Perubahan Fisiologis Era Nifas

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280


Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Berbagai Macam Perubahan Fisiologis Masa Nifas Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Masa Nifas
Nifas adalah masa sehabis partus selesai dan berakhir sehabis kira-kira 6 minggu. Dalam masa tersebut niscaya ibu akan mencicipi banyak sekali macam perubahan. Disini akan disebutkan secara detail perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa tersebut. Ada banyak sekali macam perubahan yang dialami seorang ibu pasca persalinan. Termasuk dalam pemulihan menyerupai sebelum hamil. berikut banyak sekali macam perubahan yang normal terjadi. 

1.         Perubahan sistem reproduksi
Salama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali   keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut.
a.    Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus yaitu sebagai berikut:
1)         Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus sehabis pengeluaran plasenta sehingga menciptakan uterus menjadi relatif anemi dan mengakibatkan serat otot atrofi.
2)         Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen dikala pelepasan plasenta.
3)         Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam  otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan lantaran penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4)         Efek Oksitosin – Oksitosin mengakibatkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau daerah implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil menyerupai sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum yaitu sebagai berikut:
Involusi Uteri
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Diameter Uterus
Plasenta lahir
Setinggi pusat
1000 gram
12,5 cm
7 hari (minggu 1)
Pertengahan pusat dan simpisis
500 gram
7,5 cm
14 hari (minggu 2)
Tidak teraba
350 gram
5 cm
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm


b.      Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia yaitu ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan memiliki reaksi basa/alkalis yang menciptakan organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia memiliki kedaluwarsa yang kedaluwarsa (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan lantaran proses involusi. Pengeluaran lokia sanggup dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia sanggup dilihat sebagai berikut:

Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila perempuan postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akhir pembuangan bersatu di vagina cuilan atas dikala perempuan dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar dikala berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
c.          Vagina  dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami pementingan serta peregangan, sehabis beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada ahad ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berkembang menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi perempuan multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan dikala sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada dikala perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir sanggup terjadi secara impulsif ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum sanggup mengembalikan tonus tersebut dan sanggup mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini sanggup dilakukan pada selesai puerperium dengan latihan harian.

2.      Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang sanggup mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain :
1.      Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diharapkan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun sehabis melahirkan, asupan kuliner juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
2.   Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat sehabis bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia sanggup memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3    .PengosonganUsus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara semoga ibu sanggup buang air besar kembali teratur, antara lain:
1.      Pemberian diet / kuliner yang mengandung serat.
2.      Pemberian cairan yang cukup.
3.      Pengetahuan ihwal teladan eliminasi pasca melahirkan.
4.      Pengetahuan ihwal perawatan luka jalan lahir.
Bila perjuangan di atas tidak berhasil sanggup dilakukan proteksi huknah atau obat yang lain

3.      Perubahan  Sistem Musculoskeletal
             Otot-otot uterus berkontraksi segera sehabis partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan sehabis placenta dilahirkan.
            Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi lantaran ligamentum retundum menjadi kendor. Tidak jarang pula perempuan mengeluh “kandungannya turun” sehabis melahirkan lantaran ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilitasi secara tepat terjadi pada 6-8 minngu sehabis persalinan.
            Sebagai akhir putusnya serat-serat plastic kulit dan distensi yang belangsung usang akhir besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, di anjurkan untuk melaksanakan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah sanggup fisioterapi.

4.       Perubahan Tanda-tanda Vital
a.    Suhu
Suhu tubuh perempuan inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius. Sesudah partus sanggup naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu tubuh akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi nanah pada klien.(Siti saleha,2009)
b.   Nadi
Denyut nadi normal pada orang cukup umur 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi sanggup menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan nanah atau perdarahan post partum.
c.    Tekanan Darah
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal insan yaitu sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan sanggup diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
d.   Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang cukup umur yaitu 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu bekerjasama dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada terusan nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada gejala syok.

6.     Perubahan Sistem kardiovaskuler
   Selama kehamilan, volume darah normal dipakai untuk menampung pedoman darah yang meningkat, yang diharapkan oleh placenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali esterogen mengakibatkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama sehabis kelahiran bayi. Selam masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang menempel dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bahu-membahu dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (Haematokrit).
         Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan mengakibatkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini sanggup diatasi dengan prosedur kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali menyerupai sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-5 hari post partum.

7.     Perubahan  Sistem Hematologi
     Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis yaitu meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap sanggup naik lagi hingga 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jikalau perempuan tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari perempuan tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada dikala memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 ahad post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, ahad pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

8.     Perubahan Sistem Endokrin

a.       Hormon placenta
Hormon placenta menurun dengan cepat sehabis persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap hingga 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
b.      Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada perempuan yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler ( ahad ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c.       Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang perempuan mendapat menstruasi juga di pengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi lantaran rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
d.      Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat sanggup mensugesti kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. (Saleha:2009 53-61)



REFERENSI
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Perubahan Fisiologis Era Nifas"

Posting Komentar