ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes SEKILAS TENTANG FLU BABI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini marak sekali pemberitaan mengenai flu babi. World Health Organization mengumumkan jumlah kasus H1N1 di seluruh dunia kini telah bertambah menjadi 787 kasus dan komplemen 2 kasus yang disertai dengan kematian. WHO juga menyampaikan bahwa virus yang terkenal dengan nama flu babi tersebut telah menyebar di 17 negara. Influenza babi atau flu babi awalnya merupakan penyakit respirasi akut sangatmenular pada babi yang disebabkan oleh salah satu virus influenza babi, termasuk diantaranya virus influenza tipe A subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2.Angka kesakitan akhir jerawat virus yang menyebar di antara babi melalui udara baik dengan kontak pribadi maupun tidak pribadi dengan babi pembawa virus itu cenderung tinggi pada populasi babi namun tingkat janjkematian akhir penyakit ini rendah, antara satu persen hingga empat persen.
Kejadian flu babi pada populasi binatang tersebut umumnya sepanjang tahun dengan peningkatan insiden pada isu terkini gugur dan dingin..Kondisi yang demikian memungkinkan virus-virus tersebut saling bercampur danmemunculkan strain virus gres dari beberapa sumber (reassortant virus). Hal inilah yangantara lain membuat virus flu babi yang normalnya spesifik dan hanya menginfeksi babikadang bisa menembus batas spesies dan menimbulkan kesakitan pada manusia. Kejadianluar biasa penyakit jerawat influenza babi pada insan beberapa kali pernah dilaporkanterjadi. Manusia biasanya tertular flu babi dari babi dan, meski sangat sedikit, dari orang yangterinfeksi lantaran bekerjasama dengan babi atau lingkungan peternakan babi. Kasus penularan flu babi dari insan ke insan sendiri terjadi dalam beberapa kasus namunmasih terbatas pada kontak erat dan sekelompok orang saja.Virus H5N1 merupakan jenis virus flu burung yang sangat ganas, yang menjadi penyebab utama penyakit pada unggas. Virus ini pernah ditemukan juga pada babi dankucing, tetapi tidak menimbulkan tanda-tanda sakit pada binatang tersebut.
Sampai dengan dikala ini, belum ditemukan bukti ilmiah bahwa kedua jenis binatang tersebut bertindak sebagai sumber penularan virus H5N1.Pada kasus yang langka, penyakit ini juga sanggup menyebar pada manusia. Kasus jerawat virus H5N1 pada insan yang pertama kali tercatat, terjadi di Hong Kong padatahun 1997, ketika virus H5N1 yang menimbulkan penyakit pernafasan sangat berat tersebut menyerang 18 orang, 6 di antaranya meninggal. Virus ini kemudian sanggup dikendalikan dan kasus jerawat pada insan lenyap tanpa sanggup terdeteksi selama beberapa tahun, hingga timbul kembali di Asia pada tahun 2003. Sejak dikala itu, virus tersebut kembali terdeteksi di banyak negara serta menimbulkan penyakit bahkan tingginya tingkat janjkematian pada jutaanunggas. Lebih dari 140 orang meninggal lantaran penyakit ini. Kasus pertama pada unggas diIndonesia diidentifikasikan di dua kabupaten yaitu Pekalongan dan Tangerang pada bulan Agustus 2003, sementara kasus pertama pada insan terjadi di Kabupaten Tangerang pada bulan Juli 2005.
Saat ini virus H5N1 tidak gampang menyebar dari unggas ke manusia, atau dari manusiake manusia. Akan tetapi, insiden yang terus berulang oleh virus H5N1 pada unggas danmanusia meningkatkan kemungkinan terjadinya virus gres yang sanggup menular dari insan ke manusia, yang berpotensi memicu pandemi di seluruh dunia. Pemerintah Indonesia, WorldHealth Organizaton (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan badaninternasional lainnya serta kawan lokal bekerja sama untuk mengendalikan virus H5N1 dan mencegah pandemi pada manusia.
