Sekilas Ihwal Anak Usia Sekolah

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG ANAK USIA SEKOLAH

1. Pengertian
Usia sekolah yakni anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti pada anak. Periode ketika bawah umur dianggap mulai bertanggung jawab pada perilakunya sendiri dalam bekerjasama dengan orang tua, sobat sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan adaptasi diri pada kehidupan remaja dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009).

2. Perkembangan Anak Usia Sekolah
1) Perkembangan Biologis
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk tinggi tubuh dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut anak pria dan wanita mempunyai perbedaan ukuran tubuh. Anak pria cenderung kurus dan tinggi, anak wanita cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya dari pada otot.

2) Perubahan Proposional
Anak-anak usia sekolah lebih bagus daripada ketika mereka usia pra sekolah, dan mereka sanggup bangun tegak diatas kaki mereka sendiri. Proporsi tubuh mereka tampak lebih ramping dengan kaki yang lebih panjang, proporsi tubuh bervariasi dan sentra gaya berat mereka lebih rendah, Postur lebih tinggi daripada usia pra sekolah untuk menfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam memakai lengan tubuh. Proporsi ini memudahkan anak untuk beraktifitas ibarat memanjat, mengendarai sepeda, dan aktifitas lainnya. Lemak berkurang secara sedikit demi sedikit dan pola distribusi lemak berubah, menimbulkan penampakan tubuh anak yang lebih rampping selama tahun-tahun pertengahan.

Perubahan yang paling nyata dan sanggup menjadi indikasi terbaik peningkatan kematangan pada bawah umur yakni penurunan lingkar kepala dalam hubungannya terhadap tinggi tubuh ketika berdiri, penurunan lingkar pinggang dalam hubungannya dengan tinggi tubuh dan peningkatan panjang tungkai  dalam hubungannya dengan tinggi badan. Obserasi ini sering memperlihatkan petunjuk terhadap tingkat kematangan fisik anak yang terbukti berkhasiat dalam memprediksi kesiapan anak untuk memenuhi tuntutan sekolah.

Perubahan wajah, karakteristik dan anatomi tertentu yakni khas pada masa bawah umur pertengahan. Proporsi wajah berubah pada ketika wajah tumbuh lebih cepat terkait dengan pertumbuhan tulang tengkorak yang tersisa. Tengkoran dan otak tumbuh sangat lambat ketika periode ini dan sehabis itu, ukurannya bertambah sedikit.

3) Kematangan Sistem
Sistem gastrointestinal: Direfleksikan dengan problem lambung yang lebih sedikit, mempertahankan kadar glukosa darah dengan lebih baik, dan peningkatan kapasitas lambung yang memungkinkan retensi masakan lebih lama. Kapasitas kandung kemih: Umumnya lebih besar pada anak wanita dibandingkan anak laki-laki. Denyut jantung dan frekuensi: pernapasan akan terus-menerus menurun dan tekanan darah menigkat selama 6-12 tahun. Sisten Imun menjadi lebih kompeten untuk melokalisasi iinfeksi dan menghasilkan respon antigen dan antibody. Tulang terus mengalami pengerasan selama kanak-kanak tetapi kurang sanggup menahan dan tarikan otot dibandingkan tulang yang sudah matur.

1). Prapubertas
Pra remaja yakni periode yang dimulai menjelang selesai masa kanak-kanak pertengahan dan berakhir pada ulang tahun ke tiga belas. Tidak ada usia universal ketika anak mendapat karakteristik prapubertas tanda fisiologis pertama muncul kira-kira ketika berusia 9 tahun terutama pada anak perempuan) dan biasanya tampak terang pada umur 11-12 tahun.

2). Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan yakni periode perkembangan psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu damai antara fase odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotisme remaja. Selama waktu ini, bawah umur korelasi dengan sobat sebaya sesama jenis sehabis pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenisnya yang menyertai pubertas.

3). Perkembangan Kognitif
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejdian untuk menggambarkan mental anak yang sanggup diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai operasional kasatmata oleh piaget, ketika anak bisa memakai proses berpikir untuk mengalami insiden dan tindakan.

