ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
BATASAN : Peristiwa keguguran (abortus) dua atau lebih secara berturutanPREVALENSI: 1% dari semua perempuan pada usia reproduktif.
EVALUASI DIAGNOSTIK :
- Anamnesis: Harus dilakukan pengkajian atas pola, trimester dan karakteristik insiden abortus sebelumnya. Paparan atas toksin lingkungan dan obat-obatan, jerawat ginekologi atau obstetrik yang pernah terjadi.
- Pemeriksaan Fisik: Dapat mengungkapkan adanya bukti penyakit sistemik ibu atau kelainan pada kanal reproduksi
- Pemeriksaan Laboratorium:
- Pemeriksaan pencitraan medik: MRI atau HSG
ETIOLOGI :
Sebagian besar pasangan tidak menawarkan adanya alasan yang terang atas insiden abortus berulang yang mereka alami. Beberapa etiologi yang diduga bertanggung jawab atas terjadinya insiden tersebut sering bersifat kontroversial atau mengada-ada.
- IDIOPATIK > 50%
- FAKTOR ANATOMI (10-15%)
- FAKTOR ENDOKRIN (10 – 15%)
- FAKTOR GENETIK (5 – 10%)
- FAKTOR IMUNOLOGI (5 – 10%)
- FAKTOR INFEKSI (5%)
Konseling yang bersifat informatif atau suportif berperan penting mengingat 60 – 70% dari ibu dengan setidaknya satu persalinan hidup sebelumnya akan mengalami satu kehamilan yang sukses setelahnya.
FAKTOR ANATOMI – 10 – 15%
- Kelainan uterus paling sering dikaitkan dengan insiden abortus pada trimester kedua. Malformasi kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi ductus Müllerii dan lesi yang “acquired” mempunyai imbas yang sifatnya masih kontroversial. Pembedahan pada beberapa kasus sanggup menawarkan hasil yang positif.
Uterine anomalies : A. Uterus duplex unicollis. B. Uterus duplex with double vagina. C. Uterus didelphys. D. Uterus septus with single vagina. E. Uterus subseptus. F. Uterus arcuatus. G. Uterus unicornis with rudimentary contralateral hemiuterus.
- Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus menunjukkan hasil yang positif.
FAKTOR ENDOKRIN – 10-15%
- Defek fase luteal : diisebabkan oleh sekresi progesteron dari corpus luteum yang tidak memadai , dan menjadikan endomentrium belum siap untuk mendapatkan implantasi dan atau ketidak mampuan untuk mempertahankan kehamilan ada. Pada kasus ini ini sering diberikan progesteron namun dengan laba yang sangat spekulatif.
- Kelainan metabolisme : Hipotiroid – Diabetes Melitus – PCOS
- Abnormalitas kromosom orang tua
- Aneuploidi embrionik berulang
- Sindroma Antibodi Fosfolipid: yaitu gangguan imunologi yang ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang melawan fosfolipd membran dan setidaknya menunjukkan satu sindroma klinik spesifik (abortus berulang, trombosis yang penyebabnya tak terang dan ajal janin). Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu investigasi serologis untuk konfirmasi diagnosis (antikoagulansia lupus, antibodi kardiolipin). pengobatan pilihan yaitu aspirin + heparin (atau prednison dalam beberapa kasus ternetu)
- Alloimunitas (perbedaan imunologi antara individu) telah diajukan sebagai faktor antara pasangan subur yang menjadikan abortus berulang yang tdai sanggup dijelaskan dengan alasan lain. Selama kehamilan normal, sistem imunologi ibu dianggap sanggup mengenali suatu antigen janin semialogenetik (50% bersifat “non-self” dan lalu menghasilkan faktor “pemblokade” untuk melindungi janin. Kegagalan untuk memproduksi faktor “pemblokade” ini sanggup berperan penting, namun tak ada bukti ilmiah eksklusif yang mendukung teori ini dan tidak terdapat cara investigasi diagnostikum spesifik. Imunoterapi telah dipakai dalam upaya untuk meningkatkan toleransi imunologis terhadap antigen paternal.
- Lysteria Monocytogenes, Mycoplasma Hominis, Ureaplasma Urealyticum, Toxoplasma Gondii dan Virus (herpes simplex, cytomegalovirus, rubella) memiliki kekerabatan yang ber variasi dengan semua jenis abortus spontan, tetapi tak satupun yang menandakan adanya kekerabatan dengan abortus berulang. Diagnosa sanggup ditegakkan dengan memakai kultur servik, titer virus atau antibodi serum. terapi antibiotika trerarah mungkin bermanfaat jikalau distributor penyebabnya sanggup di identifikasi. Meskipun demikian, pengobatan empiris dengan diksisiklin atau eritromisin dari segi biaya lebih efisien
- Toksin
- Merokok
- Alkohol
- Kopi
- Obat-obat : antagonis asam folat, asam valproat, warfarin, gas anastesi, tetrakloroetilen dan isotretinoin (?)
Pasangan dengan abortus berulang sering merasa gelisah dan hampir mencapai tahap putus asa. Untungnya, kemungkinan bagi mereka untuk mendapatkan kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup tetap tinggi.
Keberhasilan terutama tergantung pada usia ibu dan jumlah keguguran sebelumnya. Sumber https://reproduksiumj.blogspot.com/
0 Response to "Abortus Habitualis"
Posting Komentar