1.2 Tujuan Makalah
1) Mahasiswa mengetahui pengertian dan tanda-tanda flu babi.
2) Mahasiswa mengetahui cara pencegahan penularan flu babi.
3) Mahasiswa mengetahui faktor agent pada flu babi
4) Mahasiswa mengetahui faktor host pada flu babi
5) Mahasiswa mengetahui faktor envirotment pada flu babi
6) Mahasiswa mengetahui port of entry and exit pada flu babi
7) Mahasiswa mengetahui trasmisi pada flu babi
8) Mahasiswa mengetahui pengobatan pada flu babi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian flu babi
Flu babi ialah penyakit pernapasan yang menjangkiti babi. Disebabkan oleh influenza tipe A, wabah penyakit ini pada babi rutin terjadi dengan tingkat kasus tingginamun jarang menjadi fatal. Penyakit ini cenderung mewabah di isu terkini semi dan musimdingin tetapi siklusnya ialah sepanjang tahun.
Flu babi(Swine influenza) ialah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi.Galur virus flu babi yang telah diisolasi hingga dikala ini telah digolongkan sebagai Influenza virus Catau subtipe genus Influenza virus A. Babi sanggup menampung virus flu yang berasal dari insan maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan membuat galur pandemik. Flu babi menginfeksi insan tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari insan ke manusia.
2.2 Faktor Agent
Faktor utama penyebab penyakit flu babi (agent) ialah virusOrthomyxoviridae atau virus influenza tipe A (H1N1). Penyakit initermasuk penyakit zoonosis, lantaran selain sanggup menginfeksi babi penyakit ini juga sanggup menginfeksi manusia. Virus ini eratkaitannya dengan penyebab swine influenza ,equine influenzadanavian influenza (fowl plaque). Pergeseran antigenik tersebut sangat bekerjasama dengan sifat penularan secara pandemik dankeganasan penyakit. Hal ini sanggup terjadi menyerupai adanya geneticreassortment antara bangsa burung dan insan ialah tempat dimana penyakit tersebut sanggup hidup dan berkembang biak. Untuk flu babi sebagian besar reservoir-nyaadalah insan dan babi. Karena flu babi sanggup berkembang dimanusia maupun babi.
2.3 Faktor Host
Faktor host pada penyakit flu babi ialah insan dalam hal ini contohnya peternak babi serta orang-orang yang tinggal disekitar peternakan dan sering kontak pribadi dengan babi, penularan virus flu babi bisa melalui insan dengan insan atau melalui binatang kemanusia. Faktor antibodi juga kuat dalam masuknya virus ketubuh lantaran kondisi tubuh yang kurang sehat rentan terjangkit virus flu babi. Virus H1N1 sanggup merusak sistem pernafasan pada manusia. Penularan virus ini dari insan ke insan terjadi lantaran terkenalangsung percikan bersin atau batuk dari penderita virus ini atau secara tidak pribadi terinfeksi melalui alat-alat yang tercemar.
2.4 Faktor Environtment
Pada kondisi cuaca yang terlalu hirau taacuh maupun yang terlalu panas biasanyakondisi tubuh menjadi lemah sehingga gampang terjangkit penyakit, selain itu virusH1N1 ini akan cepat mati pada isu terkini panas dan mungkin tidak akan sulit untuk menyebar. Virus H1N1 biasanya sanggup hidup pada isu terkini hirau taacuh dan gugur. Sesuai dengan sifat virus yang tidak tahan panas, maka pada dikala isu terkini hirau taacuh penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan dikala isu terkini panas. Sedangkan suhu lingkungan kuat tidak pribadi terhadap penyebaran virus H1N1 yaitumobilitas seseorang. Selain itu orang yang berternak babi mempunyai risiko terkena penyakit flu babi. Flu babi ini juga biasanya terjadi di kawasan empat musim.
