ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes SEKILAS TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
1. Pengertian Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) ialah masakan yang diberikan pada balita yang telah berumur 6 bulan, berperan penting bagi pertumbuhan, kesehatan, daya tahan tubuh balita, khususnya sebagai materi yang mengandung zat penangkal banyak sekali penyakit (Krisnatuti, 2005).
Makanan Pendamping ASI ialah masakan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya ( Utami, 2006 ).
Makanan tambahan ialah masakan yang diberikan pada anak usia 6-24 bulan. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI. Jadi, masakan pendamping ASI harus tetap yydiberikan kepada anak, paling tidak hingga usia 24 bulan ( Yesrina, 2000 ).
2. Tujuan MP-ASI
Air Susu Ibu (ASI) hanya bisa mencukupi kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan sesudah itu, produksi Air Susu Ibu (ASI) semakin berkurang sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Tujuan dukungan MP-ASI (Soenarno, 2007) sebagai berikut:
1) Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI
2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk bermacam-macam makanan dari banyak sekali rasa dan tekstur.
3) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
4) Melakukan penyesuaian terhadap masakan yang mengandung kadar energi yang tinggi.
Menurut WHO (2003) pada ketika seorang bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif akan dicapai usia tertentu dimana ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, masakan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI, ini berarti:
1) Makanan tambahan diharapkan untuk mengisi kesenjangan energi.
2) Jumlah masakan yang dibutuhkan meningkat sewaktu anak bertambah usianya.
3) Jika kesenjangan tidak diisi anak akan berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
3. Manfaat MP-ASI
ASI hanya bisa mencukupi kebutuhan bayi hingga usia 4-6 bulan. Setelah itu, produksi ASI semakin berkurang, sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal sanggup diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat tubuh anak.
Apabila sesudah usia 4-6 bulan, berat tubuh seorang anak tidak mengalami peningkatan, memperlihatkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak terpenuhi. Hal ini sanggup disebabkan asupan masakan bayi hanya mengandalkan ASI saja atau dukungan masakan tambahan kurang memenuhi syarat. Di samping itu, faktor terjadinya bisul pada kanal pencernan menawarkan imbas yang cukup besar (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).
Menurut Indiarti ( 2008 ) manfaat masakan pendamping ASI ialah :
1) Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik psikomotor, otak dan kognitif si kecil yang semakin meningkat.
2) Untuk melatih keterampilan mengunyah dan menelan si kecil.
3) Untuk berguru membuatkan kemampuan mendapatkan banyak sekali rasa dan struktur makanan.
4. Syarat MP-ASI
Menurut Krisnatuti dan Yenrina ( 2000 ), masakan pendamping ASI yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :
1) Memiliki nilai energi dan kandungan protein tinggi.
2) Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok.
3) Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik.
4) Harganya relatif murah.
5) Sebaiknya sanggup diproduksi dari materi – materi yang tersedia secara ideal.
6) Bersifat padat gizi.
7) Kandungan serat bergairah atau materi lain yang sukar dicerna dalam jumlah sedikit. Kandungan serat bergairah yang terlalu banyak justru akan menggangu pencernaan bayi.
5. Pemberian MP-ASI Tidak Tepat Usia
Memberi masakan tambahan terlalu cepat atau dini berdasarkan WHO (2006) akan berakibat :
1) Seorang anak belum memerlukan masakan tambahan ketika ini, dan masakan tersebut sanggup menggantikan ASI. Jika masakan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit sehingga ASI yang diproduksi sedikit.
2) Resiko bisul meningkat
3) Resiko diare meningkat lantaran masakan yang dikonsumsi tidak sebersih ASI.
4) Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk hamil kembali bila jarang menyusui.
6. MP-ASI Terlambat
Bahaya Pemberian MP-ASI terlalu lambat. Memulai dukungan masakan tambahan terlalu lambat juga berbahaya (Depkes RI, 2005) karena:
1) Anak tidak menerima masakan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien.
2) Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
3) Pada anak resiko malnutrisi dan defesiensi mikronutrien meningkat.
7. Makanan Bayi
Mengatur masakan bayi sanggup dibagi dalam beberapa tahapan (Krisnatuti, 2007) sebagai berikut :
a. Makanan bayi usia 6 bulan
Makanan bayi usia 6 bulan sebagai berikut:
1) ASI tetap diberikan
2) Susu botol kecil (200 cc) diberikan 5 kali sehari
3) Sereal: beras putih, beras merah diberikan 1 kali.
4) Buah: pisang, alpukat, apel, pir diberikan satu kali
b. Makanan bayi usia 7-8 bulan
Makanan bayi usia 7-8 bulan ialah sebagai berikut:
1) ASI tetap diberikan
2) Susu botol kecil (220 cc) 4 kali sehari
3) Sereal: lanjutan dukungan beras merah, beras putih 2 kali sehari
4) Buah-buahan: mangga, pir, blewah, timun suri diberikan 1 kali sehari
5) Daging dan masakan yang mengandung protein: daging sapi, daging ayam, hati, tahu, tempe diberikan 1 kali sehari.
c. Makanan bayi usia 9-12 bulan
Bayi mulai mendekati masa batita, ia sangat aktif dan cenderung sulit untuk berhenti bergerak. Semakin mendekati ulang tahun pertama, masakan semakin bervariasi dan bertekstur kasar. Frekuensi masakan juga sangat bisa ditingkatkan menjadi 2-3 kali dengan 1-2 kali masakan selingan. Walaupun ia sudah mulai kehilangan minat pada payudara atau botol, lanjutkan dukungan ASI kapanpun bayi memintanya lantaran ASI tetap menjadi dasar utama dari kebutuhan nutrisinya selama masa pertumbuhan yang pesat. Tetap perkenalkan jenis masakan gres untuk memperluas variasi masakan dan nutrisi yang dikonsumsi (Imelda, 2009).
Makanan yang diberikan pada bayi usia 9-12 bulan (Krisnatuti, 2007) sebagai berikut:
1) ASI tetap diberikan atau susu formula
2) Nasi tim atau sereal diberikan 2 kali sehari
3) Buah: nanas, kiwi, mangga, melon diberikan 1 kali sehari
4) Sayuran: buncis, kacang kapri, kacang panjang, labu diberikan dicampur pada nasi tim
5) Daging sapi, daging ayam, hati, kuning telur diberikan satu kali sehari
6) Biskuit sebagai selingan diberikan 2 kali sehari
8. Tumbuh Kembang Optimal.
Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, WHO dan UNICEF merekomen-dasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu:
1) Memberikan ASI kepada bayi segera setengah jam sesudah bayi lahir.
2) Memberikan hanya ASI saja atau ASI secara pribadi semenjak lahir hingga bayi berusia 6 bulan.
3) Memberikan MP-ASI semenjak bayi berusia 6 bulan hingga 24 bulan.
4) Meneruskan dukungan ASI hingga anak berusia 24 bulan atau lebih.
9. Pengolahan MP-ASI
Cara pengolahan MP-ASI (Krisnatuti dkk, 2005) sebagai berikut:
a. Makanan pokok
Makanan pokok ialah masakan yang dikonsumsi dalam jumlah yang paling banyak dan mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga jenis masakan pokok adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu umbi-umbian. Bubur susu yang lembut, kental dan gurih sanggup dibentuk dari masakan pokok apapun dan sanggup diberikan sebagai pendamping ASI.
b. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan diharapkan oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat penting untuk pertumbuhan. Jenis kacang- kacangan ibarat kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang tunggak, kacang merah, kacang karo, dan lain-lain. Kulit luar kacang-kacangan sulit dicerna, tetapi melalui pemasakan yang benar dan baik kasus ini sanggup diatasi. Pertama kacang direndam beberapa saat, kemudian direbus hingga lunak. Buang kulit arinya kemudian dihaluskan dengan cara menggerus dan menyaring.
