Sekilas Ihwal Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr)

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

KONSEP KELUARGA BERENCANA

1. Pengertian
Keluarga berencana yaitu suatu perjuangan untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Mochtar, 2002).

Menurut UU No 10 tahun 1992 perihal perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga berencana yaitu upaya peningkatan kepedulian dan tugas serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Arum, 2009).

Keluarga berencana yaitu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan atau mengatur interval diantara kehamilan (Hartanto, 2004).

2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan umum keluarga berencana yaitu membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, biar diperoleh suatu keluarga senang dan sejahtera yang sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila ditilik lebih dalam bergotong-royong Keluarga Berencana bertujuan memperhatikan beberapa kepentingan insan dan masyarakat, antara lain yaitu orang tua, anak – anak, dan masyarakat (Mochtar, 2002).


KONSEP TENTANG KONTRASEPSI

1. Pengertian
Kontrasepsi yaitu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan (Wiknjosastro, 2008).

Kontrasepsi yaitu upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap (Mansjoer, 2009).

Kontrasepsi yaitu obat atau alat untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan (BKKBN, 2011).

Akseptor yaitu peserta KB yaitu PUS (Pasangan Usia Subur) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2011).

Kontrasepsi sanggup dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan alat, obat atau dengan operasi. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1)    Dapat dipercaya
2)    Tidak menjadikan imbas yang mengganggu kesehatan
3)    Daya kerjanya sanggup diatur berdasarkan kebutuhan
4)    Tidak menjadikan gangguan sewaktu melaksanakan koitus
5)    Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6)    Mudah pelaksanaannya
7)    Murah harganya sehingga sanggup dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8)    Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan. (Wiknojosastro, 2008)

Menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi 2 yaitu :
a)Cara temporer (spacing)
Yaitu menjarangkan kehamilan selama beberapa tahun sebelum hamil lagi.

b)Cara permanen (kontrasepsi mantap)
Yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen, pada perempuan disebut sterilisasi dan pada laki-laki disebut vasektomi.

2. Metode Kontrasepsi yang Dapat Digunakan
1. Metode Sederhana
a. Kondom
Kondom yaitu selaput karet yang dipasang pada penis selama hubungan seksual (Mansjoer, 2009). Kondom terbuat dari karet sintetis tipis, berbentuk silindris, dengan muaranya berpinggir tebal, bila digulung berbentuk rata atau memiliki bentuk ibarat puting susu. Kondom juga mencegah penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk AIDS.

b. Spermiside
Spermiside yaitu zat kimia yang sanggup melumpuhkan hingga mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seksual, setelah pemasangan sekitar 5 hingga 10 menit hubungan seks sanggup dilakukan biar spermiside sanggup berfungsi (Manuaba, 2005). Efek samping yang terjadi biasanya yaitu timbulnya perasaan kurang lezat pada kedua pihak yang lantaran becek dan adakala timbul reaksi alergi.

c. Senggama Terputus
Penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, dengan demikian semen (air mani) sengaja ditumpahkan diluar liang senggama untuk mencegah sel mani memasuki area fertilisasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa refleks ejakulasi datangnya sanggup disadari oleh sebagian besar laki-laki (Mochtar, 2002).

d. Pantang Berkala
Kontrasepsi pantang terpola yaitu berpantang (tidak koitus) beberapa hari sebelum dan ditambah beberapa hari sehabis ovulasi (Mochtar, 2002).

2. Metode Efektif
a. Hormonal
1. Kontrasepsi Hormonal Oral
Ada 3 macam pil kontrasepsi yaitu minipil, pil kombinasi, dan pil pascasenggama (morning after pill). Yang umum digunakan yaitu pil kombinasi antara esterogen dan progesteron. Minipil yang hanya mengandung progestin takaran rendah (0,5 mg atau kurang) biasanya diberikan pada ibu yang menyusui (hingga kira-kira 9 bulan setelah melahirkan) (Mansjoer, 2009). Pil pasca senggama yaitu pil berisi esterogen takaran tinggi yang dimakan pada pagi hari setelah melaksanakan koitus pada malam harinya (Mochtar, 2002). Biasanya hanya diberikan untuk mencegah kehamilan pada koitus yang tidak terlindungi contohnya perkosaan, kondom yang bocor dan sebagainya.