Yang sangat mempengaruhi penularan flu babi ialah sikap tidak sehat masyarakat contohnya sikap peternak yang rentan terkena jerawat menyerupai tetap bekerja meskipun kondisi tubuh kurang sehat, bersin secara sembarangan di tempat umum, tidak mencuci tangan sehabis memengang benda-benda ditempat umum, hal tersebut dikarenakan virus flu babi sangat gampang menyebar melalui droplet yang berasal dari tangan seorang yang terkena bersin kemudian memegang benda-benda ditempat umum
2.5 Port of entry and exit
Perjalanan alamiah penyakit Flu babi
Perjalanan alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu fase suspectibel, fase presimtomatis, dan fase klinis.
Fase Suspectibel
Pada fase ini penyakit belum terjadi, tetapi sudah muncul beberapafactor risiko yang memudahkan timbulnya penyakit. Para orang-orangseperti peternak, pedagang yang melaksanakan kontak pribadi dengan babiyang berisiko terjangkitnya penyakit flu babi, tetapi tidak semua babidapat menularkan virus tersebut. Virus ini gampang sekali menyerangmanusia apalagi bila kondisi tubuh seseorang sedang tidak baik, apalagididukung dengan kondisi cuaca yang kurang baik.
Fase Presimtomatis
Pada fase ini penyakit sudah terjadi tetapi secara klinis belum tampak, namun sudah terjadi perubahan patologis. Pada fase ini merupakan masa inkubasi atau dimana agent mulai melaksanakan perkembangan dalam tubuh (host ), namun belum membuktikan gejalaanatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah menderita virusH1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum mununjukan gejalasalah satu cara mengetahuinya ialah dengan mengusut ada tidaknya antibodi lantaran ubuh akan selalu membentuk antibodi apabial ada benda absurd yang masuk ke dalam tubuh.
Fase Klinis
Pada fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsidari, sehingga sudah memperlihatkan tanda-tanda yang sudah mulai timbul. Gejalainfluensa ini menyerupai dengan influensa. Gejalanya menyerupai demam, batuk,sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, danlemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar danmuntah-muntah. Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau tanda-tanda khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Selain itu diagnose bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi teladan pernapasan semoga hasil diagnosa menjadilebih akurat.
Fase Ketidak Mampuan
Pada fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasiagar virus tidak mengalami penyabaran keluar, selain itu para petugas kesehatan juaga menggunakan alat pelindung semoga virus yang ada diruangan pasien tersebut tidak keluar. Pada fase ini penderita hanya mempunyai dua kemungkinan yaitu sembuh total atau meninggal ini dikarenakan masa inkubasi virus flu babi yang sangat cepat.
2.6 Transmisi
Tindakan promotif dan preventif yang sanggup dilakukan yaitu memperlihatkan penyuluhan.
1) Mengenalkan pada masyarakat karakteristik binatang khususnya unggas yang sakit dantindakan yang perlu dilakukan terhadap binatang yang sakit dan mati.
2) Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen danalkohol 70%) bila kontak dengan binatang yang sakit
3) Bagi para peternak, petugas kesehatan, dan peneliti harus menggunakan AlatPelindung Diri (APD) menyerupai sarung tangan (double hand scoon), masker, beling mata pelindung menyerupai beling mata renang (goggles), sepatu.
4) Bagi masyarakat yang mempunyai unggas, penting untuk mengandangkan unggas untuk mencegah penularan pada binatang lain dan memudahkan bila dilakukan disinfeksimaupun vaksinasi
5) Lebih baik membeli ayam yang sudah dipotong dan telah dihasilkan oleh rumah potong ayam yang telahdiawasi pemerintah.
6) Bagi para pengusaha dan pekerja peternakan penting untuk menerapkan biosecurityyang ketat sehingga segala produk unggas dan binatang ternak kondusif dikonsumsi
7) Memasak daging maupun produknya (telur, hati) pada suhu dan waktu yang cukup.Untuk suhu >80°C selama 1 menit, suhu 64°C selama 5 menit. Karena virus AI lebihmampu bertahan usang pada temperatur rendah (17°C) dan pada suhu minus 50°C akanlebih usang lagi.
