Masalah Pengawet Dan Pewarna Makanan, Apa Dan Bagaimana Solusinya

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan materi masakan mempunyai interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jikalau semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, kondusif dan bergizi. Salah satunya dengan melaksanakan banyak sekali cara pengolahan dan pengawetan, pewarna pangan yang sanggup memperlihatkan proteksi terhadap materi pangan yang akan dikonsumsi.
Banyaknya masalah keracunan masakan yang terjadi dimasyarakat dikala ini mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun makaan dalam mengolah dan mengawetkan materi masakan yang dikonsumsi. Problematika fundamental pengolahan masakan yang dilakukan masyarakat lebih disebabkan budaya pengelohan pangan yang kurang berorientasi terhadap nilai gizi, serta keterbatasan pengetahuan sekaligus desakan ekonomi sehingga dilema pemenuhan dan pengolahan materi pangan terabaikan, Industri masakan sebagai pelaku penyedia produk masakan seringkali melaksanakan tindakan yang tidak terpuji dan hanya berorientasi profit oriented dalam menyediakan banyak sekali produk di pasar sehinngga hal itu membuka peluang terjadinya penyalahgunaan materi dalam pengolahan materi masakan untuk masyarakat diantaranya menyerupai kasusu penggunaan belpagai materi tambahan masakan yang seharusnya tidak layak dikosumsi. Ada materi pengawet yang legal lantaran berdasarkan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dalam kadar tertentu kondusif di gunakan sebagai materi tambahan dalam makanan. Namun, jikalau dikosumsi dalam waktu yang lama, akumulasi materi tersebut tetap rawan menimbulkan gangguan kesehatan.  Hal ini terkait dengan media fermentasi dan asal bahannya.
1.2  Rumusan dilema
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa dilema yang akan dibahas, antara lain :
ü  Apa pengertian pengawet  dan pewarna masakan ?
ü  Jenis pengawet dan pewarna makanan ?
ü  Bagaimana imbas penggunaan materi aditif terhadap kesehatan masyarakat?
1.3  Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan penulisan makalah  ini ialah untuk mengetahui penyebab dan cara menanggulangi kebiasaan mengkomsumsi makana yang materi berbahaya pengawet dan pewarna masakan .
Tujuan Khusus:
Ø  Untuk mengetahui pengertian pengawet   dan pewarna makanan?
Ø  Untuk mengetahui jenis pengawet dan pewarna masakan ?
Ø  Untuk mengetahui  pengaruh penggunaan materi aditif terhadap kesehatan masyarakat?

1.4  Manfat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah sebagai pengetahuan bagi penulis dan pembaca perihal adanya ancaman dan  terhadap kesehatan dan upaya antisipasi untuk terhindar dari bahaya  pengawet dan pewarna masakan .

 
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian pengawet dan pewarna masakan
Bahan pengawet ialah zat kimia yang sanggup menghambat kerusakan pada makanan, lantaran serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan ialah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya. Menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau peruraian lain terhadap masakan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga masakan tidak gampang rusak atau menjadi busuk.

     Menurut Winarno (1997), yang dimaksud dengan zat pewarna masakan ialah materi tambahan masakan yang sanggup memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Penambahan warna pada masakan dimaksudkan untuk memperbaiki warna masakan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada masakan yang tidak berwarna supaya kelihatan lebih menarik. Zat pewarna masakan ialah zat warna yang dicampurkan kedalam makanan. Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna masakan ialah materi tambahan masakan yang sanggup memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Warna sanggup memperbaiki dan memperlihatkan daya tarik pada makanan. Penggunaan pewarna dalam materi masakan dimulai pada selesai tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam menyerupai kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel. Zat warna sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari banyak sekali warna. Zat warna sintetis mulai digunakan semenjak tahun 1956 dan dikala ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan. Salah satu contohnya ialah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Selain tartrazin ada pula pewarna buatan, menyerupai sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (Merah), brilliant blue FCF (biru).

