Sekilas Ihwal Persepsi

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG PERSEPSI

1. Pengertian Persepsi
Persepsi ialah pengalaman ihwal objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan isu dan menafsirkannya. Persepsi ialah memperlihatkan makna kepada stimulus (Notoatmodjo, 2010 : 92).

Persepsi merupakan proses final dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, kemudian diteruskan ke otak, dan gres kemudian individu menyadari ihwal sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari, sanggup mengerti ihwal keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun ihwal hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004 : 93).

Menurut Bimo Walgito yang dikutip oleh Alex Sobur (2011), persepsi ialah proses pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan kegiatan yang integrated dalam diri individu.

2. Macam – macam Persepsi
Ada 2 macam persepsi :
1)    Eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi lantaran adanya rangsangan yang tiba dari luar diri individu.
2)    Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi lantaran adanya rangsangan yang berasal dari diri sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek ialah individu itu sendiri (Sunaryo, 2004 : 94).

3. Proses Persepsi
Dalam proses persepsi ada 3 komponen, yaitu :
a). Seleksi
Adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya sanggup banyak atau sedikit.

b). Interpretasi
Yaitu proses pengorganisasian isu sehingga mempunyai arti bagi seseorang, interpretasinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, ibarat pengalaman masa lalu, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian isu yang diterimanya, yaitu proses mereduksi isu yang kompleks menjadi sederhana.

c). Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laris sebagai reaksi (Sobur, 2011 : 447).

1. Tahap-tahap dalam proses persepsi :
a). Terjadinya stimulasi alat indra (Sensory Stimulation)
Alat indra dirangsang. Contohnya melihat orang yang usang tidak jumpa. Meskipun mempunyai kemampuan untuk  merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.

b). Stimulasi oleh alat indra diatur
Rangsangan dari alat indra diatur berdasarkan potongan prinsip. Salah satu prinsip yang dipakai ialah prinsip kemiripan, yaitu orang atau pesan yang secara fisik ibarat satu sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatuan (unity). Prinsip lain ialah kelengkapan (closure) yaitu kita memandang atau memersepsikan suatu gambar atau pesan dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap. Kemiripan atau kelengkapan hanyalah dua diantara banyak prinsip pengaturan yang akan kita singgung. Dalam membayangkan prinsip-prinsip ini, hendaknya kita ingat apa yang kita persepsikan, juga kita tata ke dalam teladan yang bermakna bagi kita. Pola tentu benar atau logis dari segi objektif tertentu.

c). Stimulasi alat indra ditafsirkan – dievaluasi
Merupakan proses subjektif yang melibatkan penilaian dipihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, keyakinan ihwal yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada ketika itu, dan sebagainya pada diri kita (Sobur, 2011: 449-451).

2. Menurut Pareek yang dikutip oleh Alex Sobur (2011), proses persepsi terdiri dari :
a). Proses menerima
Merupakan proses pertama dalam persepsi yaitu untuk mendapatkan rangsang atau data dari banyak sekali sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini sering disebut dengan pengindraan atau sensasi.

b). Proses menyeleksi rangsang
Yaitu merupakan proses seleksi atau sebuah prosedur dari sebuah persepsi.

c). Proses pengorganisasian
Data atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Pengorganisasian sebagai proses seleksi atau screening berarti beberapa isu akan diproses dan yang lain tidak. Dengan kata lain berarti bahwa isu yang diproses akan digolongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan memperlihatkan arah untuk mengartikan stimulus. Kategorikan tersebut mungkin terjadi secara terperinci, yang terpenting ialah mengkategorikan isu yang kompleks kedalam bentuk yang sederhana.

d). Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, kemudian peserta menafsirkan data itu dengan banyak sekali cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi sehabis data itu ditafsirkan. Dengan kata lain persepsi memperlihatkan arti pada banyak sekali data dan isu yang diterima.

e). Proses pengecekan
Setelah data diterima dan ditafsirkan, peserta mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakan penafsiran benar atau salah. Pengecekan sanggup dilakukan untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru.

f). Proses reaksi
Proses final dari persepsi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Tindakan ini bisa tersembunyi dan bisa terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan terbuka berupa tindakan faktual sehubungan dengan persepsi (Sobur, 2011 :451-464)

4. Proses menyeleksi rangsangan
Ada banyak faktor yang akan menimbulkan stimulus masuk dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab ini sanggup kita bagi menjadi dua potongan besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal ialah faktor yang menempel pada objeknya, sedangkan faktor internal ialah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.
1). Faktor internal
a). Kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis seseorang mensugesti persepsinya.

b). Latar belakang
Latar belakang mensugesti hal-hal yang dipilih dalam persepsinya.

c). Pengalaman
Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan tanda-tanda yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya.

d). Kepribadian
Kepribadian mensugesti persepsi, seseorang yang intovert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang sama sekali berbeda.

e). Sikap dan kepercayaan umum
Sikap dan kepercayaan umum juga mensugesti persepsi.

f). Penerimaan diri
Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mensugesti persepsi. Beberapa telah memperlihatkan bahwa mereka yang lebih tulus mendapatkan kenyataan diri akan lebih sempurna menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang tulus mendapatkan realitas dirinya.