8) Masyarakat diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pencegahan
Tahap-tahap pencegahan pada penyakit Flu babi
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan segala perjuangan yang dilakukan supaya masyarakat tidak akan terjangkit dari penyakit flu babi. Pencegahan primer dilakukan pada fase suseptibel.
Pada penyakit ini pencegahan primer bisa dilakukan dengan;
1) Melakukan penyuluhan mengenai ancaman penyakit flu babi, pencegahannya, serta penanganan penderita kepada peternak babi melalui promosi kesehatan masyarakat selain itu orang yang sering kotak dengan ternak maupun tinggal disekitar kawasan peternakan babi juga perlumendapatkan penyuluhan.
2) Mengajak masyarakat untuk melakukna PHBS (Perilaku Hidup BersihDan Sehat), contohnya dengan mencuci tangan sehabis memegang benda- benda ditempat umum.
3) Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar kepada pekerja peternakan.
4) Menyediakan tempat untuk mencuci tangan di tempat-tempat umum.
5) Mengajak masyarakat umum untuk menggunakan masker apabila mengalamigangguan pernafasan atau demam dan segera menghubungi dokter.
6) Penyemprotan disinfektan pada setiap babi dan sangkar babi semoga risiko penyebaran virus menjadi berkurang.
Pencegahan Sekunder
Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan pengobatantepat. Pengobatan atau tindakan yang sempurna bisa mencegah terjadinyakomplikasi atau memperlambat perjalanannya. Pencegahan sekunder dilakukan pada fase presimtomatis yakni dengan jalan mengidentifikasi sedini mungkin terjadinya penyakit dengan jalan melaksanakan deteksiterhadap perubahan patologis pada tubuh yang pada fase tersebut sudah terjadi. Misalnya; bila seseorang sudah menderita penyakit flu sebaiknya menggunakan masker bila melaksanakan bepergian. Melakukan pemeriksan ditempat-tempat umum menyerupai bandara, pertokoan dan tempat-tempat umum lainnya.
Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ialah semua perjuangan untuk membatasiketidakmampuan dan rehabilitasi. Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadidan bahkan meninggalkan cacat. Pada penyakit flu babi pencegahansekunder dilakukan denga memperlihatkan pengobatan secara tepat, mengisolasi pederita penyakit flu babi, dan melaksanakan rehabilitasi kepada para penderita penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib menghimbau masyarakat semoga mau mendapatkan kembali penderita flu babi yang sudah sembuh semoga tidak adatindakan pengucilan.
3.2 Pengobatan/penatalaksanaan
Petunjuk penggunaan obat antiviral untuk pengobatan dan pencegahan (kemoprofilaksis) terhadap jerawat flu babi.
Pasien yang mendapatkan obat antiviral (antivirus) antara lain :
1) pasien didiagnosis niscaya terinfeksi flu babi
2) pasien kemungkinan terinfeksi flu babi
3) pasien diduga (suspek) terinfeksi flu babi
4) orang yang kontak pribadi dengan pasien
Obat anriviral untuk flu babi
Ada 4 macam obat yang sanggup digunakan untuk mengobati virus infuensa tipe A (termasuk didalamnya virus flu babi dan flu burung) yaitu amatandine dan rimantadine keduanya termasuk golongan adamantane serta zanamivir dan oseltamivir keduanya termasuk golongan neuramidase. Virus flu babi telah resisten tehadap amantadine dan rimantadine dan masih sensitif tehadap zanamivir dan oseltamivir sehingga kedua obat yang disebut terakhir direkomendasikan.
Zanamivir dikenal dengan merek dagang Relenza ®, digunakan untuk pengobatan influensa tipe A dan B pada penderita usia 7 tahun ke atas dan sebagai profilaksis influensa tipe A dan B pada penderita usia 5 tahun ke atas.