2.2. Jenis pengawet dan pewarna masakan
2.2.1 Ada dua jenis pengawet masakan pewarna  yaitu
        A. Pengawet makanan
1. alami ialah bahan-bahan alam, misalnya lesitin, asam sitrat , asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Bahan pengawet tradisional telah dikembangkan semenjak ratusan tahun lalu, menyerupai garam dapur, gula, cuka, dan lada. Ikan bahari biasa diawetkan dengan cara pengasinan. Buah-buahan diawetkan dengan cara dijadikan manisan. Makanan lauk-pauk bisa diawetkan dengan dibumbui lada dan cuka. Garam dapur biasanya digunakan untuk mengawetkan daging dan ikan supaya tidak gampang busuk. Garam dapur berfungsi untuk menghambat pembiakan basil menyerupai mikroorganisme clostridium botulinum. Jika basil ini berkembang biak pada masakan akan menghasilkan racun yang sanggup meracuni daging. Gula merah atau gula pasir bisa digunakan untuk mengawetkan buah-buahan. Bahan yang akan diawetkan direndam dalam larutan gula, keadaan ini menimbulkan mikroorganisme sukar hidup Selain itu beberapa materi alam contohnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang sanggup digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada  buah apel.
2. Pengawet sintetik. Contoh materi pengawet sintetik ialah natrium benzoat, BHT (butil hidroksi toluena), BHA (butil hidroksi anisol), kalium nitrat, asam sitrat, kalium nitrit, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut sering digunakan oleh industri masakan sebagai materi pengawet dalam masakan kaleng.
 Pengawetan sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara, yaitu penggunaan suhu rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan materi pengawet (BTP Pengawet). Produk-produk pangan dalam kemasan yang diproses dengan panas atau disebut sterilisasi komersil menyerupai kornet dalam kaleng atau susu steril dalam kemasan tetrapak tidak memakai materi pengawet lantaran proses termal sudah cukup untuk memusnahkan mikroba pembusuk dan patogen. Produk-produk ini akan kekal lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar. memang ada produk pangan dalam kemasan yang memakai materi pengawet, contohnya sambal, selai dan jem dalam botol. Kedua jenis produk ini setelah dibuka biasanya tidak segera habis, sehingga supaya kekal terus pada suhu kamar maka produk ini membutuhkan materi tambahan pangan pengawet. ciri – ciri pangan rusak  Pangan dinyatakan mengalami kerusakan jikalau telah terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki dari sifatnya. kerusakan sanggup terjadi lantaran kerusakan fisik, kimia atau enzimatis. Namun secara umum, kerusakan pangan disebabkan oleh banyak sekali faktor dimana salah satunya ialah tumbuhnya bakteri, kamir atau kapang pada pangan yang sanggup merusak protein sehingga menimbulkan anyir busuk, dan juga sanggup membentuk lendir, gas, busa, asam ataupun racun.
B. Zat Pewarna makanan
1. Zat pewarna alami, dibentuk dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, contohnya warna hijaudari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, menyerupai ditunjukkan pada Gambar 8.9,warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dariwortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upayamenyintesis zat pewarna yang cocok untuk masakan dari bahan-bahan kimia. 
2.. Zat pewarna sintetik, dibentuk dari bahan-bahan kimia.Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik mempunyai beberapa kelebihan, yaitumemiliki pilihan warna yang lebih banyak, gampang disimpan, dan lebih tahan lama.Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memperlihatkan warna yang sama, namun belum tentusemua zat pewarna tersebut cocok digunakan sebagai zat aditif pada masakan dan minuman. Perludiketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk masakan dan minuman (pewarna tekstil)dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh lantaran bersifat karsinogen
2.3 Bahan tambahan makanan (bahan Aditif) dan kesehatan
A. Pewarna makanan
1. Dalam proses pengolahan materi pangan kadang-kadang terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang materi pangan, contohnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit di pakai untuk mewarnai materi makanan. Karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut Zat pewarna yang berbahaya dan dihentikan digunakan sebagai BTM, obat-obatan dan kosmetika telah diatur berdasarkan ketentuan Peraturan Menkes RI Permenkes RI No. 239/Men.Kes/Per/V/85, yaitu;
Nama
Batas maksimum pemggunaan
Merah (45430)
0,1 g/kg (Es krim), 0,2-0,3 g/kg (jem, jeli, saus, buah kalengan)

Hijau (42053)
0,1 g/kg (es krim), 0,2 g/kg (jeli, buah alengan), 0,3g/kg (acar)
Kuning (15985)
0,1 g/kg (es krim0, 0,2 g/kg (jeli, buah kalengan), 0,3 g/kg (acar)
Coklat (20285)
0,07 g/kg (minuman ringan), 0,3 g/kg (makanan lainnya)
Biru (42090)
0,1 g/kg (Es krim), 0,2 g/kg (jeli buahkalengan), 0,3g/kg (acar)