2. Suntikan KB
Saat ini terdapat 2 macam kontrasepsi suntikan yaitu golongan progestin ibarat Depo profera®, Depo Geston®, Depo progestin®, Noristerat®, dan golongan progestin dengan adonan esterogen propinat ibarat Cyclo Provera® (cyclofem®). Suntikan diberikan mulai hari ke-3 hingga ke-5 pascapersalinan, segera setelah keguguran atau pada interval 5hari pertama haid. Hormon disuntikan intramuskular dalam didaerah gluterus maksimus atau deltoid. Selanjutnya suntikan Cyclofem® diberikan tiap bulan, Noristerat® tiap 2 bulan, dan Depo Provera® tiap 3 bulan sekali (Mansjoer, 2009).

3. Susuk KB (implant)
Implant yaitu suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukkan dibawah kulit (Wiknjosastro, 2008). Ada 2 macam susuk ketika ini yaitu Norplant® dan Implanon®. Jumlah kapsul Norplant® yang dimasukkan dibawah kulit sebanyak 6 kapsul, masing-masing kapsul panjangnya 34mm dan berisi 36 mg levonorgestel. Dapat digunakan untuk jangka panjang 5 tahun dan bersifat reversible. Sedangkan bentuk Implanon® batang putih lentur dengan panjang 40mm dan diameter 2mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter khusus berbentuk semprit sekali pakai dalam kemasan steril kantong alumunium, sanggup digunakan selama 3 tahun.

b. Mekanis
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yaitu alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga endometrium (Sinclair, 2010). AKDR menjadikan reaksi radang endometrium dengan sebukan leukosit yang sanggup menghancurkan blastokista atau sperma. Efektifitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama.

c. Metode KB Darurat
Kontrasepsi darurat yaitu kontrasepsi yang sanggup diberikan pada hubungan seksual yang tidak terlindungi dalam waktu 72 jam hingga 7 hari, sehingga sanggup menghindari dari kehamilan (Manuaba, 2005).

3. Metode Mantap Dengan Cara Operasi
a. Pada Pria (Vasektomi)
Vasektomi yaitu tindakan memotong dan menutup saluran mani (vas deferent) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari sentra produksinya testis (Mochtar, 2002).

b. Pada perempuan (Sterilisasi)
Sterilisasi yaitu suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara melaksanakan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dan sel mani (sperma) ( Mochtar, 2002).

Tabel 2.1 Konsep pemilihan alat kontrasepsi yang rasional.

Fase menunda kehamilan
Fase menjarangkan kehamilan
Fase mengakhiri kehamilan
Metode sederhana
Pil KB
Suntikan KB
Metode MKE
Kecuali Kontap
Metode sederhana
Metode MKE
Metode sederhana

Sumber : Manuaba, 2005 : 439





Tabel 2.2 Kapankah waktu yang baik untuk ber – KB

Waktu
Jenis KB
Postpartum dan puerpurium
Suntikan KB
Norplant (susuk KB) / implanon
AKDR
Pil KB hanya progesterone
Kontap. Metode sederhana
Postmenstrual regulation
Post abortus
Saat menstruasi
Suntikan KB
Susuk KB atau implanon
AKDR
Kontap
Metode sederhana
Masa interval
Suntikan KB
Susuk KB atau implanon
AKDR
Metode sederhana
Post koitus / pasca hubungan senggama
KB DARURAT

Sumber : Manuaba, 2005 : 439


3. Kontrasepsi AKDR
1. Mekanisme Kerja AKDR
AKDR yaitu alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga endometrium (Sinclair, 2010).  AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yaitu rangka plastik kecil yang dipasang kedalam rahim lewat vagina (BKKBN, 2011). AKDR yaitu alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim (Hartanto, 2004).

Sampai ketika ini prosedur kerja AKDR belum diketahui secara pasti. AKDR berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan integritasnya. Ion CU yang dikeluarkan AKDR dengan cupper menimbulkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks hingga menghalangi pergerakan sperma.

