Penyakit Respirasi

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan terjadi sejumlah perubahan a PENYAKIT RESPIRASIUntuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan terjadi sejumlah perubahan penyesuaian pada fisiologi dan fungsi paru.
Kehamilan sanggup memperberat imbas patofisiologi kelainan paru yang terjadi selama kehamilan. Sebagai teladan yaitu terjadinya sejumlah ajal ibu hamil selama pandemi influenza pada tahun 1918 dan 1957.

FISIOLOGI PARU
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan terjadi sejumlah perubahan a PENYAKIT RESPIRASI

Resume perubahan fisiologi selama kehamilan adalah :
  1. Peningkatan kapasitas vital – vital capacity sebesar 100 ml menjadi 200 ml.
  2. Peningkatan kapasitas ide – inspiratory capacity sebesar 300 ml pada selesai kehamilan.
  3. Peningkatan volume tidal – tidal volume dari 500 ml menjadi 700 ml.
  4. Peningkatan ventilasi permenit - Minute ventilation sebesar 40% dari 7.5 L/menit menjadi 10.5 L/menit terutama akhir kenaikan volume tidal oleh lantaran frekuensi pernafasan tidak berubah.
  5. Penurunan volume cadangan ekspirasi – expiratory reserve volume dari total 1300 ml menjadi 1100 ml.
  6. Penurunan volume sisa – residual volume dari total 1500 ml menjadi 1200 ml.
  7. Penurunan kapasitas residual fungsional – functional residual capacity (jumlah volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa) sebesar 500 ml.
PNEUMONIA
Berbagai bentuk pneumonia bakterial atau viral sering terjadi dalam kehamilan.
Gazmararian dkk (2004) melaporkan besar angka perawatan antepartum di RS akhir pneumonia sebesar 4.6%.
Tanpa memandang jenis penyebab pneumonia, hipoksiemia dan asidemia yang terjadi memperburuk keadaan janin intrauterin.
Asidemia sering menjadikan terjadinya persalinan preterm.
Setiap kasus kehamilan dengan kecurigaan pneumonia harus diperiksa dengan x-ray.

JENIS PNEUMONIA


PNEUMONIA BAKTERIAL
Bogaert dkk (2004) : Sejumlah basil penyebab pneumonia menyerupai streptoccocus pneumoniae adalah cuilan dari tanaman paru yang normal.
Merokok dan bronchitis kronis mempermudah terjadi kolonisasi S.pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Legionella.
Faktor resiko lain yaitu : asthma, peminum minuman keras, dan HIV
Diagnosis
  • Batuk (90%)
  • Dispnea (65%)
  • Produksi sputum ( 65%)
  • Pleuritic chest pain (50%)
  • Diagnosa dengan x-ray
Urgensi perawatan di RS menjadi materi kontroversi. Tabel berikut dibawah ini yaitu faktor resiko yang sanggup menjadi materi pertimbangan perawatan di RS:
Table : Factors That Increase the Risk of Death or Complication with Community Acquired Pneumonia
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan terjadi sejumlah perubahan a PENYAKIT RESPIRASI
Penatalaksanaan
Pada pasien yang di rawat di RS menurut tabel 29.1 diatas, dilakukan perawatan emergensi oleh lantaran pneumonia berat sering merupakan penyebab dari “acute respiratory distress syndrome “dalam kehamilan.
Pneumonia pada orang sampaumur sering disebabkan oleh pneumococcus, mycoplasma atau chlamydia, maka terapi pilihan yaitu erythromycin intravena yang diikuti dengan peroral.
Pada pasien yang diduga disebabkan oleh staphylococcus atau hemophylus pneumonia, terapi pilihan yaitu cefotaxime atau ceftriaxone dengan kombinasi erythromycin..
Jenis terapi lain yaitu dengan memakai fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacine dll)
Prognosis
Sebelum ada antibiotika, 1/3 ibu hamil meninggal lantaran pneumonia
Outcome kehamilan tergantung pada diagnosa yang cepat – terapi yang efektif dan observasi ketat.
PNEUMONIA INFLUENZA
Infeksi susukan nafas sanggup disebabkan oleh virus RNA
Infeksi influenza jenis A lebih bersifat serius dan sanggup menjadikan epidemi.
Penyebaran virus melalui udara dan pada insan sampaumur sehat, penyakit ini biasanya “self limited”.
Dapat mengalami bisul sekunder dengan basil dan kondisi pasien menjadi lebih parah.
Central Disease Control dan Prevention dan American College of Obstericians and Gynecologists (2004) merekomendasikan kontribusi vaksinasi influenza yang sudah dilemahkan pada semua ibu hamil selama periode influenza ( bulan oktober hingga mei) tanpa memandang usia kehamilan.
Sheffield dkk (2005) menyatakan bahwa kontribusi vaksin anti influenza di Parkland Hospital mempunyai efektivitas sebesar 99% dan menurunkan bencana influenza hingga 15 kali lipat.