Serta ada beberapa pewarna lainnya seperti:Auramine, Alkanet, Butter Yellow, Black 7984, Burn Umber, Chrysoidine, Chrysoine S, Citrus Red No. 2, Chocolate Brown FB, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indanthrene Blue RS, Magenta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Oil Orange XO, Oil Yellow AB, Oil Yellow OB, Orange G, Orange GGN, Orange RN, Orchil and Orcein, Poncheau 3R, Poncheau SX, Poncheau 6R, Rhodamine B,SudanI, Scarlet GN, dan Violet 6 B.
Berikut ialah beberapa jenis pewarna buatan yang terkenal dan imbas samping yang ditimbulkan:
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine ialah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam masakan dan obat-obatan. 
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow ialah pewarna yang sanggup ditemukan dalam masakan menyerupai jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada binatang dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti kejadian tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang lantaran konsumsi Sunset Yellow.
3.  Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R ialah pewarna merah hati yang digunakan dalam banyak sekali produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan
4. Allura Red (E129)
Allura Red ialah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dihentikan di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.
5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna masakan kuning ini digunakan dalam produk menyerupai es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dihentikan di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia lantaran dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.
Adapun salah satu pola untuk materi pengawet pada masakan iyalah .Sering makan mie instant tidak baik untuk kesehatan, sanggup menimbulkan rambut sering rontok, kanker usus, ginjal batu, gagal ginjal, dan mungkin bisa penyakit lainnya.. Sebenarnya mie instant tidak berbahaya untuk dikonsumsi tapi kalau setiap hari makan mie instant itu berbahaya lantaran mie instant mengandung zat zat kimia dalam bumbunya dan mie nya yang cukup berbahaya. jikalau kita sering makan mie instant zat-zat tersebut akan menumpuk dalam tubuh kita tanpa sempat dibuang. jikalau mengkonsumsi  zat-zat tersebut jarang-jarang  akan terbuang dalam urine. jadi sering minum itu baik untuk kesehatan terutama ginjal kita, lantaran ginjal menyaring zat-zat  yang berbahaya.
  1. Pengawet buatan
Bahan tambahan Pangan Pengawet boleh digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi pangan yang gampang rusak. Pencantuman label pada produk pangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Label pangan ialah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan cuilan kemasan pangan. Label : Nama produk, Berat higienis atau isi bersih, Nama dan alamat pabrik yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia.
Pengawet yang diijinkan digunakan untuk pangan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan, mencakup:
Nama
Batas maksimum
Asam Benzoat
600/kg (kecap, minumanringan) 1 g/kg (acar, margarin, sari nanas, saus, masakan lainnya
Kalium Bisulfit
50mg/kg(kentang goreng), 100mg/kg(udang beku), 500 mg/kg(sari nanas)
Kalium Nitrit
50 mg/kg (keju), 500mg/kg (daging)