2. Jenis AKDR
Pada ketika ini AKDR telah memasuki generasi ke 4 lantaran itu berpuluh – puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam hingga generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
      
Ada banyak sekali jenis AKDR yang beredar di Indonesia. Secara umum AKDR tersebut terdiri dari 3 tipe yaitu :
1)    Inert, dibentuk dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (the Chinese Ring).
2)    Mengandung tembaga ibarat Tcu 380A, Tcu 200C, multiload® (MLCu 250 dan 375) dan Nova T®.
3)    Mengandung hormon steroid ibarat Progestasert® (hormon progesteron) dan Levonova® (Levonorgestrel).

Menurut Bentuknya IUD dibagi menjadi :
a. Bentuk terbuka (open device)
Misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Margelius, Spring Coil, Multiload, Nova-T, dan lainnya.

b. Bentuk tertutup (closed devide)
Misalnya Ota ring, Antigon, Granfenberg ring, Hall-stone. Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi ke dalam rongga perut maka harus dikeluarkan, lantaran sanggup menimbulkan masuknya usus ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah ileus.



Menurut pelengkap obat atau metal dibagi menjadi:
a). Medicate IUD
Yang dikenal hingga ketika ini adalah:
1)    CuT-200: Panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm² Cu (luas permukaan Cu-nya). Daya kerja tiga tahun, cara insersi: Withdrawal
2)    CuT-200B: Seperti CuT-200, tetapi ujung pecahan bawah batang IUD berbentuk bola.
3)    CuT-200Ag: Seperti CuT-200, tetapi mengandung inti Ag didalam tembaganya.
4)    CuT-220C: Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm² Cu di dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang vertikalnya. Daya kerja tiga tahun. Cara insersi : Withdrawal.
5)    CuT-380A: Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm² kawat Cu pada batang vertical, 2 selubung Cu seluas masing – masing 33 mm² pada masing – masing lengan horizontal. Daya kerja 8 tahun / 10 tahun. Cara insersi : Withdrawal (teknik no-touch).
6)    CuT-380Ag: Seperti CuT-380A, hanya dengan pelengkap inti Ag didalam kawat Cu-nya. Daya kerja 5 tahun.
7)    CuT-380S: CuT-380 Slimline. Selubung Cu diletakkan pada ujung – ujung lengan horizontalnya dan berada di dalam plastiknya. Daya kerja 2,5 tahun.
8)    Catatan: Penambahan selubung Cu yang padat pada lengan CuT-380A dan CuT-220C dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan Cu di dalam uterus dan untuk lebih mendekatkan Cumpada fundus uteri. Berbeda dengan lilitan kawat Cu, selubung Cu yang padat tidak mengalami fragmentasi in-utero, sehingga efektifitasnya lebih lama.
9)    Nova-T: Panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm² luas permukaan Cu dengan inti Ag didalam kawat Cu-nya. Daya kerja 5 tahun. Cara insersi : Withdrawal
10) ML Cu-250: 220 mm² luas permukaan kawat Cu. Benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna. Daya kerja 3 tahun. Cara insersi : Withdrawal. Ada tiga bentuk ML Cu-250: Standart (panjang 35 mm, lebar 18 mm), Short (panjang 24 mm, lebar 18 mm) dan Mini (panjang 24 mm, lebar 13 mm).
11) ML Cu-375: 375 mm² luas permukaan kawat Cu. Benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna.  Daya kerja 5 tahun. Cara insersi Withdrawal. Ada tiga bentuk ML Cu-375 : Standart (panjang 35 mm, lebar 18 mm), Short (panjang 29 mm, lebar 18 mm) dan SL (panjang 24 mm, lebar 18 mm).
12) Cu-7: Panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung 200 mm² luas permukaan Cu, memiliki tabung insenter IUD lain-lainnya sehingga sanggup dianjurkan untuk nulligravida. Daya kerja 3 tahun. Cara insersi (dapat pula push-out).
13) MPL-Cu240Ag: 240 mm² luas permukaan Cu, dengan inti Ag didalam kawat Cu-nya. Daya kerja 3-5 tahun. Cara insersi : Withdrawal. Ada tiga bentuk MPL-Cu 240 Ag : Ukuran 0 (panjang 26 mm, lebar 18 mm, untuk ukuran Rahim, 7 cm atau nuligravida), Ukuran 1 (panjang 31 mm, lebar 23 mm, untuk ukuran rahim 7-8 cm) dan Ukuran 2 (panjang 25 mm, lebar 30 mm, untuk ukuran rahim 8 cm atau para 4 atau lebih).
14) Utering 330 Cu: Terbuat dari plastik polyethylene, dengan lebar tepi diagonal 15 mm, kawat Cu berdiameter 0,4 mm dengan luas permukaan Cu lebih dari 300 mm², melingkari sekitar batangnya dan tanpa benang ekor. Tabung inserter berdiameter 4 mm. Daya kerja 3 tahun dan pengeluaran dengan ekstraktor IUD.