c. Bahan pangan hewani
Bahan pangan hewani bergizi tinggi dan sangat baik untuk masakan bayi. Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain daging sapi, ayam termasuk jeroannya (terutama hati), ikan segar, telur, susu beserta olahannya. Sebaiknya daging dicincang atau di tumbuk halus terlebih dahulu sebelum dimasak, sedangkan ikan dipisahkan dari durinya kemudian di cincang. Bagian telur yang diberikan biasanya kuningnya saja sesudah direbus kemudian dihaluskan sesudah itu dicampurkan ke dalam bubur.
d. Sayuran
Jenis sayuran yang mengandung gizi serta yang baik untuk dimakan oleh bayi ialah sayuran yang banyak mengandung karotennya, yaitu yang berwarna jingga dan hijau, ibarat wortel, tomat merah, bayam, kangkung sawi. Cara mengolahnya, sayuran direbus dan dikukus hingga lunak, kemudian dicincang dan diparut dan dicampur kedalam bubur.
e. Buah-buahan
Buah harus dipilih yang sudah masak dan tidak masam. Pisang biasanya sering dipakai sebagai masakan bayi usia 4-6 bulan lantaran selain mengandung vitamin dan mineral juga mengandung karbohidrat. Buah-buahan yang baik antara lain pepaya, mangga, jeruk manis. Sebelum dikupas, basuh buah hingga higienis dan sesudah dikupas basuh buah dengan memakai air matang. Untuk bayi usia 5-7 bulan, buah harus diparut atau ditumbuk, kemudian disaring. Dengan demikian bayi hanya diberi sari buah. Setelah bayi berusia 8 bulan buah tidak perlu disaring sehingga sanggup diminum bersama ampasnya.
f. Lemak dan minyak.
Lemak dan minyak mengandung energi yang tinggi memberi rasa lebih gurih serta masakan lebih lunak dan gampang ditelan. Beberapa jenis lemak yang harus ditambahkan antara lain mentega, margarine keju dan lemak dari binatang lainnya. Jenis minyak yang umum dipakai yaitu minyak kelapa, santan, minyak jagung, minyak kacang, minyak nabati.
10. Pemberian MP-ASI
Makanan MP-ASI sanggup diberikan secara efisien, hal-hal yang perlu diperhatikan (Soenardi T, 2007) sebagai berikut:
1) Berikan secara hati-hati, bertahap dari bentuk encer secara berangsur angsur kebentuk yang kental.
2) Makanan gres dikenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa masakan betul-betul dapat diterima dengan baik.
3) Makanan yang gampang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir. Urutan pemberiannya buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran, daging dan lain-lain. Sedangkan telur diberikan pada usia 6 bulan.
4) Cara menawarkan masakan bayi mempengaruhi perkembangan emosionalnya. Oleh lantaran itu jangan dipaksakan.
Tahap awal dukungan MP-ASI, perkenalkan bubur dan sari buah 2x sehari sebanyak 1-2 sendok makan penuh. Frekuensi dukungan ini lambat laun harus ditingkatkan. Menginjak usia 7–9 bulan sanggup diberikan masakan 3-6 sendok makan penuh tiap kali makan paling tidak 4x sehari (Krisnatuti dkk, 2005). MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi hingga berusia sekitar dua tahun atau lebih (Depkes RI, 2005).
ASI merupakan masakan bayi paling utama karena:
1) ASI mengandung anti bodi yang diharapkan bayi.
2) Lemak yang dikandung oleh ASI lebih gampang dicerna bayi.
3) ASI mengandung protein yang sangat baik untuk pertumbuhan.
4) ASI tidak mengandung alergen, sehingga tidak menimbulkan alergi.
