Air Higienis Dan Basil Escherichia Coli

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes



AIR BERSIH DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI
2.3.2    Syarat Air Bersih
A.  Persyaratan Fisika
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik ibarat berikut :
1.  Jernih atau tidak keruh (kekeruhan)
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari materi tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kesatuan dinyatakan dengan satuan unit.
2.  Tidak berwarna (warna)
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
3.  Rasa
Secara fisika, air sanggup dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin mengatakan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
4.  Tidak berbau
Air yang baik mempunyai ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

5.  Temperatur normal (suhu)
Air yang baik harus mempunyai temperatur sama dengan tempertur udara (20°C hingga dengan 60°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi materi organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau 17  menyerap energi dalam air.
6.  Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)
TDS biasanya tersdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab problem tersebut.
B. Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia berdasarkan berikut ini :
1.  pH netral
Derajat keasaman air harus netral, dihentikan bersifat asam maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam, sedangkan pH tinggi akan bersifat basa. Air yang murni mempunyai pH = 7, pH di bawah 7 akan bersifat asam sedangkan pH di atas 7 akan bersifat basa.
2.  Tidak mengandung materi kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung materi kimia beracun  seperti sianida, sulfida, fenolik.
3.  Tidak mengandung ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam ibarat Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr, dan lain-lain.
4.  Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan bekerjasama dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.
5.  Tidak mengandung materi organik
Kandungan materi organik dalam air sanggup terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti, NH_4,   dan .
C. Persyaratan Mikrobiologi
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air sanggup diketahui melalui uji bakteriologis. Pada umumnya uji bakteriologis yang harus dipenuhi oleh air sebagai berikut (Pitojo dan Purwantoyo, 2003) :
1.  Tidak mengandung kuman patogen, contohnya kuman Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Salmonella typhi, Salmonella parathypi, Vibrio cholerae. Bakteri-bakteri ini gampang tersebar melalui air (transmitted by water).
2.  Tidak mengandung kuman non-patogen, ibarat Actinomycetes, Phytoplankton coliform, Ciadocera, Coliform, Fecal streptococci, Iron bakteri.
D. Persyaratan Radioaktif
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya yaitu sama, yakni menimbulkan kerusakan pada  sel yang terpapar (Purbowarsito 2011).



2.4  Escherichia coli
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal yang mempunyai kemiripan dengan sel tanaman, tetapi tidak mempunyai klorofil. Bakteri berbentuk batang dikenal dengan nama bacil, sedangkan yang berbentuk lingkaran digolongkan dalam bentuk coccus. Bentuk kuman spiral dikenal sebagai sprillum (Purnawijayanti 2001, h. 53). Bakteri Escherichia coli merupakan kuman fakultatif anaerobik bersifat Gram negatif, berbentuk batang termasuk dalam family Enterobacteriaceae. Bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini sanggup ditemukan dalam usus besar pada insan dan binatang sebagai tumbuhan normal. Pertama dijumpai pada tahun 1885, kuman ini kemudian dikenal bersifat komensal maupun berpotensi patogen. Bakteri Escherichia terdiri dari 2 spesies yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanii. Eschericia coli bersifat unik lantaran sanggup mengakibatkan bisul pada usus (Jawetz et al 1994, h. 163). Kebanyakan tempat yang sering mengalami bisul klinis yaitu saluran air kemih, sistem biliary dan tempat lain dalam rongga perut tetapi beberapa tempat anatomi (bakteremia, kelenjar prostat, paru-paru, tulang, meningen) sanggup menjadi tempat penyakit (Brooks G F et al  2005, h. 357). Bila Escherichia coli masuk di organ lain contohnya saluran kemih, akan mengakibatkan penyakit yaitu bisul saluran kemih (Arisman 2012, h. 93).
2.4.1   Klasifikasi Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom        : Bacteria
Filum              : Proteobacteria
Kelas              : Gamma Proteobacteria
Ordo                : Enterobacteriales
Famili             : Enterobacteriaceae
Genus            : Escherichia
Spesies         : Escherichia coli
2.4.2    Morfologi Escherichia coli
Escherichia coli adalah kuman berbentuk batang pendek Gram negatif dengan ukuran 0,4 – 0,7 µm X 1 - 4 µm, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai kapsul (Jawetz et al 1994, h. 163). Tumbuh pada suasana aerobic atau fakultatif an-aerobic. Escherichia coli mempunyai sifat menekan pertumbuhan kuman “proteolitik” yang lain dalam usus, memproduksi polipeptida yang bersifat baktericidal yang disebut “Colicin” yang sanggup membunuh kuman lainnya yang tidak bertanggung jawab, produksi vitamin B komplek dalam usus manusia, Colicin ibarat Marcescim pada kuman Serratia (Ratnasari, E dan Rosmiyyati, A 2011).
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik ibarat berikut  AIR BERSIH DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI
Gambar 2.1 Escherichia coli
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik ibarat berikut  AIR BERSIH DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI
Gambar 2.2 Pewarnaa Gram Escherichia coli