b). Unmedicated IUD
Misalnya Lippes Loop dianggap sebagai AKDR standard terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah barium sulfat, sanggup dibiarkan in-utero untuk selama – lamanya hingga menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau problem bagi akseptornya.

Margulies coil, Saf-T Coil, Antigon, Delta Loop (modified Lippes Loop D) penambahan benang chromic catgud pada lengan atas, terutama untuk insersi post-partum.

3. Efektifitas AKDR
Efektifitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama, dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa usang AKDR tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, pengangkatan /pengeluaran lantaran alasan-alasan medis atau pribadi. Angka kehamilan AKDR berkisar antara 1,5-3 per 100 perempuan pada tahun pertama dan angka ini akan menjadi lebih rendah untuk tahun-tahun berikutnya (Mochtar, 2002).

Efektifitasnya dari majemuk AKDR tergantung pada :
a. Bentuk dan ukuran AKDRnya, mengandung Cu atau progesterone.
b. Akseptor
1. Umur dan paritas
Makin bau tanah usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/ pengeluaran AKDR. Makin muda usia, terutama pada nulligravida makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan / pengeluaran.

2. Frekuensi senggama
Dari uraian diatas maka use-effectiveness dari AKDR tergantung pada variabel administratif, pasien, dan medis, termasuk fasilitas insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan peserta untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan fasilitas peserta untuk mendapat pertolongan medis (Hartanto, 2004).

4. Keuntungan AKDR
1)    Sebagai kontrasepsi keefektifannya tinggi, 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama.
2)    Kesuburan sanggup kembali pulih ketika AKDR dilepas
3)    Metode jangka panjang
4)    Tidak mensugesti hubungan seksual
5)    Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
6)    Tidak mensugesti kualitas dan volume ASI
7)    Dapat digunakan hingga menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
8)    Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sehabis abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
9)    Tidak ada imbas samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
10) AKDR yang melepaskan progesterone sanggup mengurangi perdarahan menstruasi dan disminore

5. Kerugian AKDR
1)    Tidak mencegah PMS / HIV AIDS
2)    Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik
3)    Klien tidak sanggup melepas AKDR oleh dirinya sendiri
4)    Ekspulsi AKDR
5)    Benang sanggup masuk ke kavum uteri
6)    Dapat terjadi perforasi uterus
7)    Dapat meningkatkan terjadinya resiko bisul radang panggul
8)    Harus selalu menyidik posisi benang AKDR dari waktu ke waktu
9)    Prosedur medis termasuk investigasi pelvik diharapkan dalam pemasangan AKDR
10) Dapat terjadi infeksi
11) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pelepasan AKDR

6. Efek samping dan komplikasi
a. Nyeri dan mulas
Kejang, nyeri dan mulas serta pegal pinggang biasanya terjadi sehabis insersi AKDR, akan hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Pengobatan dengan analgesik.

b. Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terdapat pada pemakaian AKDR ialah menoragia, spotting metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak sanggup diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang memiliki ukuran kecil. Jika perdarahan sedikit – sedikit, sanggup diusahakan mengatasinya dengan pengobatan konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan tindakan – tindakan tersebut di atas, sebaiknya AKDR diangkat, dan digunakan cara kontrasepsi lain (Wiknjosastro, 2008).