Oseltamivir dikenal dengan merek dagang Tamiflu ®, digunakan untuk pencegahan dan pengobatan influensa tipe A dan B pada penderita usia 1 tahun ke atas.
Proses pengobatan
Langkah pertama ialah mendiagnosis pasien terlebih dahulu dengan mengambil spesimen lendir dari saluran nafas dan memeriksannya dengan alat RT-PCR atau kultur virus. Alat pendeteksi cepat menyerupai rapid antigen test dan immunofluresence test tidak sanggup digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis niscaya lantaran hanya sanggup mendeteksi adanya influensa tipe A dan tidak sanggup membedakan antara influensa tipe A insan dengan influensa tipe A babi.
Setelah diketahui status penderita, maka obat antiviral (oseltamivir atau zanamivir) harus diberikan secepatnya sehabis adanya tanda-tanda yang khas dari flu babi. Pemberian obat antiviral dibawah 48 jam sanggup menurunkan angka janjkematian dan perawatan di rumah sakit bila dibandingkan tunjangan diatas 48 jam. Lamanya pengobatan yang diberikan ialah selama 5 hari. Pemberian obat antiviral tersebut harus melalui resep dokter yang berpengalaman untuk mencegah resistensi obat. Berikut ini tabel pemberian obat antiviral :
Tabel 1. Penggunaan Obat Antiviral untuk Pengobatan dan Pencegahan Flu Babi
Obat/Kelompok Umur | Pengobatan | Pencegahan |
Oseltamivir | | |
Dewasa | 2 kali 75 mg kapsul selama 5 hari | 1 kali 75 mg kapsul |
Anak-anak (umur 12 bulan ke atas) berdasarkan berat badan | | |
≤ 15 Kg | 60 mg kapsul sehari dibagi dua takaran selama 5 hari | 1 kali 30 mg kapsul sehari |
15 – 33 Kg | 90 mg kapsul sehari dibagi dua takaran selama 5 hari | 1 kali 45 mg kapsul sehari |
24 – 40 Kg | 120 mg kapsul sehari dibagi dua takaran selama 5 hari | 1 kali 60 mg kapsul sehari |
> 40 Kg | 150 mg kapsul sehari dibagi dua takaran selama 5 hari | 1 kali 75 mg kapsul sehari |
Zanamivir | | |
Dewasa | 2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi, 2 kali sehari | 2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi, 1 kali sehari |
Anak-anak (umur 7 tahun ke atas) | 2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi, 2 kali sehari (umur 7 tahun ke atas) | 2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi, 1 kali sehari (umur 5 tahun ke atas) |
Penggunaan obat antiviral bisa saja berubah tergantung dari efektivitas obat antiviral, tanda-tanda klinis, imbas samping obat dan suseptibilitas obat tersebut.
Kemoprofilaksis (pencegahan) dengan obat antiviral
Kemoprofilaksis diberikan pada orang-orang yang dianggap kontak pribadi dengan penderita selama periode jerawat (1 hingga 7 hari sehabis kontak). Jika kontak telah lebih dari 7 hari, maka kemoprofilaksis tidak dibutuhkan. Lamanya kemoprofilaksis yang diberikan ialah 10 hari mulai dari terpapar hingga penderita tersebut didiagnosis flu babi.