2.4.3   Fisiologi
Escherichia coli tumbuh baik hampir pada semua media yang biasa digunakan di laboraturium Mikrobiologi, pada media yang dipergunakan untuk isolasi kuman enterik, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa. Escherichia coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada biar darah mengatakan hemolisis tep beta pada media EMB menghasilkan warna kemilau “metallic sheen green”. Beberapa tes biokimia yang digunakan untuk diagnostik kuman Escherichia coli (Dikutip dari G.I. Barrow and R.K.A. Feltham 1993, hh. 135-136).
                                  Tabel 2.1 : Tes Uji biokimia
TES
REAKSI
Motilitas
-/+
Pigmen Kuning
-
Pigmen Merah
-
MacConkay
+
Simmons’ citrate
-
Christensen’s citrate
-/+
Urea
-
Gelatin hydrolysis
-
Growth in KCN medium
-
H2S (PbAc paper)
-
H2S from TSI
-
Gluconate
-
Malonate
-
ONPG
-/+
Phenylalanine
-
Arginine dihydrolase
-/+
Lysin dihydrolase
-/+
Ornithine decarboxylase
-/+
Selenite reduction
-/+
Casein hydrolysis
-
DNase production
-
Carbohydrates (water pepton medium), Gas Glucosa
-/+
Adonitol
-
Arabinose
+
Cellobiose
-
Dulcitol
-/+
Glycerol
+
Inositol
-
Lactosa
-/+
Maltosa
+
Mannitol
+
Raffinose
-/+
Rhamnose
+
Salicin
-/+
Sorbitol
+
Sucrosa
-/+
Trehalose
+
Xylose
+
Starch
-
MR tes (37°C) 2hari
+
MR tes (37°C) 4hari
+
VP tes (37°C) 2hari
-
VP tes (37°C) 4hari
-
Indole
+
Sumber : G.I. Barrow and R.K.A.Feltham 1993