c. Keputihan (flour albus, leukorea)
Keputihan yang hiperbola mungkin disebabkan oleh reaksi organ genetalia terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah insersi.

d. Dismenorhea
Tidak seluruhnya perempuan yang menggunakan IUD akan mengalami nyeri haid, biasanya hanya terjadi pada perempuan yang sebelumnya memang sering mengeluh nyeri sewaktu haid.

e. Disparenia (nyeri sewaktu hubungan seksual)
Wanita jarang merasakannya, sering pihak suami mengeluh sakit lantaran benang yang panjang atau cara pemotongan benang ibarat bambu runcing. Penangannya dengan memendekkan benang dan buatlah biar ujungnya tumpul.

f. Ekspulsi
Sering dijumpai pada masa 3 bulan pertama setelah insersi, setelah 1 tahun angka ekspulsi akan berkurang. Ekspulsi biasanya terjadi ketika haid.

Faktor-faktor yang berperan terjadinya ekspulsi :
1. Faktor AKDR
Jenis AKDR : ekspulsi jarang terjadi pada AKDR jenis tertutup.
Ukuran AKDR : makin besar ukurannya semakin kecil kemungkinan terjadi ekspulsi.

2. Faktor psikis
Karena motalitas uterus sanggup dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada perempuan yang emosional dan ketakutan psikis labil.

3. Faktor akseptor
Umur dan paritas akseptor, makin bau tanah usia dan makin tinggi paritas makin rendah bencana ekspulsi. Adanya kelainan pada alat genetalia contohnya inkompetensia serviks, kelainan uterus. Ekspulsi lebih sering terjadi pada kanalis servikalis yang terbuka.

g. Infeksi
Radang panggul (pelvic inflamatory disease) dijumpai pada sekitar 2% peserta pada tahun pertama pemakaian, namun bisul ini bersifat ringan. AKDR tidak perlu dicabut, lantaran sanggup ditangani dengan pinjaman antibiotika. Yang perlu diingat yaitu ketika pemasangan AKDR harus bekerja secara steril.

h. Translokasi-Dislokasi
Translokasi AKDR masuk ke dalam rongga perut, sebagian atau seluruhnya lantaran adanya perforasi uterus. Hal ini paling sering terjadi sewaktu insersi AKDR yang kurang hati-hati atau lantaran adanya lokus minoris pada dinding rahim atau ketika pengeluaran yang sulit.

Perforasi dengan translokasi AKDR sebagian besar tidak menjadikan gejala. Perforasi lebih sering terjadi pada AKDR jenis tertutup, pada pemasangan pasca persalinan dan masa laktasi serta pada kelainan letak uterus yang tidak diketahui.

i. Kehamilan dengan AKDR insitu
Kehamilan dengan AKDR insitu dijumpai pada 1 hingga 3 masalah per 100 perempuan dalam tahun pertama pemakaian. Resiko terjadinya keguguran pada kehamilan dengan AKDR insitu lebih tinggi dibanding dengan kehamilan tanpa AKDR. Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR insitu dengan benangnya masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan lantaran kemungkinan terjadi abortus setelah AKDR dikeluarkan lebih kecil daripada kalau AKDR dibiarkan terus berada dalam rongga uterus. Jika benang tidak kelihatan, sebaiknya AKDR dibiarkan berada dalam uterus.

7. Indikasi Pemasangan AKDR
Pemasangan AKDR untuk tujuan kontrasepsi sanggup dilakukan pada perempuan yang :
1)    Usia reproduktif
2)    Keadaan nulipara
3)    Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4)    Tidak boleh atau tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal
5)    Berusia diatas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal kurang menguntungkan
6)    Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
7)    Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
8)    Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
9)    Resiko rendah dari IMS (Infeksi Menular seksual)

8. Kontraindikasi Pemasangan AKDR
1)    Kehamilan
2)    Peradangan panggul
3)    Perdarahan uterus abnormal
4)    Sedang menderita bisul alat genetalia (vaginitis, serviksitis)
5)    Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
6)    Penyakit trofoblas yang ganas
7)    Dismenore yang hebat
8)    Menderita TBC pelvik
9)    Kelainan kongenital uterus
10) Riwayat anemia berat dan gangguan pembekuan darah

9. Waktu Pemasangan AKDR
Waktu pemasangan AKDR berdasarkan (Manuaba, 2005) menyatakan AKDR sanggup dipasang pada: bersamaan dengan menstruasi, segera setelah higienis menstruasi, pada masa tamat puerperium, tiga bulan pasca persalinan, bersamaan dengan seksio sesarea, bersamaan dengan abortus dan kuretage, hari kedua-ketiga pasca persalinan.