2). Faktor eksternal
Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi rangsangan ialah:
a). Intesitas
Pada umumnya rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens.

b). Ukuran
Pada umumnya benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatiannya.

c). Kontras
Hal lain yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.

d). Gerakan
Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian dari pada hal-hal yang diam.

e). Ulangan
Hal-hal yang berulang sanggup menarik perhatian. Ulangan mempunyai nilai yang menarik perhatian selama dipakai dengan hati-hati.

f). Keakraban
Hal-hal yang dekat atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama kalau hal tertentu tidak diperlukan dalam rangka tertentu.

g). Sesuatu yang gres bertentangan dengan faktor keakraban, akan tetapi hal-hal gres juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang gres menarik perhatian (Sobur, 2011 : 452-455)

5. Ada 4 faktor yang mensugesti persepsi seseorang, yaitu :
a). Faktor Fungsional
Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, suasana hati, pelayanan, pengalaman masa kemudian seorang individu.

b). Faktor Struktural
Yaitu faktor yang timbul atau dihasilkan dari bentuk stimulasi dan imbas netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu.

c). Faktor Situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk paralinguistik ialah beberapa faktor yang mensugesti persepsi.

d). Faktor personal
Terdiri atas pengalaman, motivasi, kepribadian (Sobur, 2011 : 460-462)

6. Syarat individu sanggup mengadakan Persepsi
Melalui persepsi individu menyadari dan sanggup mengerti ihwal keadaan lingkungan yang ada disekitarnya serta ihwal hal – hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (self-perception). Alat penghubungnya ialah indra.

Persepsi dimulai dari pengindraan, yaitu dengan diterimannya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak yang diorganisasikan dan diinterfensikan sebagai proses psikologis dan karenanya individu menyadari ihwal apa yang dilihat dan didengar.
Syarat terjadinya persepsi yaitu :
1)    Adanya objek : objek  stimulus  alat indra (reseptor)
2)    Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi
3)    Adannya alat indra sebagai reseptor peserta stimulus
4)    Syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau sentra kesadaran). Dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2004 : 97 – 98).

7. Proses terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi melalui 3 tahapan, yaitu :
1)    Proses fisik (kealaman), objek à stimulus à reseptor
2)    Proses fisiologis, stimulus à saraf sensori à otak
3)    Proses psikologis, proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulasi yang diterima
Jadi syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Secara sketsa sanggup digambarkan sebagai berikut

8. Gangguan Persepsi
Disperception (gangguan persepsi) ialah kesalahan atau gangguan dalam persepsi. Menurut Maramis yang dikutip oleh Sunaryo (2004) terdapat 7 macam gangguan persepsi, antara lain :
a). Ilusi
Ilusi ialah interpretasi yang salah atau menyimpang ihwal perembesan (persepsi) yang bergotong-royong sungguh – sungguh terjadi lantaran adanya rangsang pada reseptor. Secara singkat delusi persepsi atau pengamatan yang menyimpang.

b). Halusinasi atau maya
Yaitu perembesan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada reseptor (alat indra) seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar atau berdiri sadarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Secara garis besar halusinasi diartikan sebagai persepsi atau pengamatan palsu.

c). Depersonalisasi
Dipersonalisasi ialah persaan yang asing ihwal dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tdak ibarat biasa lagi, tidak berdasarkan kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang merasa bahwa dirinya atau tubunya sebagai tdak nyata.

d). Derealisasi
Ialah perasaan asing ihwal lingkungan di sekitar dan tidak berdasarkan kenyataan sebenarnya.

e). Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Secara harfiah soma ialah tubuh, dan sensori ialah prosedur neurologis yang terlibat dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi, somatosensorik ialah suatu keadaan menyangkut badan yang secara simbolik menggambarkan adanya suatu konflik emosional.

f). Gangguan psikofisiologik
Yaitu gangguan pada badan yang disarafi oleh susunan saraf yang berafiliasi dengan kehidupan (nervus vegetatif) dan di sebabkan oleh gangguan emosi.

g). Agnosia
Agnosia ialah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian maupun total sebagai tanggapan kerusakan otak (Sunaryo, 2004 : 94 – 97).

9. Ciri – ciri Persepsi
1)    Proses pengorganisasian banyak sekali pengalaman
2)    Proses menghubung – hubungkan antara pengalaman masa kemudian dengan ketika ini
3)    Proses pemilihan informasi
4)    Proses teoritis dan rasional
5)    Proses penafsiran atau pemaknaan pesan lisan dan nonverbal
6)    Proses interaksi dan komunikasi banyak sekali pengalaman internal dan eksternal
7)    Melakukan penyimpulan dan keputusan – keputusan, pengertian dan yang membentuk persepsi individu.

10. Pengukuran Persepsi
Skala Likert dipakai untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang ihwal fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2009)

Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi sanggup dilakukan dengan memakai Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:
a). Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif
1)    Sangat Setuju: SS
2)    Setuju: S
3)    Ragu-ragu: R
4)    Tidak Setuju:TS
5)    Sangat Tidak Setuju:STS

b). Kriteria pengukuran persepsi yakni :
1)    Persepsi positif kalau nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner ≥ T mean.
2)    Persepsi negatif kalau nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean.

DAFTAR PUSTAKA
1.    Azwar, Saifuddin, 2010, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 155-157
2.    BKKBN, 2011, Pasutri Jarang Pake Kontrasepsi BKKBN Turunkan 35 Ribu Bidan, http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=, diakses tanggal 20 Januari 2013
25. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung : 147
26. Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta : 93-98
27. Syaifuddin, Abdul Bari, 2006, Buku Pelayanan Mudah Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : MK-29
28. Varney, Helen, 2008, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta :462-465
29. Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 534





Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Sekilas Ihwal Persepsi"

Posting Komentar