2.4.4    Habitat
Habitat Escherichia coli hidup sebagai tumbuhan normal pada usus insan dan hewan, tapi sanggup ditemukan pada tumbuhan, sayuran atau buah-buahan yang tercemar. Escherichia coli tumbuhan normal keluar melalui tinja, bila keluar usus (bila sering) akan menjadi patogen yang sanggup mengakibatkan bisul saluran kencing. Lainnya sanggup mengakibatkan meningitis, septicemia, endocarditis, dermatitis. Escherichia coli yang patogen diusus dilihat dari antigennya, contohnya Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC). Perbedaannya dengan Escherichia coli yaitu dengan melihat perbedaan struktur antigennya (O Ag dan K Ag). Escherichia coli mempunyai komponen Antigen yaitu : Somatik Ag (O Ag), ada tubuh kuman dan bersifat termostabil; Capsuler Ag (K Ag), pada potongan luar kuman bersifat termolabil; Flagella Ag (H Ag), bersifat termolabil (tidak tahan panas) (Ratnasari, E dan Rosmiyyati, A   2011).
2.4.5    Epidemiologi         
Epidemiologi Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) sekarang merupakan emerging cause keracuanan masakan di Amerika serikat dan Kanada. Reservoir utama Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) yaitu ternak lembu dan sapi. Di Amerika Serikat, diperkirakan telah terjadi 100.000 kasus pencemaran akhir shiga-toxin-producing Escherichia coli pertahun, dan hampir 50% didominasi oleh galur selain O157:H7. Sementara, Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) dan galur lain mengakibatkan angka kesakitan hingga lebih dari 150.000 setahun. Pada tingkat dunia, Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) telah menimbulkan lebih dari 600 juta kasus diare setahun dengan korban meninggal 700.000 anak balita, terutama di negara berkembang. Traveller’s diarrhoea juga disebabkan oleh Escherichia coli (Arisman 2012, h. 93).
2.4.6    Patogenesis
Patogenesis Escherichia coli sejauh ini, ada 4 kelas Escherichia coli yang bersifat enterovirulen. Keempat kelas tersebut yaitu Escherichia coli entero patogenik (EPEC), Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC), Escherichia coli enteroinvasif (EIEC), dan Escherichia coli enterohemoragik (EHEC). Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) mengakibatkan diare yang parah pada bayi, meskipun mekanismenya belum sanggup dijelaskan. Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) menghasilkan dua jenis toksin yang bersifat stabil dan agak labil terhadap panas dan menyebakan diare pada anak dan bayi, yaitu penyakit ibarat dengan kolera (di kawasan endemis kolera) dan traveller’s diarrhoea (ditularkan lewat air dan makanan). Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) menginvasi dan berproliferasi di dalam sel epitel mukosa sehingga tidak jarang menimbulkan colonic epithelial cell death.
1.  Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC)
Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) yaitu penyebab utama traveller’s diarrhea dan infantile diarrhea di negara berkembang. Diare pada kasus ini berupa watery diarrhea, dengan gradasi keparahan berkisar dari ringan hingga parah. Patogenesis diare oleh famili Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) berkaitan dengan enterotoksin yang dihasilkannya. Toksin itu sendiri terbagi menjadi heat labile toxins (struktur dan fungsi ibarat sekali dengan toksin yang disekresikan oleh Vibrio cholera) dan heat stable toxins.


