ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes HUBUNGAN KELUARGA DENGAN KESEHATAN
3.1 Hubungan Keluarga Dengan Kesehatan
Dewasa ini pembangunan di bidang kesehatan telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, serta kesehatan sudah menjadi sebuah hal yang harus diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Melihat kondisi yang demikian sudah seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi penanggung jawab kesehatan, tetapi kesehatan merupakan tanggung jawab semua masyarakat. Siapapun masyarakat tersebut secara individu atau kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya dengan tenaga kesehatan terhadap upaya yang membuat terwujudnya kesehatan masyarakat itu sendiri.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Ini berarti keluarga merupakan kelompok yang secara eksklusif berhadapan dengan anggota keluarga selama 24 jam penuh. Menurut Mubarok (2007) kiprah keluarga ialah bisa mengenal duduk masalah kesehatan, bisa membuat keputusan tindakan, bisa melaksanakan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, bisa memodifikasi lingkungan rumah, dan bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai kiprah dan kiprah di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yang meliputi:
a. Mengenal Masalah Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang dilarang diabaikan sebab tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan sebab kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang bau tanah perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggita keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak eksklusif akan menjadi perhatian dari orang bau tanah atau pengambil keputusan dalam keluarga (suprajitno, 2004). Menurut Notoadmojo (2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut ialah sesuatu spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dalam mengenal duduk masalah kesehatan keluarga haruslah bisa mengetahui wacana sakit yang dialami pasien.
b. Memutuskan Tindakan Yang Tepat Bagi Keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yag mempunyai keputusan untuk tetapkan tindakan yang sempurna (Suprajitno, 2004). Friedman, 1998 menyatakan kontak keluarga dengan system akan melibatkan forum kesehatan professional ataupun praktisi local (dukun) dan sangat bergantung pada :
1) Apakah duduk masalah dirasakan oleh keluarga?
2) Apakah kepala keluarga merasa mengalah terhadap duduk masalah yang dihadapi salah satu anggota keluarga?
3) Apakah kepala keluarga takut akhir akibat terapi yang dialakukan terhadap salah satu angghota keluargaya?
4) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk bisa menjangkau kemudahan kesehatan?
c. Memberikan Perawatan Terhadap Keluarga Yang Sakit
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari kiprah atau tanggung jawabnya secara penuh. Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban yang paling berat yang dirasakan keluarga (Friedman 1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengatasi duduk masalah perawatan keluarga. Dirumah keluarga mempunyai kemampuan dalam melaksanakan pertolongan pertama. Untuk mengetahui sanggup dikaji:
1) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti wacana perawatan yang diharapkan pasien?
3) Bagaiman sikap keluarga terhadap pasien? (aktif mencari gosip wacana perawatan terhadap pasien).
d. Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan Keluarga
1) Pengetahuan keluarga wacana sumber yang dimiliki sekitar lingkungan rumah
2) Pengetahuan wacana pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya
3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan
e. Menggunakan Pelayanan Kesehatan
Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu kalau ada aggota keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantra atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam menfaatkan sarana kesehatan perludikaji tentang:
1) Pengetahuan keluarga wacana kemudahan kesehatan yang sanggup dijangkau keluarga
2) Keuntungan dari adanya kemudahan kesehatan
3) Kepercayaan keluarga terhadap kemudahan kesehatan yang ada
4) A[akah kemudahan kesehatan sanggup terjangkau oleh keluarga
Tenaga kesehatan sanggup menjadi kendala dalam perjuangan keluarga dalam memanfaatkan kemudahan kesehatn yang ada. Hambatan yang sanggup muncul terutama komunikasi (bahasa) yang kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalamn yang kurang menyenangkan dari keluarga dikala berhadapan denga petugas kesehatan.
3.1.2 Tujuan Perawatan Kesehatan Kelaurga
Tujuan utama dalam menunjukkan asuhan perawatan kesehatan keluarga:
Tujuan umum :
Untuk meningktakan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehigga sanggup meningkatkan status kesehatan keluarga.
