Black Death)
Pes (plague) yaitu penyakit yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis (dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit pes dibawa oleh binatang pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Selama kurun ke-14, pedagang dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah dan Laut Hitam mengadakan perjalanan ke Cina, dan sepulangnya, membawa kembali sutera serta kulit binatang yang berharga. Ketika kembali dari perjalanan menyerupai ini pada tahun 1343, sekelompok pedagang dari Genoa berdasarkan laporang lari ketakutan lantaran adanya pasukan orang Tartar, dan berlindung di balik tembok kota perdagangan Caffa di Semenanjung Krim. Orang Tartar segera mengepung kota tersebut. Selama tiga tahun tak ada pihak yang mendapat kemajuan, hingga pada suatu hari orang Tartar berhenti melemparkan watu ke dalam kota Caffa dan mulai melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal lantaran pes.

Sejak dahulu kala hingga kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap kesehatan insan beradab. Penyakit pes – lebih daripada “pes-pes” di kemudian hari menyerupai contohnya kolera, cacar, demam kuning dan influenza-tetap merupakan pola utama mengenai siatu penyakit infeksi yang tiba dari luar negeri dan menyerang orang Filistin melalui pelabuhan bahari mereka. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke-6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat.

Plague, disebut juga penyakit pes, yaitu infeksi yang disebabkan basil Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Yersinia pestis penyebab pes berbentuk batang pendek, gemuk dengan ujung membulat dengan tubuh mencembung, berukuran 1,5 µ × 5,7 µ dan bersifat Gram positif. Kuman ini serirtutung mengatakan pleomorfisme. Pada pewarnaan tampak bipolar, menyerupai peniti tertutup. Kuman tidak bergerak, tidak membentuk dari spora dan diselubu Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain.

Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague yaitu Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi sanggup membawa basil ini hingga berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.Kutu mengembangkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Tetapi basil wabah pes belum terbasmi tuntas.

Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk. Wabah pes dikenal dengan black death lantaran mengakibatkan tiga jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh, mengakibatkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga mengakibatkan batuk lendir berdarah, wabah septikemik mengakibatkan warna kulit bermetamorfosis merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian tiba dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes sanggup disembuhkan, lantaran berhasil diobati dengan sukses memakai antibiotika.

Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:
1)    Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang akrab dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya menyerupai flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain.

2)    Septicemic plague: Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague sanggup juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.

3)    Pneumonic plague: Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini yaitu penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akhir Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar.




2.2 Faktor-faktor yang memepengaruhi penyakit pes
1)    Faktor Agent: Bakteri Yersinia Pesti / Bakteriolog Perancis A.J.E Yersin. Dibawa oleh binatang pengerat (terutama tikus) dan ditularkan oleh kutu tikus. Penyakit ini menular melalui gigitan tikus.
2)    Faktor Host: Manusia
3)    Faktor Environment: rumah yang kotor atau tempat-tempat yang biasanya di huni sebagai sarang tikus
4)    Port op Entry and Exit: Kulit
5)    Tranmisi: Kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi, kontak fisik dengan penderita dan bisa terjadi dari percikan air liur oenderita yang terbawa oleh udara

2.3 Patogenesis Pes (Plague)
Pes yaitu infeksi dari sistem limfatik, biasanya dihasilkan dari gigitan kutu yang terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada binatang pengerat menyerupai tikus, dan mencari mangsa binatang pengerat lainnya ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang kini terinfeksi, ke situs gigitan binatang pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, basil cepat menyebar ke kelenjar getah bening dan berkembang biak. Y.pestisbasil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening sanggup perdarahan dan menjadi nanah dan nekrotik . Pes sanggup berkembang menjadi mematikan wabah septicemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga diketahui menyebar ke paru-paru dan menjadi penyakit yang dikenal sebagai wabah pneumonia . Bentuk penyakit ini sangat menular lantaran basil sanggup ditularkan dalam tetesan dikeluarkan ketika batuk atau bersin, serta kontak fisik dengan korban wabah tikus atau kutu-bantalan yang membawa wabah.