PNEUMONIA VARISELA
Virus varicella – zooster yaitu famili DNA herpesvirus yang menjadikan terjadinya chickenpox (cacar air). Pneumonia varicella terjadi pada 10% kasus dan umumnya mereda sesudah 3 – 5 hari.
Faktor resiko terjangkit pneumonia : merokok dan lesi > 100
Gejala : takipnea, batuk kering, dispnea, demam dan nyeri dada pleuritik.
Pada penyakit berat sanggup menjadikan terjadinya persalinan preterm.
Vaksinasi selama kehamilan merupakan kontra-indikasi
Terapi : acyclovir 10 mg / kg BB setiap 8 jam dengan efektivitas yang meragukan.
PNEUMONIA JAMUR ATAU PARASIT
Umumnya terjadi pada penderita dengan gangguan imunologis contohnya AID
Jenis :
  • Pneumocystis pneumonia (infeksi dengan pneumocystis carinii)
  • Fungal pneumonia (infeksi histoplasmosisi dan blastomikosis)
SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME
Penyakit yang mengancam jiwa.
Disebabkan oleh coronavirus yang teridentifikasi pertama kali di China tahun 2002.
SARS menyebar dengan cepat dan pada bulan Maret 2003, perjuangan pencegahan oleh masyarakat internasional mulai dikerjakan.
20% kasus akan mengalami cedera paru yang akut dan memerlukan mesin bantu pernafasan.
Case Fatality Rate sekitar 5%.
ASTHMA
Asthma yaitu inflamasi susukan nafas kronis dengan komponen utama herediter.
Pada asthma terjadi obstruksi susukan nafas secara reversibel akhir kontraksi otot polos bronchus – hipersekresi cairan lendir dan edema mukosa.
Asthma diderita oleh 7% populasi.
Kwon dkk (2003) : prevalensi asthma dalam kehamilan 5 – 9%.
Namazy dan Schatz (2005) : Prevalensi status asthmaticus dalam kehamilan 0.2%.
Etiologi
Berdasarkan etiologi, dikenal aneka macam jenis asthma:
  1. Asthma ekstrinsik : IgE mediated, tanda-tanda bronchospasme dipacu oleh inhalasi alergen spesifik
  2. Asthma intrinsik : Bila tidak dikenal adanya alergen yang spesifik
  3. Asthma gabungan : Bila terdapat faktor IgE mediated dan non IgE mediated
  4. Asthma akhir intoleransi terhadap aspirin: Oleh lantaran aspirin dan NSAID bisa mencegah sintesa prostaglandin maka obat tersebut yaitu faktor penggerak bronchospasme
  5. Asthma akhir olah raga : Pasien asimptomatik menderita asthma sesudah olah raga
  6. Asthma akhir pekerjaan

KOMPLIKASI
Komplikasi akut
  • Kelelahan fisik
  • Hipoksemia progresif
  • Hipercarbia
  • Atelektasis
  • Pneumotorax
  • Pneumomediastinum
  • Pulsus paradoxus
  • Reaksi hipersensitivitas terhadap obat
Komplikasi kronis
  • Emphysema pulmonum
  • Cor pulmonale

TERAPI
1. Terapi umum
Prinsip penatalaksanaan pada perempuan hamil sama dengan perempuan tidak hamil.
  1. Cegah paparan terhadap alergen atau faktor pencetus
  2. Atasi sinusitis
  3. Terapi infeksi
  4. Predinoson pencegahan 30 – 50 mg/hari selama 5 – 7 hari pada kasus bisul virus pada SPA
2. Eksaserbasi akut
  • Rawat di RS.
  • Oksigen dalam sungkup.
  • Koreksi kehilangan cairan tubuh dan gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit
  • Analisa gas darah
  • Inhalasi β-agonist ( albuterol atau metaproterenol)
  • Terbutalin subcutan

3. Terapi sementara
Obat utama yang dipakai dalam terapi jangka panjang yaitu methylxathine, β-adrenergic agonist, glucocorticoid
Obat batuk yang mengandung jodium dan dextrometrophane sebaiknya dihindarkan selama kehamilan oleh lantaran sanggup menjadikan goiter dan malformasi janin
Pada trimester I seharusnya tidak diberikan antihsitamin
Pseudoephedrin decongestan sanggup diberikan jika perlu.