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makanan Dan Frekuensi Pemberian
UMUR | JENIS MAKANAN | FREKUENSI |
6 Bulan | ASI/PASI Bubur Susu Sari buah Kuning telur | Sekehendak / 5 x 185-200ml 1x sehari 1x sehari 1x sehari |
7 Bulan | ASI/PASI Bubur Susu Buah-buahan Nasi Tim saring Kuning telur | Sekehendak / 4 x 210-220ml 1x sehari 1x sehari 2x sehari 1x sehari |
8 Bulan | ASI/PASI Bubur Susu Buah-buahan Nasi Tim saring Kuning telur | Sekehendak / 4 x 200-210ml 1x sehari 1x sehari 2x sehari 1x sehari |
9 Bulan | ASI/PASI Bubur Susu Buah-buahan Nasi Tim Biasa Kuning telur, dan Selingan | Sekehendak / 4 x 200-210ml 1x sehari 1x sehari 2x sehari 1x sehari |
10 Bulan | ASI/PASI Buah Nasi Tim Biasa Kuning Telur, Selinngan | Sekehendak / 3 x 220-230ml 1x sehari 3x sehari 1x sehari 1x sehari |
11 Bulan | ASI/PASI Buah Nasi Tim Biasa Kuning Telur, Selingan | Sekehendak / 3 x 220-240ml 1x sehari 3x sehari 1x sehari 2x sehari |
12 Bulan | ASI/PASI Buah Nasi Tim Biasa Kuning Telur, Selinngan | Sekehendak / 3 x 230-250ml 1x sehari 3x sehari 1x sehari 2x sehari |
Sumber: Krisnatuti dkk, 2005
11. Pemberian masakan yang tidak tepat pada bayi (Krisnatuti, 2005)
1) Pemberian masakan tambahan yang terlalu dini akan menurunkan frekuensi dan intensitas penghisapan bayi, yang akan merupakan suatu resiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI.
2) Pemberian masakan padat yang terlalu dini sanggup mengganggu sistem pencernaan bayi, lantaran sistem pencernaannya belum sempurna.
3) Pemberian masakan tambahan yang terlambat sanggup menimbulkan bayi kurang gizi sehingga gampang terjangkit penyakit dan infeksi, lantaran daya tahan tubuh menurun.
12. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Tepat Waktu
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan terjadi sesudah seseorang melaksanakan penginderaan terhadap sesuatu obyek. Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Namun sebagian besar pengetahuan seseorang didapat melalui panca indera mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Orang bau tanah yang telah menawarkan MPASI ke anaknya sebelum berumur 6 bulan, alasan yang diberikan lantaran menawarkan MP-ASI < 6 bulan beranggapan bila anaknya kelaparan menimbulkan tidur nyenyak anak tidak lelap, anak menangis terus lantaran rasa lapar, hal ini memperlihatkan bahwa pengetahuan yang dimiliki orang bau tanah perihal dukungan MP-ASI masih kurang (Soraya, 2010). Memasuki usia 6 bulan Bayi sudah siap untuk mendapatkan masakan bukan cair, lantaran gigi telah tumbuh dan pengecap tidak lagi menolak masakan setengah padat. Pengetahuan perihal dukungan MP-ASI pada bayi usia > bulan diharapkan untuk menawarkan MPASI yang sesuai dengan usia bayi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarok (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ialah sebagai berikut:
a. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akhir pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa.
b. Pengalaman
Pengalaman ialah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusahan untuk melupakan, namun bila pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan balasannya sanggup pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
c. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada balasannya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
d. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal supaya mereka sanggup memahami. Tidak sanggup dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin gampang pula mereka mendapatkan informasi, dan pada balasannya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya bila seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang gres diperkenalkan.
e. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan sanggup menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan memiliki imbas besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah memiliki budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya memiliki sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, lantaran lingkungan sangat kuat dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi sanggup membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan sanggup dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan perihal isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
Kriteria untuk pengetahuan berdasarkan Nursalam (2008):
1) Baik : 76%-100%
2) Cukup : 56%-75%
3) Kurang < 56%
2. Motivasi
a. Pengertian motivasi
Motivasi ialah karakteristik psikologi insan yang memberi bantuan pada tingkat janji seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laris insan dalam arah tekad tertentu. Motivasi berdasarkan Purwanto (2007) ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Motivasi ialah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melaksanakan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.
