Sekilas Wacana Parotitis (Gondongen)

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG PAROTITIS (GONDONGEN)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi asimptomatik.  Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily paramyxsovirinae dan family paramyxoviridae.

Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, materi mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang remaja muda sehingga menjadikan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jikalau dibanding dengan morbili atau varicela, lantaran banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak terang secara klinis.

Dalam perjalanannya parotitis epidemika sanggup menjadikan komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi sanggup berupa: Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.

Insidensi parototis epidemika dengan ketulian yakni 1 : 15.000. Meningitis yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari masalah ini penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata selesai hidup akhir parotitis Meningoencephalitis yakni 2%. Kelainan pada mata akhir komplikasi parotitis sanggup berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akhir parotitis epidemika biasanya unilateral, namun sanggup pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.

Parotitis yang tidak ditangani dengan sempurna dan segera sanggup menjadikan banyak sekali komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan hal tersebut, melalui makalah ini kami menawarkan solusi sanggup menawarkan pengetahuan dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala insiden penyakit tersebut sanggup menurun.

2. Tujuan
2.1  Tujuan Umum
Mengetahui tanda tanda-tanda beserta penularan yang terjadi pada seseorang dengan gangguan saliva parotitis.

2.1  Tujuan Khusus
1.    Mengetahui dan menambah pengetahuan perihal penyakit parotitis
2.    Mengetahui faktor agent dan faktor host dari penyakit parotitis
3.    Mengetahui manifestasi klinis dari parotitis
4.    Mengetahui penatalaksanaan dari parotitis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Faktor Agent
Agen penyebab parotitis epidemika yakni anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.  Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.  Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genusRubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang sanggup larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya sanggup bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.  Paramyxovirus sanggup hancur pada suhu <4 12-25="" 3-5="" 30="" adalah="" atas="" atau="" bereplikasi="" berlangsung="" cahaya="" choroideus="" dalam="" dan="" detik.="" diikuti="" dituju="" eter="" formalin="" ginjal="" hari.="" hari="" hidung="" infeksi="" inkubasi="" jantung="" kalenjar="" ke="" kemudian="" lewat="" limfa="" local="" lokasi="" masa="" masuk="" melalui="" menyebar="" mononuclear.="" mukosa="" mulut.virus="" napas="" oleh="" otak.="" ovarium="" pada="" pancreas="" parotis="" pemaparan="" plexus="" pusat="" saluran="" saraf="" sel="" selama="" selanjutnya="" serta="" setelah="" span="" system="" tiroid="" tubuh="" ultraviolet="" umum="" viremia="" virus="" yang="">

Masa penyebaran virus ini yakni 2-3 ahad melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus sanggup diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari setelah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang.

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit (subclinical).

2. Faktor Host
Adapun faktor host yang mensugesti timbulnya penyakit gondongan (parotitis) yakni insan yang berperilaku hidup kurang higienis dan kurang sehat serta tidak memakai pelindung ataupun masker ketika kontak dengan penderita gondong.

3. Faktor Environment
Adapun faktor environment yang mensugesti timbulnya penyakit gondongan salah satunya yakni lingkungan yang kurang higienis dan sehat. Karena secara logika lingkungan yang kotor banyk menyimpan banyak bibit penyakit. Penyakit itulahh yang menimbulkan gangguan kesehatan siap menyerang badan manusia. Menjaga kebersihan lingkungan pun menjadi satu-satunya upaya yang sanggup ditempuh.