4. Penatalaksanaan persalinan
Persalinan sebaiknya pervaginam ; SC dilakukan atas indikasi obstetrik.
Tujuan terapi yaitu terpenuhinya fungsi paru tanpa bronchospasme.
Pada pasien yang sebelumnya sudah memakai kortikosteroid inhalasi, sanggup diberikan hidrokortison 100 mg i.v dan diulang setiap 8 jam hingga persalinan.
Dapat dilakukan tindakan anaesthesi paraservical atau pudendal jika perlu.
Rasa nyeri dan brochospasme sanggup dihilangkan dengan kontribusi Meperidinie 50 – 100 mg i.m.

TUBERKULOSIS
Angka bencana tuberkulosis menurun pada pada beberapa dekade terakhir hingga pertengahan tahun 80 an dan kemudian dari laporan yang ada nampaknya terjadi peningkatan kembali angka kejadian.
Di USA, tuberkulosis yaitu penyakit pada orang tua, masyarakat pinggiran kota, kelompok minoritas dan pasien penderita HIV-AID
Gejala awal biasanya berupa batuk kering , demam ringan, hemoptisis dan penurunan berat tubuh yang cepat
Pada investigasi foto thorax nampak proses infiltratif pada paru dan kadang terlihat adanya cavity dan limfadenopatia mendiastinal
Tuberkulosis ektrapulmonal yang jarang terjadi :
  • Tuberkulosa milier (disseminated)
  • Pleural efusion
  • Tuberkulosis genitalia wanita: endosaplfing, ovarium dan endometrium


PATOFISIOLOGI
  • Tuberkulosis yaitu penyakit bisul sistemik.
  • Penularan bisul terjadi melalui innhalasi dari mycobacterium tuberculosis yang menjadikan terjadinya reaksi granulomatosa pada paru.
  • Penularan terjadi melalui kontak tertutup dengan penderita yang mempunyai cavitas paru dan batuk yang produktif.
  • Bakteri umumnya mencapai cuilan posterior apex paru.
  • Penyebaran selanjutnya sanggup terjadi secara hematogen.
  • Segera terjadi reaksi jaringan granulomatosa dengan makrofag yang teraktivasi dan serbukan limfosit, fibroblast, sel epitelial dan sel “Giant Langhans”.
  • Penyembuhan terjadi dengan kalsifikasi.
  • Jaringan nekrotik yang berasal dari degenerasi makrofag menghasilkan nekrosis pengkejuan (“caseastion necrosis”)

DIAGNOSIS
  1. Mantoux Test dengan memakai PPD (purified protein derivate) terutama pada pasien resiko tinggi :
a. Pasien HIV-AID
b. Kontak tertutup dengan kasus aktif tuberkulosis
c. Individu dengan faktor resiko medis yang diketahui sanggup meningkatkan resiko penyakit jika terinfeksi.
d. Individu yang lahir ditempat dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi
e. Individu dengan pelayanan kesehatan minimal dan populasi sosial ekonomi rendah
f. Alkoholik dan kaum penyalahguna obat
g. Penghuni forum pemasyarakatan, rumah sakit jiwa dan perawatan manula.
  1. Pemeriksaan sinar x , dilakukan pada kasus :
a. Penderita tuberkulin positif yang sebelumnya diketahui negatif
b. Penderita tuberkulin positif dimana ewaktu konversinya tak diketahui dengan terang
c. Pasien dengan riwayat atau investigasi fisik yang sangat sugestif meskipun hasil investigasi test tuberkulinnya negatif