Definisi motivasi berdasarkan Stanford (1970), ada tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu relasi antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul lantaran adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan isyarat untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan ialah final dari satu siklus motivasi (Sobur, 2005).
Umumnya orang menyebut dengan motif untuk memperlihatkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Motif sanggup dikatakan sebagai daya pencetus dari dalam dan di dalam subjek untuk melaksanakan aktivitas- acara tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif sanggup diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata “motif” inilah, maka motivasi sanggup diartikan sebagai daya pencetus yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Purwanto (2007) menyampaikan bahwa motivasi ialah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan pengertian ini mengandung tiga elemen penting sebagai berikut :
1) Bahwa motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa energi di dalam system Neurophysiological yang ada pada organisme manusia, lantaran menyangkut perubahan energi insan (walaupun motivasi itu sendiri muncul dari dalam diri manusia). Penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling afeksi seseorang. Motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan afeksi dan emosi yang sanggup memilih tingkah laris manusia.
3) Motivasi akan dirangsang lantaran ada tujuan. Kaprikornus motivasi dalam hal ini sesungguhnya merupakan respon dari suatu agresi yaitu tujuan. Motivasi sanggup juga dikatakan serangkaian perjuangan untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melaksanakan sesuatu, jadi motivasi ini sanggup dirangsang oleh factor dari luar, walau motivasi itu sendiri tumbuhnya dari dalam diri seseorang.
Komponen utama dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan; dorongan merupakan kekuatan mental untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan; sedangkan tujuan ialah hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu, artinya tujuanlah yang mengarahkan sikap seseorang itu.
Motif ialah suatu istilah-istilah psikologis yang berasal dari bahasa Latin movere. Menurut Branca (dikutif Sobur, 2005) movere berarti bergerak. Selanjutnya pengertian motif lebih banyak dihubungkan dengan faktor penyebab timbulnya aktifitas dalam suatu proses terjadinya aktifitas itu sendiri.
Motif ialah suatu pengertian yang meliputi semua penyebab, alasan, dorongan di dalam diri insan yang menciptakan insan bergerak. Segala sikap insan dimulai dari adanya kebutuhan dalam diri. Kebutuhan inilah yang kemudian yang mendorong insan untuk bergerak, berarti bahwa sumber dari motif ialah kebutuhan (need) dan dorongan (drive). Motif, disamping sebagai dorongan dari dalam diri insan juga mengandung pengertian adanya suatu tujuan yang ingin dicapai (Sobur, 2005). Motif ialah kondisi internal yang menciptakan orang aktif dan mengarahkannya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagian mahir beropini bahwa istilah motif dan motivasi mengandung pengertian yang sama (Purwanto, 2007).
Dari pendapat kedua mahir tersebut ditarik kesimpulan bahwa motif ialah alasan atau dorongan yang menggerakkan orang untuk melaksanakan sesuatu, sedangkan motivasi ialah proses pembangkitan gerak supaya seseorang bergerak untuk melaksanakan sesuatu.
b. Bentuk motivasi
Bentuk motivasi, maka sanggup dilihat dari banyak sekali sudut pandang yang sangat bervariasi (Sobur, 2009) yakni:
1. Motivasi kebutuhan organis
Motivasi ini sama dengan motivasi physiological drives, misalnya: kebutuhan minum, makan dan lain-lain.
2. Motivasi darurat
Motivasi ini timbul lantaran rangsangan dari luar, misalnya: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas dan lain-lain.
3. Motivasi objektif
Motivasi ini menyangkut kebutuhan untuk melaksanakan eksplorasi, manipulasi untuk menaruh minat. Motivasi ini muncul lantaran dorongan untuk sanggup menghadapi dunia luar secara efektif.
4. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Motivasi jasmaniah, misalnya: refleks, intrinsik otomatis dan nafsu. Motivasi rohaniah ialah kemauan. Kemauan seseorang timbul melalui empat momen yaitu sebagai berikut:
a). Momen timbulnya alasan
Timbulnya alasan-alasan gres sehingga seseorang itu melaksanakan sesuatu kegiatan baru.
b). Momen pilih
Sesuatu keadaan dimana alternatif-alternatif atau alasan-alasan yang ada menjadikan persaingan, sehingga seseorang akan menimbang-nimbang dari banyak sekali alternatif atau alasan itu untuk kemudian memilih pilihan alternatif atau alasan yang akan dijalankan.
c). Momen putusan
Persaingan antara banyak sekali alternatif atau alasan sudah barang tentu akan berakhir dengan pilihannya satu alternatif atau alasan. Alternatif atau alasan yang telah dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.
d). Momen terbentuknya kemauan
Momen terbentuknya kemauan disebabkan seseorang sudah menetapkan suatu putusan untuk dikerjakan maka timbul dorongan pada diri seseorang itu untuk bertindak melaksanakan putusan itu.
c. Pengukuran motivasi
Skala Likert dipakai untuk mengukur motivasi seseorang atau kelompok orang perihal fenomena sosial, dengan Skala Likert maka motivasi akan dijabarkan menjadi suatu indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang sanggup berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang memakai Skala Likert memiliki gradasi dari sangat positif hingga negatif, yang sanggup berupa kata-kata antara (Azwar, 2008) lain:
Pernyataan positif :
1) Sangat Setuju (SS) bila responden sangat baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
2) Setuju (S) bila responden baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
3) Tidak Setuju (TS) bila responden tidak baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
4) Sangat Tidak Setuju (STS) bila responden sangat tidak baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.
Pernyataan negatif :
1) Sangat Setuju (SS) bila responden sangat baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
2) Setuju (S) bila responden baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
3) Tidak Setuju (TS) bila responden tidak baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
4) Sangat Tidak Setuju (STS) bila responden sangat tidak baiklah dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.
d. Kategori Motivasi
Skala motivasi yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka sanggup dipakai untuk mengungkapkan motivasi kelompok responden. Kriteria pengukuran motivasi (Azwar, 2008) yakni:
1) Motivasi positif bila nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean.
2) Motivasi negatif bila nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean.
3. Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan merubah sikap seseorang.
4. Sosial Budaya
Sosial budaya ialah hal-hal yang komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dari masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.
5. Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan memiliki imbas besar terhadap sikap seseorang.
6. Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga sanggup melalui metode penyuluhan. Dengan penyuluhan bertambah seseorang akan merubah perilakunya.
7. Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif gres bagi penambahan pengetahuan. Pemberian informasi ialah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang kuat terhadap perilaku.
8. Perilaku Pemberian MPASI
Dari segi biologis, sikap ialah suatu kegiatan atau acara organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh lantaran itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang hingga dengan insan itu berperilaku, lantaran mereka memiliki acara masing-masing.
Sehingga yang bermaksud dengan sikap manusia, pada hakikatnya ialah tindakan atau acara dari insan itu sendiri yang memiliki bentangan yang sangat luas antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini sanggup disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap ialah semua kegiatan atau acara manusia, baik yang sanggup diamati langsung, maupun yang tidak sanggup diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2005) mengemukakan bahwa sikap merupakan faktor yang lebih banyak didominasi mempengaruhi kesehatan sesudah lingkungan, dimana sikap selalu berperan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial maupun sosial budaya dan kemudian gres ditunjang oleh tersedianya akomodasi kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat, dan terakhir ialah faktor keturunan, dimana faktor ini erat kaitannya dengan gen yang diturunkan terhadap individu.