Bahan pengawet lainnya: Asam Propionat, Asam Sorbat, Belerang Oksida, Etil p-Hidroksida Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium Meta Bisulfit ,Kalium Nitrat, Kalium Sorbat Kalium, sulfit Kalsium benzoat, Kalsium Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoat, Natrium Bisulfit Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit Natrium, Propionat Natrium, Sulfit Nisin Propil-p-hidroksi, Benzoat um Sulfit
Sehubungan dengan teka-teki yang muncul menyangkut keamanan penggunaan materi pengawet dalam produk pangan, maka berikut disajikan kajian keamanan beberapa pengawet yang banyak digunakan oleh industri pangan
Pengaruh beberapa materi pengawet terhadap kesehatan
1.      Bahan Pengawet Ca-benzoat, Produk Pangan Sari buah, minuman ringan, minuman anggur manis,ikan asin. Dapat menimbulkan reaksi merugikan pada asmatis dan yang peka terhadap aspirin
2.      Sulfur dioksida(SO2). Produk pangan sari buah, cider, buah kering, kacang kering,  sirup, acar. Dapat menimbulkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi
3.      K-nitrit. Produk pangan daging kornet, daging kering, daging asin, pikel daging. Nitrit sanggup menghipnotis kemampuan sel darah untuk membawa oksigen, menimbulkan  kesulitan bernafas dan sakit kepala, anemia, radang ginjal,muntah
4.      Ca- / Na-propionat. Produk roti dan tepung. Bisa menimbulkan Migrain, kelelahan, kesulitan tidur.
5.      Na-metasulfat.Produk roti dan tepung. Menebabkan Alergi kulit
6.      Asam sorbet.Produk jeruk, keju, pikel dan salad menimbulkan Pelukaan kulit
7.      Natamysin. Produk daging dan keju.. Dapat menimbulkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan pelukaan kulit.
8.      K-asetat. Produk masakan asam. Bisa merusak fungsi ginjal
9.      BHA. Produk pangan daging babi segar dan    sosisnya, minyak sayur,    shortening, kripik kentang,    pizza beku, instant teas. Menyebabkan penyakit hati dan    kanker.
10.  Formalin. Produk pangan tahu, mie basah. Bisa menybabkan Kanker paru-paru, Gangguan pada jantung,Gangguan pada alat pencernaan, Gangguan pada ginjal, dll.
11.  Boraks atau Pijer. Produk pangan Baso, mie. Bisa menggangguan pada kulit, Gangguan pada otak, Gangguan pada hati, dl
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyelesaian Masalah Pengawet dan Pewarna Makanan
       3.1.1 Upaya Penanggulangan Masalah
Menurut Dr. Purnamawati, SpAK, MMPaed, jikalau kadar zat aditif relatif kecil, tubuh insan masih bisa mentolerir atau menetralkan. Namun jikalau kadar zat aditif yang masuk ke dalam tubuh terlalu besar, maka zat-zat tersebut akan mengganggu sistem kesehatan manusia.
Kalau ada masakan atau minuman yang begitu mencolok warnanya, patut dicurigai mengandung zat pewarna atau zat pengawet yang berlebihan, Pengambilan sampel dilakukan di beberapa Pasar Ramadhan di banyak sekali penjuru kota.  Menurut drg Dyah, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) selalu menemukan zat-zat pewarna dan pengawet berbahaya dalam sampel masakan dan minuman tertentu.  Masih ditemukan ada formalin di tahu dan di ayam. Formalin digunakan untuk mengawetkan jasad, baik jasad insan atau pun makhluk lain yang diharapkan utuh untuk kebutuhan tertentu. Formalin ialah cairan yang berbau tajam menyesakkan, merangsang hidung, tenggorokan, dan mata. Bila tergoda orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, sampai balasannya menimbulkan kematian. Selain itu, zat pewarna yang dicampur dalam masakan menimbulkan kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus.  Bisa menimbulkan kerusakan kromosom, Kromosom ialah cuilan dari sel insan yang berisi informasi genetika. Bila kromosomnya rusak, maka boleh jadi keturunan dari orang yang kromosomnya rusak tadi akan lahir berbeda dari insan normal umumnya.
Bahan tambahan masakan (BTM) didefinisikan sebagai materi yang tidak lazin dikonsumsi sebagai makanan, dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, sanggup bernilai gizi ataupun tidak, ditambahkan ke dalam masakan dengan sengaja untuk membantu teknik pengolahan masakan baik dalam proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan produk masakan olahan, supaya menghasilkan suatu masakan yang lebih baik atau secara konkret menghipnotis sifat khas masakan tersebut.
Setiap hari kita memakai dan mengkonsumsi pangan, tapi mungkin kita tidak tahu atau tidak peduli dengan materi yang disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP). BTP yang paling terkenal ialah pewarna menyerupai ponceau 4R, pengawet menyerupai benzoat, penguat rasa menyerupai Mono Sodium Glutamat (MSG), komplemen buatan menyerupai siklamat dan sebagainya. aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada dikala proses pengolahan masakan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi dikala pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai
Prinsip dasarnya ialah materi tambahan pangan (BTP) harus digunakan secara tepat sesuai peruntukannya dan dengan dosis yang tepat serta tidak melebihi batas maksimum yang dipersyaratkan.
 Makanan penting untuk pertumbuhan dan untuk mempertahankan hidup lantaran masakan merupakan sumber energi untuk membangun jaringan tubuh yang rusak serta memelihara pertahanan tubuh dari penyakit. Namun terkadang pangan sanggup pula menjadi media penyebaran penyakit, terutama bila yang dikonsumsi itu ialah pangan rusak.  Pangan rusak merupakan sebutan untuk masakan dan minuman yang terkotori oleh basil patogen, materi kimia atau toksis, dan cemaran fisik (seperti pecahan gelas, kotoran lalat, potongan logam dan kayu), sehingga sekalipun dikonsumsi dalam jumlah masuk akal bisa menimbulkan penyakit. Salah satu cara yang efektif melindungi diri dari penyakit akhir konsumsi pangan rusak ialah dengan mengenali penyebabnya dan melaksanakan upaya evakuasi materi pangan dari biro penyebab kerusakan. Makanan dinyatakan mengalami kerusakan jikalau telah terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki dari sifatnya. Pangan secara umum bersifat gampang rusak (perishable), lantaran kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akhir acara biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.Pengetahuan tersebut menuntun insan dalam upaya memperpanjang daya simpan atau menciptakan lebih kekal pangan dengan menurunkan kadar air pangan melalui banyak sekali cara antara lain pengeringan, tunjangan bahan/senyawa yang sanggup mengikat air bebas atau membunuh mikroba perusak. Permasalahan atau pertanyaan yang timbul kemudian ialah apakah proses pengawetan, materi pengawet yang ditambahkan atau produk pangan yang dihasilkan kondusif dikonsumsi manusia.