TUBERKUKOSIS dan KEHAMILAN

  • Kehamilan tak bekerjasama dengan menjadi semakin beratnya atau semakin ringannya tuberkulosis
  • Kehamilan tidak merubah tanda-tanda yang ada
  • Kehamilan tidak meningkatkan resiko tertularnya tuberkulosis
  • Tuberkulosis pada janin sangat jarang
Penularan pada janin
  • Penyebaran hematogenik dari plasenta melalui vena umbilikalis
  • Aspirasi cairan amnion yang tercemar ketika persalinan
  • Perubahan patologi pada janin terutama dalam hepar, penyebaran lain yang mungkin terjadi : SSP, GIT , kelenjar limfe , adrenal , kulit dan ginjal.
Syarat untuk menegakkan adanya diagnose tuberkulosis kongenital:
  • Lesi muncul pada ahad pertama
  • Gejala primer pada hepar atau granuloma kaseosa
  • Tercatat adanya bisul primer pada plasenta atau endometrium
  • Singkirkan kemungkinan bisul periode neonatal lain
Mortalitas perinatal pada tuberkulosis kongenital 40%
Anak seorang ibu penderita TBC tak perlu dipisah jika ibunya memperoleh terapi adekwat. Lakukan tes tubekulin pada bayi usia 3 bulan.
Dengan kemoterapi, bisul tuberkulosis tidak menghipnotis outcome perinatal kecuali jika terjadi tuberkulosis kongenital
TERAPI
Terdapat 3 jenis obat yang sering dipakai pada TBC selama kehamilan :
  1. Isoniazide (INH)
  2. Rifampicin (RIF)
  3. Ethambutol (ETH)
Treatment of Active Tuberculosis
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen selama kehamilan terjadi sejumlah perubahan a PENYAKIT RESPIRASI
RESIKO MEDIS
  1. INH sanggup menjadikan hepatitis dengan resiko 20/1000 dan resiko ajal 0.001%
  2. INH menjadikan neuropatia perifer melalui kompetisi dengan pyridoxin
  3. RIF juga meningkatkan resiko hepatitis
    1. Efek samping yang sangat jarang pada janinn a.l hidrops
    2. Teratogenesitias RIF belum terbukti
  4. Efek samping ETH : neuritis optika sehingga menciptakan pandangan kabur dan buta warna
  5. Streptomycin : menjadikan cacat janin dari gangguan vestibular hingga tuli bilateral

TUBERKULOSIS dan HIV

1. Penderita HIV sanggup menderita tuberkulosis aktif
a. Progresivitas tuberkulosis yang gres terjadi berlangsung lebih cepat
b. Reaktivasi bisul laten
c. Re bisul sesudah terapi yang adekwat sebelumnya
2. Penegakan diagnosis sulit dilakukan oleh lantaran adanya anergi
3. Indikasi terapi pecegahan :
a. Indurasi > 5 mm
b. Anergi dan pada kelompok resiko tinggi
Sumber Bacaan :
  1. American College of Obstetricians and Gynecologist : Influenza vaccination and treatment during pregnancy. Committee Opinion No.305, 2004
  2. Bogaert D, De Groot R, Hermans PW: Streptococcus pneumoniae colonization : The key to pneumococcal disease. Lancet Infect Dis 4:144, 2004
  3. Bothamley G : Drug treatment for tuberculosis during pregnancy:safety consideration. Dru Saf 24:553, 2001
  4. Centers for Disease Control and Prevention : Influenza antiviral medication : 2004-05 interm chemoprophylaxis and treatment guidelins, 2004b http://www.cdc.gov/flu/professionals/treatment ; accesed on 23rd February 2010
  5. Centers for Disease Control and Prevention : Prevention and Control of influenza Recommendation of Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR 32:8, 2003b
  6. Centers for Disease Control and Prevention; guidelin for using QuantilFERON ® TB test for diagnosing latent mycobacterium tuberculosis infection. MMWR 52 (RR-2):15,2003
  7. Centers for Disease Control and Prevention : Treament of Tuberculosis. American Thoracic Society , CDC and Infection Disease Society of America MMWR 32:8,2003b
  8. Cunningham FG et al : Pulmonary Disorder in “ Williams Obstetrics” , 22nd ed, McGraw-Hill, 2005
  9. DeCherney AH. Nathan L : Cardiac, Hematologic, Pulmonary, Renal & Urinary Tract Disorder in Pregnancy in Current Obstetrics and Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003
  10. Gazmararian JA, et al : Hospitalization during pregnancy among managed care enrolles. Obstet Gynecol 100:94,2002
  11. Kwon HL, Belanger K,Bracken MB: Asthma prevalence among pregnant and childbearing-aged women in the US. Estimated from national health surveys. Ann Epidemiol 13:317,2003
  12. Llewelyn-Jones : Cardiovascular, Repiratory and Hematological disorder in pregnancy in Obstetrics and Gynecology 7th ed. Mosby, 1999
  13. Namazy JA, Schatz M : Pregnancy and asthma: Recent developments. Curr Opin Pulm Med 11:56,2003
  14. ^ "Public Health Agency of Canada - Centre for Chronic Disease Prevention and Control Chronic Respiratory Diseases". Retrieved 2008-05-06.
  15. Sheffield J : The effect of active and passive cigarette smoke on pregnant women with asthma . presented at the 25th annual Meeting of the Society for Maternal-Fetal Medicine Reno, Nevada, February 7 – 12, 2005.

Sumber https://reproduksiumj.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Penyakit Respirasi"

Posting Komentar