Blum (1974) menambahkan bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang ada anaknya mengalami penderita gizi buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yang saling bertentangan melalui:
a. Tekanan (Enforcement)
Upaya supaya masyarakat mau mengadopsi sikap kesehatan dengan baik ialah cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk undang-undang, peraturan, intruksi, tekanan dan sanksi.
b. Edukasi (education)
Upaya supaya masyarakat mau mengadopsi sikap kesehatan dengan benar, ialah dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, menawarkan informasi, menawarkan kesadaran dan sebagainya. Seperti menawarkan penyuluhan dan pendidikan dan sebagainya. Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor sikap dan faktor diluar perilaku.
Selanjutnya sikap itu sendiri terbentuk oleh 3 faktor yaitu :
1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya akomodasi atau sarana kesehatan, ibarat kontrasepsi dan obat-obatan.
3) Faktor pendorong (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan sikap petugas kesehatan ataupun petugas lainnya, merupakan kelompok acuan dari sikap masyarakat.
c. Proses Adopsi Perilaku
Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa peilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi sikap gres (berperilaku baik), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: kesadaran, interes, evaluasi, percobaan dan adopsi.
Namun demikian dalam penelitian lanjutan Roger (1983), telah menemukan model gres dalam memperbaiki penelitiannnya proses perubahan perilaku terdahulu dengan teori yang di kenal “ Deffusion of innovation “ meliputi :
1) Knowledge (pengetahuan) terjadi bila individu (ataupun suatu unit perbuatan keputusan lainnya) diekspos terhadap eksistensi penemuan dan memperoleh pemahamannya.
2) Persuasion (persuasi) terjadi bila suatu individu ( ataupun suatu unit keputusan lainnya) suatu sikap mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3) Decision (keputusan) terjadi bila individu (atau unit pembuat keputusan lainnya) terlibat dalam banyak sekali acara yang mengarah kepada pilihan untuk menerapkan dan menolak inovasi.
4) Implementation (implementasi) terjadi bila individu (atau unit keputusan lainnya) memakai inovasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto Suharsimi, 2008, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
2. Azwar Saifudin, 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jogyakarta. Pustaka Pelajar.
3. Depkes RI, 2005, Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Surabaya.
4. Dinkes Prop Jatim, 2011, Profil Kesehatan Jawa Timur.
5. Hasan Iqbal, 2009, Analisis Statistik, Jakarta, Alfabeta.
6. Hayati.2005. MP-ASI Pada Bayi Jakarta: Bina Cipta
7. Krisnatuti, 2005, Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara.
8. Imelda Rina, 2009, Panduan Kehamilan dan Perawatan Bayi, Surabaya, Victory.
9. Indiarti MT, 2009, Buku Pintar Ibu Kreatif, ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta. Khasanah Ilmu Terapan.
10. Notoatmodjo Soekidjo, 2005, Pendekatan Mudah Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Seagung Seto.
11. Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan, Edisi III . Jakarta: Salemba Medika
12. Nurpudji, 2007, Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun. Jakarta. Gramedia
13. Purwanto, 2007, Perilaku dan Sikap. Jakarta. Gramedia
14. Riduwan Muhammad, 2008, Penyusunan Tesis dan Skripsi, Bandung, Alfabeta.
15. Sobur Alex, 2005, Pengantar Psikologi Umum, Bandung, Alfabeta.
16. Soenardi T, 2007, Seri Menu Anak Makanan Untuk Tumbuh Kembang Bayi,
17. Soenarno, 2007, Panduan Merawat Bayi dan Balita Agar Tumbuh Sehat. Jakarta. Gramedia
18. Soraya, 2010, Panduan Makanan Bayi dan Balita, Surabaya, Victory.
19. Soekirman, 2003. Makanan Bergizi Pendamping ASI. Jakarta: Karya Cipta
20. Supariyasa.2004. Status Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
21. Clumbey, Jane. 2004. Panduan Para Ibu untuk Menyusui dan Mengenalkan Bayi pada Botol Susu. Jakarta: Erlangga
22. Yenrina, 2000. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya
23. Utami. 2006. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
0 Response to "Sekilas Perihal Santunan Masakan Pendamping Asi (Mp-Asi)"
Posting Komentar