Mencegah pangan supaya tidak rusak
1.      Gunakan materi baku yang baik
2.      Bersihkan semua alat sebelum digunakan
3.      Cuci tangan sebelum dan setelah bekerja
4.      Masaklah pangan secara seksama dan tepat untuk membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya
5.      Simpanlah pangan di daerah yantg sesuai
Selain dengan cara menyerupai di atas, untuk menghindari atau mencegah serta menghambat pertumbuhan basil dalam pangan supaya lebih tahan usang dilakukan proses pengawetan pada pangan.
Salah satu dari beberapa teknik pengawetan pangan ialah memperlihatkan materi tambahan pangan (BTP) untuk pengawetan, hal ini dilakukan dengan menambahkan suatu materi kimia tertentu dengan jumlah tertentu yang diketahui mempunyai imbas mengawetkan dan kondusif untuk dikonsumsi manusia. Jenis dan jumlah pengawet yang diijinkan untuk digunakan telah dikaji keamanannya. Penggunaan materi masakan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasanmaksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 perihal Pangan Pasal 10ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya dekat kaitannya dengan materi tambahan masakan yang pada pada dasarnya ialah untuk melindungi konsumen supaya penggunaan materi tambahan masakan tersebut benar-benar kondusif untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan. Namun demikian penggunaan materi tambahan masakan tersebut yang melebihi ambang batasyang ditentukan ke dalam masakan atau produk-produk masakan sanggup menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak materi masakan itu sendiri, bahkan berbahayauntuk dikonsumsi manusia. Semua materi kimia jikalau digunakan secara berlebih pada umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh insan mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi materi tambahan masakan yang disebut ADI atau Acceptable DailyIntake. ADI memilih seberapa banyak konsumsi materi tambahan masakan setiap hari yangdapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.ADI dihitung berdasarkan berat tubuh konsumen dan sebagai standar digunakan berat tubuh 50kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI ialah mg bahantambahan masakan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg,kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.Zat aditif masakan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan masakan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga masakan supaya tidak cepat busuk, dan lain Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif masakan harus dapat: Memperbaiki kualitas atau gizi makanan,membuat masakan tampak lebih menarik ,meningkatkan cita rasa makanan, menciptakan masakan menjadi lebih tahan usang atau tidak cepat bau dan busuk.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam memakai materi tambahan pangan  adalah:
a. Pilih pengawet yang benar/ yang diijinkan dalam pangan serta telah terdaftar di BPOM RI
b. Bacalah dosis penggunaannya pada penandaan/ label
c. Gunakan dengan dosis yang benar sesuai petunjuk pada label
d.  Membaca dengan cermat label produk pangan yang dipilih/ dibeli serta mengonsumsinya secara cerdas produk pangan yang memakai bahan
Pada dasarnya kehilangan materi gizi menyerupai lemak asam amino, vitamin, dan mineral pada proses pengolahan sudah bisa di tekan seminimal mungkin jikalau memakai teknik pengolahan yang berorientasi gizi. Kebutuhan tubuh akan materi gizi yang tidak sanggup di penuhi dari materi yang kita konsumsi sanggup di tambah dengan mengkonsumsi materi lain yang mengandung zat yang kita butuhkan. Salah satu cara yaitu dengan mengonsumsi masakan yang masih segar, sayuran dan lain-lain. Dengan mengkonsumsi buah-buahan segar dan sayuran secara pribadi maka kebutuha zat gizi yang kita butuhkan sanggup teratasi lantaran dala buah-buahan dan sayuran segar tersebut sudah terdapat zat gizi menyerupai lemak, protein, vitamin, dan mineral.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap masakan yang mudah dan kekal menunjang berkembangnya penggunaan BTM yang secara bermakna berperan besar dalam rantai produksi dan pengolahan semenjak era ke-19. Seiring dengan banyaknya laporan masalah keracunan makanan, Timbul banyak sekali diskusi dan keprihatinan yang mendalam mengenai keamanan penggunaan BTM, termasuk bagaimana langkah-langkah pengendalian yang tepat diperlukan.
WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut : (1). Aman digunakan, (2). Jumlahnya sekedar memnuhi kriteri imbas yang diharapkan, (3). Sangkil secara teknologi, (4). Tidak boleh digunakan utnuk menipu pemakai dan jumlah yang digunakan haruslah minimal. Bahan baku BTM dari materi sintetik mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Namun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik, baik pada binatang maupun manusia.
Agar sanggup dengan baik melindungi konsumen dari banyak sekali dilema keamanan pangan dan industri pangan di Indonesia, banyak sekali peraturan dikeluarkan oleh instansi terkait. Selain Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang bernaung di bawah Departemen Kesehatan, pengawasan dan pengendalian juga dilakukan oleh Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, dan Departemen Perindustrian.
Jenis BTM yang boleh digunakan sepanjang masih sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Sedangkan materi tambahan yang dihentikan digunakan pada masakan berdasarkan Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan perubahannya No.1168/Menkes/Per/X/1999 ialah Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya, Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt), Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC), Dulsin (Dulcin), Kalsium Klorat (Potassium Chlorate), Kloramfenikol (Chloramfenikol), Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominate vegetable oils), Nitrofurazon (Nitrofurazone), Formalin (Formaldehyde), dan Kalium Bromat (Potassium Bromate).( F:\Republika Online – http–www_republika_co_id.mht)