Pengobatan dan pencegahan untuk anak usia dibawah 12 bulan
Anak-anak dibawah 12 bulan termasuk dalam kelompok berisiko tinggi terkena flu babi. Data keamanan pemakaian obat antiviral pada anak-anak dibawah umur 12 bulan sangat terbatas dan Oseltamivir tidak disarankan pada anak-anak dibawah 1 tahun. Tapi berdasarkan data penggunaan oseltamivir pada flu musiman memperlihatkan jarang sekali terjadi imbas samping yang parah. Oleh lantaran itu dengan alasan gawat darurat maka penggunaan oseltamivir pada anak-anak dibawah 1 tahun masih sanggup dimungkinkan (menurut FDA). Berikut ini tabel penggunaan obat antiviral pada anak-anak dibawah 12 bulan :
Tabel 2. Penggunaan Obat Antiviral untuk Pengobatan dan Pencegahan pada Anak-anak dibawah 12 bulan
Umur | Pengobatan selama 5 hari dengan Oseltamivir | Pencegahan |
< 3 bulan | 2 kali 12 mg sehari | Tidak direkomendasikan kecuali keadaan yang kritis oleh lantaran terbatasnya data |
3 – 5 bulan | 2 kali 20 mg sehari | 1 kali 20 mg sehari |
6 – 11 bulan | 2 kali 25 mg sehari | 1 kali 25 mg sehari |
Pemantauan yang ketat harus dilakukan dalam penggunaan obat antiviral tersebut mengingat data perihal keamanan dan takaran obat terbatas
Penggunaan obat antiviral pada perempuan hamil
Oseltamivir dan Zanamivir termasuk obat kategori C yaitu imbas pada perempuan hamil dan janin yang dikandungnya tidak diketahui. Oseltamivir dan Zanamivir hanya digunakan bila diketahui ada imbas yang menguntungkan pada janin yang dikandungnya. Belum ada imbas samping yang dilaporkan pada perempuan hamil yang menerima menggunakan zanamivir dan oseltamivir. Oseltamivir sanggup digunakan untuk pengobatan flu babi pada perempuan hamil. Zanamivir digunakan untuk profilaksis pada perempuan hamil oleh lantaran masuk ke dalam tubuh secara inhalasi sehingga perembesan sistemik terbatas dan lebih aman
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas maka sanggup disimpulkan bahwa penyakit flu babimemiliki tiga faktor penyebabnya diantaranya factor Host yaitu manusia,faktor Agent yaitu virus H1N1, dan faktor lingkungan yaitu keadaan cuaca,iklim serta geografis di suatu daerah. Dan terjadi tiga fase dalam perjalananalamiah Flu Babi yaitu; fase suseptibel, fase presimtomatis, fase klinis. sertauntuk mencegah penyakit flu babi ini perlu dilakuna tiga tahap pencegahanyaitu:
1) Pencegahan primer, misalnya; dengan melaksanakan penyuluhan mengenai ancaman penyakit flu babi kepada orang-orang yang berisiko terjangkit flu babi
2) Pencegahan sekunder, misalnya; melaksanakan investigasi ditempat-tempatumum menyerupai bandara, dan tempat-tempat umum lainya.
3) Pencegahan tersier, misalnya; tunjangan obat yang sempurna pada penderitadan melaksanakan rehabilitas
4.2 Saran
Saat ini kasus flu babi di Indonesia tergolong rendah, untuk mencegah terjangkit penyakit flu babi ini, oleh lantaran itu sebaiknya kita membudayakan pola hidup PHBS (Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat). Kemudian diwajibkan pada semua orang yang demam serta sedang mengalami gangguan pernafasan semoga menggunakan masker semoga penyebaran Flu Babi melalui droplet sanggup dicegah. Selain itu perlu adanya alat penditeksi panas tubuh ditempat-tempat menyerupai bandara serta tempat yang kemungkinan penularan flu babi dari luar negeri sangat tinggi. Ini dimaksudkan guna mencegah datangnya wisatawan absurd yang membawa virus flu babi ke Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan R.I. 2006. Jakarta
2. Doenges, Moorhouse & Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman & Pendokumentasian Perawatan Pasien.
3. F.A. Davis Philadelphia, Pennsylvania. USA Abi, Nursing. 2009. Peran Perawat Komunitas dalam Praktek Asuhan Keperawatan, Diakses pada tanggal 25 maret 2013 dari http://abimuhlisin.blogspot.com/
4. http://www.komnasfbpi.go.id/
0 Response to "Sekilas Perihal Flu Babi"
Posting Komentar