4). Perkembangan Moral
Pada ketika pola pikir anak sudah berubahdari egosentrisme ke pola pikir lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Walaupun anak usia 6-7 tahun mengetahui peraturan dan sikap yang dibutuhkan dari mereka, mereka tidak memahami alasannya. Penguatan dan sanksi mengarahkan evaluasi mereka: suatu tindakan yang jelek yakni yang melanggar peraturan dan membahayakan. Oleh alasannya yakni itu, anak usia 6-7 tahun kemungkinan menginterprestasikan kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai sanksi atau jawaban tindakan “buruk” yang dilakukan anak. Anak usia sekolah yang lebih besar lebih bisa menilai suatu tindakan menurut niat dibandingkan jawaban yang dihasilkan.

5). Perkembangan spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan kasatmata tetapi merupakan pelajar yang baik dan mempunyai kemauan yang besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka tertarik pada konsep nirwana dan neraka, dan dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak takut akan masuk neraka alasannya yakni kesalahandalam berperilaku. Anak-anak usia sekolah ingin dan berharap dieksekusi bila berperilaku yang salah dan, bila diberi pilihan, anak cenderung menentukan sanksi yang sesuai dengan kejahatannya. Oleh karenanya, konsep agama harus dijelaskan pada anak dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melaksanakan ritual agama dan bila aktifitas ini merupakan penggalan dari aktivitas sehari-hari anak, hal ini sanggup membantu anak melaksanakan koping dalam menghadapi situasi sehari-hari.

6). Perkembangan Sosial
Salah satu biro sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah yakni sobat sebaya. Selain orang bau tanah dan sekolah, kelompok sobat sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya.  Anak-anak mempunyai budaya yang mereka sendiri, disertai rahasia, susila istiadat, dan isyarat etik yang meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Melalui korelasi dengan sobat sebaya, anak mencar ilmu bagaimana menghadapi dominasi dan permusuhan, bekerjasama dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta menggali ide-ide dari lingkungan fisik.

7). Perkembangan Konsep Diri
Istilah konsep diri merujuk pada pengetahauan yang disadari mengenai aneka macam persepsi diri, ibarat karakteristik fisik, kemmpuan, nilai, ideal diri, dan penghargaan serta ide-ide dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, konsep diri juga termasuk juga termasuk gambaran tubuh, seksualitas, dan harga diri seseorang. Konsep diri yang positif menciptakan anak merasa senang, berharga dan bisa memperlihatkan bantuan dengan baik. Perasaan ibarat itu menimbulkan penghargaan diri, keprecyaan diri, dan perasaan senang secara umum. Perasaan negatif menimbulkan keraguan terhadap diri sendiri. Anak usia sekolah mempunyai persepsi yang cukup akurat dan positif wacana keadaan fisik mereka sendiri.

8). Bermain dianggap sangat penting bagi untuk perkembangan fisik dan fisiologi
Karena selama bermain anak membuatkan aneka macam keterampilan sosial memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.

Bentuk permainan yang sering diamati pada usia ini:
1)    Bermain konstruktif: menciptakan sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan manfaatnya, ibarat menggambar, melukis dan membentuk sesuatu.
2)    Menjelajah: Ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
3)    Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
4)    Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola basket dan sepak bola), dan senag pada permainan yang bersaing.
5)    Hiburan: anak ingin meluangkan waktu untuk membaca, mendengar radio, menonton atau melamun.

3. Masalah Anak Usia Sekolah
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah mencakup ancaman fisik dan psikologi:

1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
Penyakit nanah pada usia sekolah jarang sekali terjadi alasannya yakni adanya kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan di ulang pada kelas satu atau kelas emam, tetapi yang berbahaya yakni penyakit palsu atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Penyakit yang sering timbul yakni penyakit yang bekerjasama dengan kebersihan diri anak.

b. Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan alasannya yakni adanya perubahan pada kelenjar, tetapi alasannya yakni banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin sanggup terjadi:
1)    Anak kesulitan mengikuti aktivitas bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang penting untuk keberhasilan soaial.
2)    Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan “Gendut” atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.

c. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi jawaban harapan anak untuk bermain yang menghaslkan bekas fisik, kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap aktivitas fisik. Bila hal ini terjadi sanggup bermetamorfosis rasa aib yang mempengaruhi korelasi sosial.

d. Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan sobat sebaya. Bila muncul rasa tidak bisa sanggup menjadi dasar untuk rendah diri.