4. Port of entry and exit
Jika Anda mempunyai gondok, ada beberapa hal yang sanggup Anda lakukan untuk membantu mencegah penyebaran virus kepada orang lain:
1.    Minimalkan kontak bersahabat dengan orang lain, terutama bayi dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah yang tidak sanggup divaksinasi.
2.    Tinggal di rumah dari kerja atau sekolah selama 5 hari setelah kelenjar Anda mulai membengkak, dan cobalah untuk tidak mempunyai kontak bersahabat dengan orang lain yang tinggal di rumah Anda.
3.    Tutup lisan dan hidung dengan tisu ketika Anda batuk atau bersin, dan menempatkan jaringan Anda digunakan dalam daerah sampah. Jika Anda tidak mempunyai jaringan, batuk atau bersin ke lengan atas atau siku Anda, bukan tangan Anda.
4.    Cuci tangan dengan baik dan sering dengan sabun, dan mengajarkan bawah umur untuk mencuci tangan mereka juga.
5.    Jangan membuatkan minuman atau peralatan makan.
6.    Secara teratur membersihkan permukaan yang sering disentuh (seperti mainan, pegangan pintu, meja, counter) dengan sabun dan air atau dengan tisu pembersih.

Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1.    Percikan ludah
2.    Kontak pribadi dengan penderita parotitis lain
3.    Muntahan
4.    Urine

Virus tersebut masuk badan sanggup melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena yakni kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam badan sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam anutan darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000).  Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang impulsif dan sulit menelan. Pada insan selama fase akut, virus mumps sanggup diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang kala terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

5. Transmisi
Gondong disebarkan oleh tetesan air liur atau lendir dari mulut, hidung, atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi, biasanya ketika seseorang batuk, bersin atau berbicara. Item yang digunakan oleh orang yang terinfeksi, menyerupai cangkir atau kaleng minuman ringan, juga sanggup tercemar dengan virus, yang sanggup menyebar ke orang lain jikalau mereka butir dibagi. Selain itu, virus sanggup menyebar ketika seseorang dengan item gondok menyentuh atau permukaan tanpa mencuci tangan mereka dan orang lain kemudian menyentuh permukaan yang sama dan menggosok lisan atau hidung.
                       
Kebanyakan gondok transmisi kemungkinan terjadi sebelum kelenjar ludah mulai membengkak dan dalam waktu 5 hari setelah pembengkakan dimulai. Oleh lantaran itu, CDC merekomendasikan mengisolasi pasien gondok selama 5 hari setelah kelenjar mereka mulai membengkak.

BAB III PEMBAHASAN

1. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika sanggup dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
2. Aktif
Dilakukan dengan menawarkan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan.  Vaksin ini tidak menimbulkan panas atau reaksi lain dan tidak menimbulkan ekskresi virus dan tidak menular.  Menyebabkan imunitas yang usang dan sanggup diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menjadikan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah menawarkan perlindungan 15 hingga 95 %.  Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.

Imunisasi MMR sanggup juga diberikan kepada remaja dan orang remaja yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menjadikan imbas apanas atau tanda-tanda lainnya. Cukup mengkonsumsi masakan yang mengandung kadar Iodium, sanggup mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun lantaran imbas antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin;  demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;  sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang menerima radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini

2. Pemberantasan
A. Cara pencegahan
1. Berikan peyuluhan kepada masyarakat, anjurkan masyarakat untuk mengimunisasikan bawah umur mereka yang berusia di atas 1 tahun yang lahir pada tahun 1957 atau setelah itu.

2. Vaksin yang dibentuk dari virus mumps yang telah dilemahkan dengan memakai strain virus jeryl lynn sudah beredar ke AS semenjak tahun 1967 sebagai vaksin tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lain (MMR). Timbulnya reaksi samping yang berat setelah dukungan imunisasi tergantung dari jenis virus yang digunakan untuk menciptakan vaksin pada salah satu uji coba yang dilakukan.

Insidensi timbulnya demam pada mereka yang imunisasi di bandingkan dengan mereka yang diberikan sama besar. Pemberian imunisasi kepada orang yang sudah kebal lantaran infeksi infeksi alamiah tidak meningkatkan resiko timbulnya imbas samping paska imunisasi lebih dari 95% mereka yang diimunisasi kemungkinan kebal seumur hidup.
Vaksin mumps sanggup diberikan kapan saja setelah usia I tahun, dalam bentuk MMR diberikan pada usia 12-18 bulan. Dosis pertamadiberikan pada usia 12 bulan., takaran ke dua dianjurkan untuk diberikan pada 4-5 tahun. Namun pada ketika dilakukan upaya akseleraasi jadwal imunisasi MMR dan pada saatdilakukan upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi maka takaran ke dua diberikan 1 bulan setelah takaran pertama. Upaya khusus perlu dilakukan untuk menawarkan imunisasi kepada bawah umur yang tidak terang status imunisasinya sebelum mereka mencapai usia pintar baliq, dan perempuan yang sedang hamil/wanita yang merencanakan hamil 3 bulan lagi. Tidak dianjurkan untuk diberikan munisasi mumps dengan ganjal an teoritis dikhawatirkan akan terjadi kelainan pada bayi mereka, walaupun secara mudah hal ini tidak pernah terjadi.