10. Faktor-Faktor yang mensugesti pemakaian kontrasepsi AKDR
1). Faktor internal
a). Pengalaman
Orang yang pernah menggunakan metode KB AKDR, kemudian mengalami imbas samping yang dirasa mengganggu atau menimbulkan rasa tidak enak/kurang menyenangkan maka kemungkinan akan mengalihkan metode kontrasepsi AKDR yang digunakan ke metode KB lainnya (Ramadhan, 2008).

b). Takut terhadap imbas samping
Ketakutan akan keluarnya (ekspulsi) material AKDR dari rahim/jalan lahir. Hal ini biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran AKDR yang terlalu kecil. Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis materi yang dipakai. Makin lentur sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan kalau permukaan AKDR yang bersentuhan dengan rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil. Ketakutan juga sanggup terjadi akhir pengalaman individual orang lain yang mengalami nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari (Ramadhan, 2008).

c). Pengetahuan/pemahaman yang salah perihal AKDR
Kurangnya pengetahuan pada calon peserta sangat besar lengan berkuasa terhadap pemakaian kontrasepsi AKDR. Dari beberapa temuan fakta menawarkan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari perempuan kurang maka penggunaan kontrasepsi terutama AKDR juga menurun. Jika hanya target para perempuan saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya lantaran faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling menawarkan pengetahuan (Ramadhan, 2008).

d). Pendidikan PUS yang rendah
Pendidikan merupakan proses pengubahan perilaku dan tata laris seseorang atau kelompok orang dalam perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami - istri yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pinjaman informasi, sehingga pengetahuan perihal AKDR juga terbatas.

e). Malu dan risih
Perasaan malas atau risih lantaran harus menyidik posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melaksanakan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melaksanakan ini (Ramadhan, 2008).
f). Adanya penyakit atau kondisi tertentu yang merupakan kontraindikasi pemasangan AKDR.

Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb), perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya, tumor jinak atau ganas dalam rahim, kelainan bawaan rahim, penyakit gula (diabetes militus), dan anemia (Ramadhan, 2008).

g). Persepsi perihal AKDR
Persepsi disebut inti komunikasi, lantaran kalau persepsi seseorang tidak akurat, seseorang mustahil berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan seseorang untuk memiih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Sobur Alex, 2009). Belum terbiasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi AKDR bisa terjadi akhir salah persepsi atau pandangan-pandangan subyektif ibarat AKDR sanggup mensugesti kenyamanan dalam hubungan seksual (Ramadhan, 2008). Sikap dan pandangan negatif masyarakat juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak mitos perihal AKDR ibarat gampang terlepas kalau bekerja terlalu keras, menjadikan kemandulan, dan lain sebagainya.

2). Faktor eksternal
a). Prosedur pemasangan AKDR yang rumit.
Prosedur medis, termasuk investigasi plevik diharapkan dalam pemasangan AKDR seringkali menjadikan perasaan takut selama pemasangan (Ramadhan, 2008).

b). Pengaruh dan pengalaman peserta AKDR lainnya
Pengaruh dari dongeng atau pengalaman mantan pengguna atau peserta AKDR perihal ketidaknyamanan yang dirasakan akan mengurungkan niat calon peserta untuk menggunakan metode AKDR. Mereka akan menentukan metode yang dianggapnya lebih aman, mudah, dan sedikit imbas samping (Ramadhan, 2008).

c). Sosial budaya, agama dan ekonomi
Tingkat ekonomi mensugesti pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan lantaran untuk mendapat pelayanan kontrasepsi yang diharapkan peserta harus menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun kalau dihitung dari segi keekono-misannya, kontrasepsi AKDR lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi kadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang. Kalau patokannya yaitu biaya setiap kali pasang, mungkin AKDR tampak jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat masa/jangka waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan AKDR akan lebih murah dibandingkan KB suntik ataupun pil.