2.  Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) sanggup menginfeksi sel-sel epitel mukosa usus sehingga mengakibatkan terjadinya watery diarrhea, disentri, demam, muntah, kram, dan nyeri perut hebat, serta tenesmus. Tinja kerap mengandung darah (lekosit dan eritrosit).
3.  Escherichia coli enteropatogenik (EPEC)
Escherichia coli enteroaggregatif (EAEC), dan diffusely adherent Escherichia coli (DAEC) mengakibatkan diare basah dan disentri.
4.  Escherichia coli enterohemoragik (EHEC)
 Mampu mengeluarkan shiga like toxins, yang mengakibatkan dua macam sindrom, yaitu hemorrhagic colitis dan hemolytic uremic syndrome (HUS) diare berdarah. Toksin ini pula yang bertanggung jawab terhadap tanda-tanda sisa sistemik (systemic sequale) akhir penyakit ini (Arisman 2012, hh. 93-94).
2.4.7    Gejala klinis
Inkubasi berlangsung selama 12 jam hingga 3 hari. Gejala timbul 18-48 jam sehabis menyantap masakan yang terkotori berupa nyeri dan diare, terkadang disertai oleh demam serta muntah. Beberapa faktor dalam pencegahan bisul Escherichia coli, ibarat keasaman lambung, keutuhan flora, dam motilitas usus. Bayi yang diberikan ASI kemungkinan untuk mengalami diare akhir kuman tersebut kecil sekali lantaran di dalam ASI terkandung faktor pelindung (Arisman 2012, hh. 94-95).
1.  Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC)
Periode inkubasi Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) berkisar dari 1-2 hari, kemudian berlanjut dengan timbulnya diare basah (watery diarrhea), tanpa disertai darah, lendir, atau lekosit. Menyebabkan mual hingga muntah, tetapi sebagian besar penderita tidak disertai demam. Penyakit ini bersifat self-limited, biasanya tanda-tanda ini akan lenyap sendiri dalam kurun waktu kurang dari 5 hari.
2.  Escherichia coli enteropatogenik (EPEC)
Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) yang menyerang terutama bayi dan anak, mengakibatkan diare berair. Jika keadaan ini menjadi parah pada anak-anak, akan terjadi kehilangan cairan tubuh yang (seandainya situasi berubah kronik) mengarah pada gagal pertumbuhan.
3.  Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Gejala yang ditimbulkan oleh Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) berkisar dari diare basah ringan (mild watery diarrhea) hingga kolitis hemoragik yang parah. Setelah masa inkubasi 1-5 hari dilalui, diare basah terjadi dan kerap diikuti oleh kram perut serta muntah. Pada kebanyakan pasien, diare berdarah biasanya muncul 1-2 hari sehabis tanda-tanda pertama timbul, tetapi tidak terkait dengan keberadaan lekosit dalam tinja. Demam sering kali menjangkit sepertiga kasus, sementara penyakit ini berlangsung selama 4-10 hari.
4.  Escherichia coli enterohemoragik (EHEC)
Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) tak mungkin diisolasi dari tubuh penderita ketika HUS telah terjadi. Hemolytic-uremic syndrome terdiri atas trias mikroangiopati akhir anemia hemolitik, trombositopenia, dan insufiensi ginjal. Sindrom ini biasanya terjadi pada ahad kedua (kisaran 2-14 hari) perjalanan penyakit, bahkan tidak jarang timbul sehabis diare sembuh. Ketika HUS terjadi, penderita tampak pucat, sangat lemah, gelisah, serta oliguri atau anuri pada pemeriksaan. Gagal ginjal kronis (GGK) akan terjadi pada sebanyak 10% penderita HUS. Hemolytic-uremic syndrome yaitu penyebab maut pada 3-5 % penderita GGK (Arisman 2012, hh. 94-95).
2.4.8    Pemeriksaan Laboratoris
Untuk isolasi dan identifikasi kuman Escherichia coli dari materi investigasi klinik digunakan metode dan media sesuai dengan metode untuk kuman enterik lain. Deteksi sebagian besar strain Escherichia coli patogen memerlukan metode khusus untuk mengidentifikasi toksin yang dihasilkan. Sampai dikala ini metode yang ada masih memerlukan tes dengan binatang percobaan dan kultur jaringan yang cukup mahal dan kurang praktis. Beberapa metode gres berdasarkan tes imunologi dan teknik hibridasi DNA sudah dikembangkan, tetapi belum beredar di pasaran luas, misalnya: tes Elisa (enzyme-linked immunosorbent assay) particle agglutination methods Co-agglutination  dengan protein A Staphylococus aureus yang telah berikatan dengan antibodi terhadap enterotoksin Escherichia coli, hibridasi DNA-DNA pada koloni kuman atau pribadi pada specimen tinj (Jawetz et al 1994, h. 165).
2.4.9   Penanganan
Penanganan keracunan masakan yang dilatarbelakangi oleh famili Escherichia coli pada prinsipnya serupa dengan pengobatan gastroenteritis bakterial lain, terutama yang bersifat suportif, yaitu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Pada kasus ringan-sedang cukup diberi ORT (Oral Rehydration Therapy). Jika ORT tak sanggup diberikan atau kehilangan cairan tubuh sudah berada pada tingkat yang parah, berikan cairan intravena. Obat antimotilitas tidak diperkenankan, sementara pemberian antibiotik harus menanti hasil biakan. Pengobatan sementara (presumptive therapy) dengan memakai antibiotik tidak dianjurkan lantaran potensi insiden HUS yang besar, terutama bila berhadapan dengan E.coli 0157:H7 (CS. Wong, 2000). Profilaksis traveler’s diarrhea dengan bismuth subsalisilat, trimetoprim, dan sulfametoksazol pada anak tidak dianjurkan lantaran potensi akumulasi asam salisilat serta reaksi alergi. Selain itu, belum ada bukti kajian ilmiah terhadap manfaat penggunaan antibiotik untuk pengobatan EHEC dan EIEC (Arisman 2012, h. 96).
2.4.10 Pengobatan
Kuman Escherichia coli yang diisolasi dari bisul di dalam masyrakat biasanya sensitif terhadap obat-obat antimikroba yang digunakan untuk organisme negatif Gram, meskipun terdapat juga strain-strain resisten, terutama pada pasien dengan riwayat pengobatan antibiotika sebelumnya. Pada pasien-pasien dengan diare, perlu dijaga keseimbangan cairan dan elektrolitnya.
2.4.11 Pencegahan
Anak yang menderita diare akhir E.coli serotipe 0157:H7 tidak diperbolehkan kembali berkumpul dengan teman sebaya sebelum diare membaik dan dua kultur tinja negatif. Bagi mereka yang sering berpergian ke wilayah endemis, traveler’s diarrhea akan tercegah bila mereka tidak  mengkonsumsi es, selada, sayuran mentah, dan buah yang tidak dikupas sendiri. Selain itu, hindari minuman berkarbon dan usahakan tidak mengkonsumsi daging setengah matang (Arisman 2012, h. 97).