B. Penanganan penderita, kontak, dan lingkungan. Adapun penanganannya antara lain
1.    Laporan kepada instansi kesehatan setempat; laporan bersifat selektif
2.    Isolasi : lakukan isolasi terhadap terusan pernafasan dan sediakan ruangan khusus selama 9 hari setelah timbulnya parotitis apabila disekitar mereka banyak orang yang rentan (tidak di imunisasi)
3.    Disinfeksi serentak: lakukan disinfeksi terhadap semua barang-barang yang tercemar oleh secret hidung dan tenggorokan.
4.    Karantina : liburkan mereka yang rentan dan yang pernah terpajang, dengan penderita dari sekolah/pekerja selama 12-25 hari setelah terpenjan apabila dilingkukan sekolah/pekerjaan mereka banyak anak atau orang yang rentan.
5.    Imunisasi kontak : walaupun dukungan imunisasi setelah seseorang tanpa ajan tidak melindungi mereka untuk menjadi sakit. Namun terhadap kontak yang telah diimunisasi yang kemudian tidak sakit maka pemberian  imunisasi ini akan melindungi mereka terhadap infeksi berikutnya. Pemberian imunisasi globulin tidak efektif dan tidak dianjurkan.
6.    Investigasi terhadap kontak dan sumber penularan infeksi : cari orang-orang yang terentan dan kepada mereka yang harus diimunisasi.

3. Pengobatan / Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) contohnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin dihentikan diberikan kepada bawah umur lantaran mempunyai resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada anak-anak).

Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri sanggup dikurangi dengan melaksanakan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menjadikan tanda-tanda mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.

Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan sanggup mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak sanggup dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan tanda-tanda hingga penderita kembali baik dengan sendirinya.

Penyakit gondongan bahu-membahu tergolong dalam "self limiting disease" (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan masakan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet masakan cair dan lunak.

Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), bahu-membahu itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya supaya anak yang terkena penyakit Gondongan ini aib jikalau main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan.

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan
Pembengkakan akut pada kelenjar saliva sanggup berupa parotitis dan sialadenitis. Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara indera pendengaran dan rahang sehingga menimbulkan pembengkakan pada leher cuilan atas atau pipi cuilan bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada terusan kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak  dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang menerima perawatan dari operasi abdomen, tetapi kini khasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang kala terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.

2. Saran
Saran yang saya sanggup sampaikan, yaitu untuk selalu berperilaku hidup higienis dan sehat. Tidak hanya sehat secara pribadi tetapi untuk lingkungan sekitar juga. Karena dengan hidup higienis dan sehat maka sanggup meminimalisir banyak sekali penyakit yang akan menyerang manusia, baik yang menular maupun tidak menular. Kemudian untuk yang telah terinfeksi penyakit terutama penyakit menular supaya tidak kontak secara pribadi dengan orang yang masih sehat dan segera mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh sehingga sanggup mengurangi angka penularan penyakit tersebut. Ingat salah satu pesan “pencegahan lebih baik dari pada pengobatan”.

REFERENSI

1.    http://www. epidemiologiunsri.blogspot.com
2.    http://www.anneahira.com/penyakit.htm
3.    http://www.mumps.cdc
4.    http://www.ketobapadah.blogspot.com/2011/05/mumps-virus-parotitis-epidemika.


Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Sekilas Wacana Parotitis (Gondongen)"

Posting Komentar