Tujuan Khusus :
a. Meningkatka kemampuan keluarga dlam mengidentifikasi duduk masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang sempurna dalam mengatasi duduk masalah kesehatan keluarga.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menunjukkan asuhan keperawatan terhadap anggita keluarga yang sakit dan dalam megatasi duduk masalah kesehatan anggota keluarga.
e. Meningkatkan produktifitas kelaurga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
3.1.3 Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Memecahkan Masalah Kesehatan Keluarga
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam menunjukkan asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah:
1. Hambatan dari keluarga
- Pendidikan keluarga yang rendah
- Keterbatasan sumber-sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan prasarana)
- Kebiasaan-kebiasaan yang melekat
- Sosial budaya yang menunjang
2. Hambatan dari perawat
a. Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi, seperti: phn kit, transportasi
b. Kondisi alam (geografi yang sulit)
c. Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
d. Keterbatasannya pengetahuan perawat wacana kultur keluarga
3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang menghipnotis derajat kesehatan masyarakat, yaitu:
a) Faktor Perilaku,
b) Lingkungan,
c) Keturunan
d) Pelayanan Kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata efek sikap cukup besar diikuti oleh efek faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini sanggup dilihat dari banyaknya penyakit berbasis sikap dan gaya hidup. Kebiasaan contoh makan yang sehat sanggup menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga sanggup menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup higienis juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita sanggup kita rasakan, kawasan yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, jerawat saluran saluran pernafasan, dan jerawat saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menjadikan perkembangkan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menjadikan penduduk di sekitar mempunyai risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Banyak penyakit-penyakit yang sanggup dicegah, namun sebagian penyakit tidak sanggup dihindari, seprti penyakit akhir dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang mempunyai risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh sebab itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sesungguhnya sanggup dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga jago harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketersediaan kemudahan dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan kemudahan pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan susukan masyarakat ke kemudahan pelayanan kesehatan. Ketesediaan kemudahan tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta mempunyai kompetensi di bidangnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan referensi juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit gres di setiap kabupaten/kota.
Ke empat faktor yang menghipnotis kesehatan di atas tidak sanggup berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh sebab itu upaya pembangunan harus dilaksanakan secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus meliputi upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan aneka macam upaya di atas, diharapkan kiprah pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan sanggup dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh tulus dan tangggung jawab, diusahakan jangan hingga menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.
3.3 Strategi Pendekatan Kesehatan Keluaarga.
A. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Kontek (Family as Context)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai kontek, yakni :
- Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga yang kedua
- Fokus pelayanan keperawatan: individu.
- Individu atau anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi.
- Keluarga akan dilibatkan dalam aneka macam kesempatan.
B. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Klien (Family as Client)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai klien, yakni:
- Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua
- Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota keluarga
- Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu berdampak pada keluarga secara keseluruhan
C. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Sistem (Family as System)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai sistem, yakni:
- Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga ialah sistem yang berinteraksi
- Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga secara bersamaan
- Interaksi antara anggota keluarga menjadi sasaran intervensi keperawatan (seperti: korelasi orang bau tanah dan anak, antara hirarki orang tua)
D. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Komponen Sosial (Family as Component of Society)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai komponen sosial, yakni:
- Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan, spiritual, ekonomi, dan kesehatan.
- Kelurga ialah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk sistem yang lebih besar yaitu masyarakat
- Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima, bertukar dan saling memberi layanan.
E. Lima Pendekatan Promkes ( Similarly, Ewles dan Simnett (1999) ):
1. Pendekatan medis (preventif)
Pendekatan ini dikonsepkan pada keberadaan penyakit. Hal ini dipakai untuk mencegah penyakit dan kematian imunisasi
Kegiatan melalui kampanye media dan edukasi
Fokus : individu membuat keputusan untuk tetap sehat dengan mencegah penyakit
2. Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat biar mengadopsi sikap kesehatan yang yang dipakai dalam pemeliharaan kesehatan.
Pendekatan ini membuat masyarakat bebas membuat pilihan wacana perubahan sikap yang bekerjasama dengan kesehatan.
Kegiatan : komunikasi dan konseling
3. Pendekatan edukasi
Pendekatan ini memfasilitasi proses berguru melalui obrolan dan diskusi dengan mengintegrasikan kehidupan dengan model pendidikan
Taktik yang dipakai ialah : Health Education Authority (HEA), ibarat meningkatkan kepedulian resiko merokok pada ibu hamil.
4. Pendekatan perubahan sosial
Pendekatan ini harus menjamin bahwa sehat lebih gampang dicapai dan mendukung perhatian kesehatan untuk semua.
Fokus tidak merubah sikap individu tetapi pada efek positif kesehatan masyarakat.
5. Pendekatan berpusat pada klien
Pendekatan ini berdasar pada korelasi seimbang antara profesi kesehatan dengan klien
Profesi kesehatan memberi bimbingan, derma dan dorongan biar klien sanggup membuat pilihan
DAFTAR PUSTAKA
- Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
- Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.
- Go Nursing. 2008. Keperawatan Keluarga Sebuah Pengantar. http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/04/07/keperawatan-keluarga-sebuah-pengantar/. 09-10-2010.
- Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC
- (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3747/1/fkm-juanita5.pdf)
0 Response to "Hubungan Keluarga Dengan Kesehatan"
Posting Komentar