Vektor pes yaitu pinjal. Di Indonesia ketika ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes yaitu hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di Amerika juga pada bajing. Secara alamiah penyakit pes sanggup bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke binatang lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke binatang tikus lain atau insan dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Pada no.1 s/d 5, penularan pes melalui gigitan pinjal akan menjadikan pes bubo. Pes bubo sanggup berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes).

Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, menyerupai murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu mediator untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang adakala juga bisa menginfeksi manusia. Bila pinjal menggigit binatang pengerat yang terinfeksi dengan Y. pestis, organisme yang tergoda akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan, dibantu oleh koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang sanggup lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya tercemar Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan. Organisme yang diinokulasi sanggup difagositosis, tetapi basil ini sanggup berkembang biak secara intra sel atau ekstra sel. Y. pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang haemorrogic yang jago dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang sanggup mengalami nekrosis. Meskipun infasinya sanggup berhenti di situY. pestis sering mencapai ke fatwa darah dan tersebar luas.

Pinjal merupakan salah satu benalu yang paling sering ditemui pada binatang kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik binatang lantaran tidak mengakibatkan gangguan kesehatan binatang yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu sanggup menjadikan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.

Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga sanggup berpindah dan berkembang biak pada anjing.
Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke binatang pengerat rumah (misalnya tikus) dan binatang lain (misalnya kucing), dan insan sanggup terinfeksi lantaran gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim yaitu pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain sanggup juga menularkan infeksi. Untuk pengendalian pes dibutuhkan penelitian pada binatang yang terinfeksi, vektor,dan kontak insan dan pembantaian binatang yang terinfeksi pes. Semua pasien yang dicurigai menderita pes harus diisolasi terutama kalau kemungkinan keterlibatan paru-paru belum disingkirkan. Kontak pasien yang dicurigai menderita pneumonia pes harus diberi tetrasiklin 0’5 gram per hari selama 5 hari, sebagai kemoprofilaksis. Selain itu, kondisi lingkungan juga berperan dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Oleh lantaran itu, untuk meminimalisasi kasus pes, perlu perjuangan masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas lingkungannya.

2.4 Gejala Pes (Plague)
Gejala yang paling populer dari penyakit pes yaitu menyakitkan, kelenjar getah bening, yang disebut buboes. Ini biasanya ditemukan di pangkal paha, ketiak atau leher. Karena gigitan berbasis bentuk infeksi, wabah pes sering merupakan langkah pertama dari serangkaian penyakit progresif. Gejala penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari sehabis terpapar bakteri.

Gejala meliputi:
1)    Panas dingin
2)    Umum sakit perasaan ( malaise )
3)    Demam tinggi (39 ° Celcius, 102 ° Fahrenheit)
4)    Kram Otot
5)    Kejang
6)    Mulus, bening pembengkakan kelenjar menyakitkan disebut bubo, umumnya ditemukan di selangkangan, tapi mungkin terjadi di ketiak atau leher, paling sering di lokasi infeksi awal (gigitan atau awal)
7)    Nyeri sanggup terjadi di tempat tersebut sebelum muncul nanah
8)    Warna kulit bermetamorfosis warna merah muda dalam beberapa kasus yang ekstrim
9)    Pendarahan dari koklea akan dimulai sehabis 12 jam dari infeksi.

Gejala lain termasuk napas berat, muntah darah terus menerus, buang air kecil darah, anggota tubuh sakit, batuk, dan nyeri eksterm. Rasa sakit ini biasanya disebabkan oleh pembusukan atau decomposure kulit sementara orang itu masih hidup. Gejala embel-embel termasuk kelelahan ekstrim, problem gastrointestinal, lenticulae (titik-titik hitam yang tersebar di seluruh tubuh), delirium dan koma.

Dua jenis Y.pestis plague pneumonia dan septicemia. Namun, wabah pneumonia, tidak seperti, pes atau septicemia mengakibatkan batuk dan sangat menular, yang memungkinkan untuk itu menyebar orang-ke-orang.
Wabah septicemia terjadi ketika wabah basil kalikan dalam fatwa darah Anda.
Tanda dan tanda-tanda termasuk:
1)    Demam dan menggigil
2)    Nyeri perut, diare dan muntah
3)    Perdarahan dari, hidung verbal atau rektum, atau di bawah kulit Anda
4)    Syok
5)    Menghitam dan kematian jaringan (gangren) di kaki Anda, paling sering jari, jari kaki dan hidung 