DAFTAR PUSTAKA
Arisman 2012, Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC, Jakarta.

Arikunto, S 2010, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Brooks G F, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical 2005. Microbiology. revisi edition. United States: The McGraw-Hill Companies Inc.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Chandra, B 2007, ‘’ Pengantar Kesehatan Lingkungan ’’, EGC, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2012. Tentang Data Kasus Diare Yang Terjadi Di Jombang.

2013. Sekilas Tentang Penyakit Diare. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014. http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=sekilas-tentang-penyakit-diare.

G.I. Barrow and R.K.A. Feltham, 1993. Cowan and Steel Manul For The Identification Of Medical Bacteria. Third Edition. Cambridge University Press.

Effendi Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta : Kanisius. p 17
Hidrosfer Perairan Darat. 2011. Diakses pada tanggal 9 Februari 2014. http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=sekilas-tentang-penyakit-diare.

Notoatmodjo, S 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, edk rev, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam, 2011, Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, edk rev2, Selemba Medika, Jakarta Selatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010. Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Diakses pada tanggal 10   November 2013http://www.depkes.go.id/index..
                 
Peraturan pemerintah No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kuliatas air dan pengendalian pencemaran air. http://www.slideshare.net/ignoramus/pp-no-82-th-2001-ttg-pengelolaan-kualitas-air-dan-pengendalian-pencemaran-air. Diakses pada tanggal 12 November 2013.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.

Pitojo, s. Purwantoyo, E. 2003. Deteksi Pencemaran Air Minum. Aneka Ilmu. Demak

Purnawijayanti, A 2001,  Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan, Yogyakarta

Purbowarsito, H 2011,”Uji Bakteriologis Air Sumur”, skripsi, universitas Airlangga Surabaya.

Ratnasari.E & Rosmiyyati.A. 2011. Buku Praktikum Bakteriologi, D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang

Rekompak n.d -Pedoman Perencanaan Pengadaan Air Bersih Pedesaan Program JRF-Rekompak. Diakses Pada Tanggal 30 Desember 2013 http://www. rekompakjrf.org/download/Pedoman%20Desain%20Penyediaan%20Air%20 Bersih(26-4-10).pdf.

Rismunandar, 2001. Air Fungsi dan Kegunaanya Bagi Pertanian, Bandung : SinarBaru Algaesindo. p 2

Siska 2012. Definisi sungai, danau, rawa, air tanah,dan laut Diakses pada tanggal 19 Desember 2013.http://matakristal. com/definisi-sungai-danau-rawa-air-tanah-dan-laut.

Sugianto Tantri, 2012. Identifikasi Bakteri Patogen. Diakses Pada Tanggal 30 Januari 2013. http://jurnalkebidananku.blogspot.com//search?q=sekilas-tentang-penyakit-diare.

Suriawiria, U 2008, Mikrobiologi Air, PT. Alumni, Bandung.


 

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Air Higienis Dan Basil Escherichia Coli"

Posting Komentar