Patofisiologi Sistem Persepsi Sensori 2

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes



PATOFISIOLOGI SISTEM PERSEPSI SENSORI 2

BUTAWARNA
          Butawarna adalah: penglihatan warna-warna yang tidak tepat
          Pasien tidak atau kurang sanggup membedakan warna yang sanggup terjadi kongenital atau akhir penyakit tertentu
          Buta warna dikenal dalam tiga bentuk:
1.       Trikromatik (merah, hijau, biru)
2.       Dikromatik (merah, hijau)
3.       Monokromatik  (biru)
          Trikromatik dibagi tiga macam:
1.       Protanomali: kurang merah
2.       Deutranomali: kurang hijau
3.       Tritanomali: kurang biru
          Dikromatik dibagi tiga macam:
1.       Protanopia: tidak kenal merah
2.       Deutranopia: tidak kenal hijau
3.       Tritanopia: tidak kenal biru
          Monokromatik:
1.       Terdapat kelainan penglihatan biru dan kuning
          Butawarna lebih banyak pada pria dengan perbandingan 20 : 1
          Butawarna yang timbul kemudian sanggup terjadi pada kelainan makula, ibarat rinitis sentral dan degenerasi makula sentral
PAPILEDEMA
          Papiledema atau choked disk ialah pembengkakan papil optik non radang yang berkaitan dengan meningkatnya tekanan intrkranial
          Papiledema akan terjadi pada setiap keadaan yang mengakibatkan meningginya tekanan intrakranial yang persisten
          Penyebab: tumor cerebri, abses, hematoma subdural, hidrosepalus, dan hipertenssi ganas
          Faktor penting terjadinya papiledema ialah tersumbatnya fatwa vena lantaran adanya tekanan terhadap vena retina sentral, sewaktu meninggalkan saraf optik melintasi rongga subarachnoid dan rongga subdural
TINITUS
          Tinitus ialah bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi bunyi tanpa adanya rangsangan dari luar, sanggup berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik
          Keluhan sanggup berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis atau banyak sekali macam bunyi yang lain
          Tinitus dibagi dua: tinitus obyektif dan tinitus subyektif
          Tinitus obyektif: bunyi yang timbul sanggup juga didengar oleh pemeriksa atau dengan auskultasi disekitar pendengaran
          Tinitus subyektif: bunyi hanya sanggup didengar oleh pasien sendiri
          Tinitus obyektif bersifat vibratorik, berasal dari vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler disekitar pendengaran
          Tinitus obyektif disebabkan oleh: malformasi arteriovena, tumor glomus jugular, aneurisma, penyakit sendi temporomandibuler, mioklonus palatal
          Tinitus subyektif bersifat nonvibrotik, disebabkan proses iritatif atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel rambut getar koklea hingga pusat saraf pendengar
          Pada tinitus terjadi acara elektrik pada area auditorius yang menjadikan perasaan adanya bunyi
          Impuls absurd ini sanggup ditimbulkan oleh banyak sekali kelainan pendengaran
          Tinitus sanggup dibagi: tinitus nada rendah dan tinitus nada tinggi
          Tinitus terjadi akhir tuli sensorineural atau gangguan konduksi
          Tinitus akhir konduksi biasanya nada rendah (bergemuruh)
          Tinitus dengan inflamasi terasa berdenyut (tinitus pulsasi)
          Tinitus nada rendah dan ada gangguan konduksi terdapat pada kasus: serumen, tumor, otitis media, otosklerosis
          Tinitus nada rendah dengan pulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan tanda-tanda dini tumor glomus jugulare
          Tinitus obyektif sering ditimbulkan gangguan vaskuler, bunyinya seirama dengan denyut nadi, contohnya pada aneurisma dan aterosklerosis
          Intoksikasi obat juga sanggup mengakibatkan tinitus (salisilat, kina, streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin)
          Hipertensi endolimfatik pada penyakit Meniere juga mengakibatkan tinitus
VERTIGO
          Vertigo ialah perasaan berputar
          Sesuai kejadianya vertigo dibagi: vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori
          Vertigo spontan: vertigo yang timbul tanpa rangsangan, rangsangan vertigo impulsif berasal dari penyakit Meniere (penyakit akhir meningkatnya tekanan endolimfe)
          Kanalis semisirkularis (ampula) à berkenaan dengan rotasi à terdiri:  ductus semisircularis superior, lateralis, posterior à dalam ampula terdapat krista à didalam krista terdapat kupula
          Vestibularis à berisi: Utriculus dan Sacculus à didalamnya terdapat makula à berkenaan dengan keseimbangan statis (posisi dan gerakan garis lurus)
          Vertigo posisi: timbul akhir perubahan posisi kepala (rangsangan kupula kanalis semisirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal)
          Debris ialah kotoran yang melekat pada kupula kanalis semisirkularis
          Vertigo kalori timbul akhir perubahan suhu pada rongga pendengaran
HIPOSMIA
          Hiposmia ialah sensitifitas penciuman yang menurun
          Kemoreseptor olfactorius terletak didalam cuilan khusus mucosa hidung yakni membrana mucosa olfactorius.
          Kemoreseptor olfactorius hanya berespon terhadap senyawa yang berkontak dengan epitel olfactorius dan dilarutkan dalam lapisan tipis mukus yang menutupinya.
          Syarat zat yang sanggup di-bau :
          Harus gampang menguap à sanggup masuk hidung
          Sedikit larut dalam air sehingga sanggup melalui mukus untuk mencapai sel olfactorius
          Harus sanggup larut dalam lipid lantaran diduga rambut olfactorius dan ujung luar sel olfactorius terutama terdiri dari zat lipid
          Silia olfactoria à sel olfactoria (reseptor) à akson olfactoria à glomeruli olfactorius à sel mitral à tractus olfactorius à striae olfactoriae medialis et lateralis à cortex olfactorium
          Ada 107 sel indera primer penciuman à terletak pada neuroepitelium regio olfactorius (epitelium olfaktori)
          Reseptor penciuman (kemoreseptor olfaktori)  bersifat bipolar, ujung dendritnya membawa 5-20 silia yg ditutupi oleh mukus, akson menuju ke otak
HIPOGEUSIA
          Hipogeusia ialah respon pengecapan yang berkurang
          Sel reseptor gustatorius (tunas pengecapan) terletak di lidah, merupakan kemoreseptor yang berespon terhadap senyawa yang dilarutkan dalam cairan verbal
          Pada insan terletak pada : Lidah, Palatum, Epiglotis, Nasofaring
ORGANUM GUSTATORIUM
          Papilla lingualis
          Papilla fungiformis
          Papilla filiformis
          Papilla sircumvalata
          Tonsila lingualis
          Reseptor gustatorius terdapat dalam papila lingualis
          Macam sensasi pengecapan dan letaknya di pengecap :
          Pahit: dorsum posterior linguae
          Manis: ujung pengecap
          Asin: dorsum anterior linguae
          Asam: sepanjang tepi (lateral) pengecap
JARAS SARAF
          Saraf sensorik 2/3 anterior pengecap à chorda tympani dari n facialis ( VII )
          1/3 posterior pengecap à n glosofaringius (IX)
          Faring melalui n vagus ( X )
          Ketiganya masuk ke nukleus tractus solitarius di batang otak à kemudian diteruskan oleh lemnicus medialis bersama rasa raba, nyeri dan suhu à menuju area proyeksi pengecapan ( cortex cerebri )

 
Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Patofisiologi Sistem Persepsi Sensori 2"

Posting Komentar