 
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pangan secara umum bersifat gampang rusak (perishable), lantaran kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akhir acara biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.
Keracunan masakan bisa juga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan mikroba untuk berkembang biak lebih cepat, menyerupai lantaran faktor fisik, kimia dan biologis.
4.2 Saran
Bagi produsen masakan hendaknya jangan hanya ingin menerima laba yang besar tetapi juga memperhatikan aspek kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinyayaitu dengan memakai zat aditf yang tidak membahayakan bagi kesehatan
Bagi Dinas kesehatan ,  Pengawasan masakan dan minuman hendaknya sebelum mengeluarkan nomor pendaftaran mengetahui kandungan zat yang ada didalamnya terutama yang membahayakan kesehatan.
Bagi instansi terkait hendaknya memperlihatkan informasi kepada khalayak luas perihal materi kimia atau zat tambahan yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam masakan dan minuman yang mengganggu kesehatan. Mudah-mudahan informasi ancaman penggunaan zat aditif ini bisa berkhasiat untuk Anda dalam menjaga kesehatan tubuh. Kita bisa terkena penyakit, kita juga bisa mencegahnya mulai dari sekarang.


 
DAFTAR PUSTAKA

1.      Admin . April 7, 2012 2 .http://ridwanaz.com/kesehatan/bahaya-bahan-pewarna-dan-pengawet-pada-makanan/. Diakses tanggal 16 maret 2014. Pukul 3;13 

Nuryadi kurniawan. Selasa, 25 September 2012. http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=pengawet-dan-pewarna-yang-berbahaya. diaksas tanggal 16 maret 2014. Pukul 3;19

 3.      http://id.wikipedia.org/wiki/Aditif_makanan. di terusan tanggal 16 maret pukul 4:20
 4.      DAVID. 23/05/13 . http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=pengawet-dan-pewarna-yang-berbahaya. diakses tanggal 16 maret . pukul 20;30



 

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Masalah Pengawet Dan Pewarna Makanan, Apa Dan Bagaimana Solusinya"

Posting Komentar