Wabah pneumonia mempengaruhi paru-paru. Ini yaitu paling umum dari banyak sekali wabah tetapi yang paling berbahaya, lantaran sanggup menyebar dari orang ke orang melalui droplet batuk.
Tanda dan tanda-tanda sanggup dimulai dalam beberapa jam sehabis infeksi, dan mungkin mencakup:
1)    Batuk, dahak berdarah
2)    Kesulitan bernapas
3)    Demam tinggi
4)    Mual dan muntah
5)    Kelemahan
Wabah pneumonia berlangsung dengan cepat dan sanggup mengakibatkan kegagalan pernafasan dan shock dalam waktu dua hari infeksi. Jika pengobatan antibiotik tidak dimulai dalam waktu satu hari sehabis tanda-tanda dan tanda-tanda pertama muncul, infeksi mungkin menjadi fatal.

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Pencegahan
Pencegahan primer memerlukan penghindaran pemajanan terhadap binatang yang terinfeksi dan pijalnya. Di tempat endemik masyarakat harus diajar untuk tidak memegang liang, untuk menahan memegang rodensi yang sakit atau mati, memberi anti kutu binatang rumah tangga, dan mengurang tempat tinggal tikus domestik. Prevalensi dan distribusi pes sanggup ditentukan dari populasi rodensi liar dengan pengamatan penyakit atau dengan memakai rantai reaksi polimerase untuk mendeteksi Y.pestis dalam pinjal. Penderita pes harus dikarantina dan diobati dan ditangani pada isolasi pernafasan yang ketat bila mereka bergejala paru-paru.

3.2. Pemberantasan
Dengan partisipasi dan memerlukan perjuangan masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas lingkungannya

3.3. Pengobatan Pes (Plague)
Abad Pertengahan dokter berpikir wabah diciptakan oleh udara rusak oleh cuaca lembab, tubuh membusuk terkubur, dan asap yang dihasilkan oleh sanitasi yang buruk. Pengobatan yang disarankan yaitu wabah diet yang baik, istirahat, dan pindah ke lingkungan non-terinfeksi sehingga individu bisa mendapat saluran untuk membersihkan udara. Ini memang membantu, tapi tidak untuk alasan para dokter waktu pemikiran. Pada kenyataannya, lantaran mereka merekomendasikan bergerak menjauh dari kondisi tidak sehat, orang-orang, pada dasarnya, semakin menjauh dari tikus yang memendam kutu membawa infeksi.
Pengujian laboratorium yang diperlukan, dalam rangka untuk mendiagnosa dan mengkonfirmasi wabah. Idealnya, konfirmasi melalui identifikasi Y.pestisbudaya dari sampel pasien. Konfirmasi infeksi sanggup dilakukan dengan menilik serum diambil selama tahap awal dan final dari infeksi . Untuk cepat layar untuk Y.pestisantigen pada pasien, cepat dipstik tes telah dikembangkan untuk penggunaan lapangan.

Beberapa kelas antibiotik yang efektif dalam mengobati penyakit pes. An dist(terutama doksisiklin ), dan fluorokuinolonciprofloxacin . Kematian terkait dengan kasus dirawat wabah pes yaitu sekitar 1-15%, dibandingkan dengan angka kematian 50-90% dalam kasus-kasus yang tidak diobati.

Orang yang berpotensi terinfeksi dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus diberi antibiotik dalam waktu 24 jam dari tanda-tanda pertama untuk mencegah kematian. Pengobatan lain meliputi oksigen, cairan intravena, dan proteksi pernapasan. Orang-orang yang pernah kontak dengan siapa pun terinfeksi oleh wabah pneumonia diberikan antibiotik.

Pencegahan primer memerlukan penghindaran pemajanan terhadap binatang yang terinfeksi dan pijalnya. Di tempat endemik masyarakat harus diajar untuk tidak memegang liang, untuk menahan memegang rodensi yang sakit atau mati, memberi anti kutu binatang rumah tangga, dan mengurang tempat tinggal tikus domestik. Prevalensi dan distribusi pes sanggup ditentukan dari populasi rodensi liar dengan pengamatan penyakit atau dengan memakai rantai reaksi polimerase untuk mendeteksi Y.pestis dalam pinjal. Penderita pes harus dikarantina dan diobati dan ditangani pada isolasi pernafasan yang ketat bila mereka bergejala paru-paru.