Untuk sekali pasang, AKDR bisa aktif selama 3-5 tahun, bahkan seumur hidup/sampai menopause. Sedangkan KB Suntik atau Pil hanya memiliki masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapat imbas yang sama dengan AKDR, seseorang harus melaksanakan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat. Pandangan dari agama-agama tertentu yang melarang atau mengharamkan penggunaan AKDR. Ada beberapa orang yang menganggap bahwa metode KB AKDR termasuk yang tidak boleh dalam anutan agama, lantaran beberapa produk AKDR ketika ini terbuat dari materi yang tidak aman bagi zygote sehingga bisa membunuhnya dan proses kehamilan tidak terjadi.

d). Pekerjaan
Wanita yang bekerja, terutama pekerjaan yang melibatkan acara fisik yang tinggi ibarat bersepeda angin, berjalan, naik turun tangga atau sejenisnya, kemungkinan salah akan persepsi untuk menggunakan metode AKDR dengan alasan takut lepas (ekspulsi), khawatir mengganggu pekerjaan atau menjadikan nyeri ketika bekerja. Pekerjaan formal kadang-kadang dijadikan alasan seseorang untuk tidak menggunakan kontrasepsi, lantaran tidak sempat atau tidak ada waktu ke sentra pelayanan kontrasepsi.


DAFTAR PUSTAKA
  1. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
  2. Arum, Dyah Noviawati, 2009, Panduan lengkap pelayanan KB Terkini, Jogjakarta: Nuha Medika
  3. BKKBN, 2011, Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, Jakarta : Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi BKKBN
  4. BKKBN, 2011, BKKBN Genjot Penggunaan IUD, http://www.bkkbnjatim.go.id/ berita/2011 diakses tanggal 17 januari 2013
  5. BPS, 2011. Penduduk Indonesia Menurut Propinsi, http://www.bps.go.id/tab_sub/ diakses tanggal 15 Januari 2013
  6. Depkes RI, 2011, Situasi Upaya Kesehatan, http://www.depkes.go.id/downloads/ PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf          diakses tanggal 13 Januari 2013
  7. Dinkes Jatim, 2011, Situasi Upaya Kesehatan, http://dinkes.jatimprov.go.id/ userfile/dokumen/1321926974/ProfilKesehatanProvinsiJawaTimur2011.pdf diakses tanggal 13 Januari 2013
  8. Dinkes Jombang, 2011, Situasi Derajat Kesehatan,http://www.jombangkab.go.id/ e-gov/SatKerDa/page/1.2.6.2/2011.pdf diakses tanggal 12 Januari 2013
  9. Hartanto, Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
  10. Hidayat, Aziz, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika
  11. Mansjoer, Arif, 2009, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
  12. Manuaba, Ida Bagus, 2005, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG
  13. Mocthar, Rustam, 2002, Sinopsis Obstetri, Jakarta : ECG
  14. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
  15. Notoatmodjo, Soekidj, 2010, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta
  16. Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
  17. Ramadhan, 2008., Faktor yang Menghambat Penggunaan IUD, http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/23/metode-akdr-iud/ diakses tanggal 27 Januari 2013
  18. Saifuddin, Abdul, 2006, Buku Panduan Mudah Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : YBP-SP
  19. Sinclair, Costance, 2010, Buku Saku Kebidanan, Jakarta : ECG
  20. Sobur, Alex, 2011, Psikologi Umum, Bandung : CV Pustaka Setia
  21. Wiknjosastro, Hanifa, 2008, Ilmu Kandungan, Jakarta : YBP-SP
  22. Zannah, Intan, 2012, Gambaran Keluhan-Keluhan Akibat Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Pada Akseptor IUD, http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal /article/download/613/667 diakses tanggal 12 Februari 2013

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Sekilas Ihwal Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr)"

Posting Komentar