2.Bahaya Psikologis

a.Bahaya dalam berbicara.
Ada empat ancaman yang umum terjadi pada anak usia sekolah:
1)    Kosakata yang kurang dari rata-rata yang menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain.
2)    Kesehatan dalam berbicara ibarat salah ucap, dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam berbicara ibarat gagap, akan menciptakan anak sadar diri sehingga anak hanya bicara bila perlu.
3)    Anak yang mempunyai kesulitan  berbicara dalam bahasa yang dipakai dalam lingkungan sekolah akan terhalang dalam perjuangan berkomunikasi dan merasa bahwa ia berbeda.
4)    Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik, dan merendahkan orang lain dan yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.

b. Bahaya Emosi.
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh sobat sebaya maupun oleh orang dewasa, bila ia masih memperlihatkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, ibarat murka yang meledak-ledak sehingga kurang disenangi oleh orang lain.

c. Bahaya Bermain.
Anak yang kurang mempunyai derma sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dihentikan menghayal akan membuang waktu atau dihentikan menciptakan aktivitas kreatif dan berani akan membuatkan kebiasaan yang penurut dan kaku.

d. Bahaya dalam konsep diri.
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada diri sendiri dan puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada aneka macam streotif, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan terus memperlihatkan dampak jelek pada adaptasi sosial anak.

e. Bahaya Moral.
1)    Perkembangan isyarat moral sesuai konsep teman-teman atau menurut konsep media massa wacana benar dan salah yang tidak sesuai dengan isyarat etik orang dewasa.
2)    Tidak berhasil membuatkan bunyi hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku.
3)    Disiplin yang tidak konsisiten menciptakan anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan.
4)    Hukuman Fisik merupakan pola agretifitas anak.
5)    Menganggap derma sobat terhadap sikap yang salah begitu memuaskan sehingga sikap menjadi kebiasaan.
6)    Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.

f. Bahaya yang menyangkut minat
1)    Tidak berminat dalam hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya.
2)    Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang sanggup bernilai bagi dirinya, ibarat kesehatan dan sekolah.

g. Bahaya dalam penggolongan kiprah seks
Ada dua ancaman yang umum dalam penggolongan kiprah seks. Kegagalan untuk mempelajari organ seks, kiprah seks yang dianggap pantas oleh sobat sebaya, dan ketidakmauan untuk melaksanakan kiprah seks yang disetujui. Bahaya yang pertama,  Cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga ketika orang tuanya melaksanakan kiprah seks yang berbeda dengan orang bau tanah teman-temannya. Bahaya yang kedua berkembang bilamana anak wanita dan pria dibutuhkan melaksanakan peran-peran tradisional.

h. Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada dua ancaman yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama, perkembangan konsep diri dan kedua egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan yang serius alasannya yakni memperlihatkan rasa penting dari yang palsu.

i. Bahaya korelasi keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan  dua hal: melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola adaptasi yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah (Cahyaningsih, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

1.    Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2.    Cahyaningsih S.Dwi. 2011. Pertumbuhan Anak dan Remaja Dini. Trans informasi Media, Jakarta.
3.    Depkes RI. 2009. Panduan Penyelenggaraan Hari Cuci Tangan Sedunia. diakses tanggal 14 Desember 2009 pukul 08:10:15 AM.
4.    Depkes. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
5.    Dinkes. 2011. Selayang Pandang. Dinas Kesehatan, Provinsi Jawa Timur
6.    Hidayat A, 2007. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
7.    Samba, Suharyati. 2005. Buku Praktek Kebidanan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
8.    Ratna E. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Nuha Medika, Yogyakarta.
9.    Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta.
10. Siswanto, Hadi. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini.Sawon,Bantul, Yogyakarta.
11. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
12. Nazir, dkk. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
13. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta, Jakarta.
14. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. metodologi penelitian kesehatan. Rineka cipta, Jakarta.
15. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT Rineka Cipta, Jakarta.
16. Nursalam. 2008. konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba medika.




Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Sekilas Ihwal Anak Usia Sekolah"

Posting Komentar