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan problem makalah yang berjudul “Pes (Plague) dan Penanggulangannya” maka penulis merumuskan beberapa kesimpulan yang berkaitan makalah ini sebagai berikut:
1)    Y. pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke binatang pengerat rumah (misalnya tikus) dan binatang lain (misalnya kucing), dan insan sanggup terinfeksi lantaran gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim yaitu pinjal tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain sanggup juga menularkan infeksi. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang kini terinfeksi, ke situs gigitan binatang pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, basil cepat menyebar ke kelenjar getah bening dan berkembang biak. Y.pestisbasil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening sanggup perdarahan dan menjadi nanah dan nekrotik . Pes sanggup berkembang menjadi mematikan wabah septicemia dalam beberapa kasus.
2)    Gejala penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari sehabis terpapar bakteri.
3)    Beberapa kelas antibiotik yang efektif dalam mengobati penyakit pes. An dist (terutama doksisiklin ), dan fluorokuinolon ciprofloxacin . Kematian terkait dengan kasus dirawat wabah pes yaitu sekitar 1-15%, dibandingkan dengan angka kematian 50-90% dalam kasus-kasus yang tidak diobati. Orang yang berpotensi terinfeksi dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus diberi antibiotik dalam waktu 24 jam dari tanda-tanda pertama untuk mencegah kematian. Pengobatan lain meliputi oksigen, cairan intravena, dan proteksi pernapasan. Orang-orang yang pernah kontak dengan siapa pun terinfeksi oleh wabah pneumonia diberikan antibiotik.
4)    Pes bubo akut menjelek menjelek menjadi deliriu, syok, dan meninggal dalam 3-5 hari bila tidak diobati. Angka mortalitas untuk keseluruhan pes bubo yang tidak diobati yaitu 60-90%. Penjelekan pes pneomonia cepat dan hampir selalu mematikan 24-28 jam bila tidak diobati. Jika pes bubo diobati lebih awal, maka angka mortalitas akan berkurang 10%. Prognosiss pada pes pneumonia tetap buruk bila pengobatan spesifik tidak diberikan dalam 18 hari dimulainya.

4.2 Saran
Adapun beberapa saran yang sdirumuskan penuis berkaitan dengan judul makalah ini, yaitu:
1)    Diharapkan pembaca bisa mengidentifikasi penyakit pes sehabis membaca makalah ini.
2)    Diharapkan makalah ini sanggup membantu dan bermanfaat kepada pembaca
3)    Diharapkan literatur wacana pes lebih diperbanyak afar sumber bacaan lebih banyak dan semakin menambah wawasan pembaca
4)    Diharapkan makalah ini sanggup menjadi materi pustaka untuk keperluan yang semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Arantina. 2008. Pes yang Mematikan Black Death. http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=15/pes-yang-mematikan-black-death/. Diakses pada tanggal 18 November 2011.
2.    Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
3.    Hamsafir, Evan.2010. Diagnosis dan Panatalaksaan pada Penyakit Pes. http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-pes. Diakses pada tanggal 19 November 2011.
4.    Mitcell, dkk. 2008. Buku Saku Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5.    Natadisastra, Djaenuddin.2009. parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6.    Soedarto. 2007. Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga  Uniersity Press.
7.    Solocats. 2008. Plague/Penyakit Pes. http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=15/pes-yang-mematikan-black-death/. Diakses pada tanggal 18 November 2011.
2.    Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
3.    Hamsafir, Evan.2010. Diagnosis dan Panatalaksaan pada Penyakit Pes. http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-pes.  Diakses pada tanggal 17 November 2011.
Tamboyong, Jun. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit  Buku Kedokteran EGC.
WHO. 2002. Plague. http://www.who.int/topics/plague/en/.  Diakses pada tanggal 17 November 2011.
WHO. 2005. Plague. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs267/en/. Diakses pada tanggal 17 November 2011.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.mayoclinic.com/health/plague/DS00493/DSECTION%3Dsymptoms. Diakses  pada tanggal  19 November 2011.



Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Sekilas Wacana Penyakit Pes (Black Death)"

Posting Komentar