Makalah Penilaian Pendidikan Non Tes

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280




BAB I
PENDAHULUAN


            A.    Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu pengamatan pribadi terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Hasil berguru dan proses berguru tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif,
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas lantaran acara tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi  penilaian hasil berguru siswa, acara pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses penilaian tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam banyak sekali bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan penilaian pendidikan alasannya yaitu masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, membuatkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono,2009). Pada penilaian penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya dipakai untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes dipakai untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan wacana resume pengertian, bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa pola dalam pelaksanaan teknik non tes.
Teknik non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diharapkan juga banyak dan juga persiapan yang lebih daripada penilaian memakai tes. Namun kepentingan yang ada membuta teknik penilaian non tes ini juga penting
           B.     Tujuan Makalah

1.      Untuk mengetahui pengertian teknik penilaian non tes.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis penilaian non tes.

           C.    Manfaat Makalah

1.      Untuk memperlihatkan pengetahuan wacana pengertian teknik penilaian non tes.
2.      Untuk memperlihatkan pengetahuan wacana jenis-jenis penilaian non tes.







BAB II
PEMBAHASAN

            A.    Pengertian
Teknik penilaian non tes bila dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes sanggup kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa memakai tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji akseptor didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil berguru yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang bekerjasama dengan apa yang sanggup dibentuk atau dikerjakan oleh akseptor didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini bekerjasama dengan penampilan yang sanggup diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak sanggup diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)

           B.     Jenis-jenis teknik non tes
Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi:

1.      Pengamatan (observation)
Menurut Sudijono (2009) observasi yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan  (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan target pengamatan.
a.       Tujuan utama observasi antara lain :
1)      Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa insiden maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
2)      Mengukur sikap kelas (baik sikap guru maupun akseptor didik), interaksi antara akseptor didik dan guru, dan faktor-faktor yang sanggup diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)
3)      Menilai tingkah laris individu atau proses yang tejadi dalam situasi bahwasanya maupun situasi yang sengaja dibuat.

Dalam penilaian pembelajaran, observasi sanggup dipakai untuk menilai proses dan hasil berguru akseptor didik pada waktu berguru belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga sanggup dipakai untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, relasi sosial sesama, relasi sosial sesama akseptor  didik, relasi guru dengan akseptor didik, dan sikap sosial lainnya
b.      Karakteristik Observasi
1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
3) Terdapat banyak sekali aspek yang akan diobservasi.
4) Mudah penggunaannya.
c.       Pembagian Observasi
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi sanggup dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1)         Observasi berstruktur, yaitu semua acara guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan terang dan tegas.
2)         Observasi tak berstruktur, yaitu semua acara guru sebagai obeserver tidak     dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi sanggup ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1)   Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara pribadi terhadap objek yang diselidiki.
2)   Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3)  Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bab atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
d.      kelebihan Dan Kekurangan Observasi
Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:
Kelebihan
1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati banyak sekali macam fenomena.
2)      Observasi cocok untuk mengamati sikap akseptor didik maupun guru yang sedang melaksanakan suatu kegiatan.
3)      Banyak hal yang tidak sanggup diukur dengan tes, tetapi lebih sempurna dengan observasi.
4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.
Kekurangan
1)      Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2)      Biasanya persoalan pribadi sulit diamati.
3)      Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
e.       Pedoman penyusunan observasi
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi berdasarkan Arifin (2009) yaitu sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses berguru akseptor didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi pada dikala acara berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
                             Berikut ini pola format observasi

Nama Sekolah     : ………………
Mata Pelajaran     : ………………
Bahan Kajian       : ………………

Nama Guru  : …………..
Hari/tanggal : ……………
Pukul    : …………………


A.          Tujuan
         Tujuan penggunaan instrument ini yaitu untuk mengukut kemampuan guru mengelola pembelajaran askeb I (kehamilan) di kelas dengan model konstad
B.           Petunjuk
1)         Objek penilaian yaitu kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas
2)         Bapak/ibu sanggup memperlihatkan penilaian, dengan cara member tanda cek (√) pada lajur yang tersedia
3)         Makna angka penilaian yaitu 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup baik); 4 (baik)
No
Aspek yang diamati/penilaian
Skala Penilaian
1
2
3
4
I.
Fase Persiapan Mental





a.       Menyampaikan secara verbal hasil berguru dan indikator ketercapaian hasil berguru dan bila perlu member penjelasan





b.      Memotivasi mahasiswa dengan cara member informasi wacana pentingnya mengenal manfaat materi kajian untuk memecahkan persoalan dalam mata pelajaran lainnya maupun kehidupan sehari-hari





c.       Memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu dipahami mahasiswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktifkan dan bagaimana mahasiswa sanggup memakai pemahaman itu untuk mencapai hasil belajar




II.
Fase Advance Organizer





a.       Mengaktifkan pengetahuan prasyarat mahasiswa dengan cara :





1.      Mempersilahkan mahasiswa membaca bab tertentu buku mahasiswa





2.      Melakukan komunikasi interaktif dengan mahasiswa. Materi inti dalam komunikasi interaktif ini termuat dalam lembar Advance Organizer (LAO)





b.      Mengaktifkan pola berpikir mahasiswa biar lebih terfokus pada bagaimana mengonstruksikan pengetahuan baru.




III.
Fase Konstruksi Pengetahuan Baru





a.       Penyampaian persoalan dalam wujud tertulis kepada mahasiswa dengan cara :





1.      Menyerahkan Lomba Kompetensi Siswa dan memberi penjelasan wacana bekerja dengan Lomba Kompetensi Siswa tersebut





2.      Mempersilahkan mahasiswa membuka buku mahasiswa pada bab tertentu





b.      Memberi kesempatan pada mahasiswa utnuk menilik persoalan dengan cara mempersilahkan mahasiswa membaca Lomba Kompetensi Siswa yang sudah diberikan. Dosen memantau mahasiswa yang sedang menilik masalah





c.       Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memecahkan persoalan dengan mengisi LKS, selanjutnya dosen berkeliling kelas memantau aktifitas mahasiswa dan bila perlu member masukan kepada mahasiswa secara individu. Dalam hal ini dosen tidak memperlihatkan balasan kepada mahasiswa tetapi dosen mengiuti balasan mahasiswa.





d.      Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melaksanakan penjelasan pandangan gres dengan cara:





1.      Mempersilahkan mahasiswa duduk dengan deretan kelompok





2.      Mempersilahkan mahasiswa berdisukusi dalan kelompoknya wacana hasil yang dicapai dalam mengisi LKS. Mengikuti diskusi mahasiswa dan member masukan berdasarkan balasan mahasiswa





3.      Mempersilahkan wakil dua kelompok yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil disukusi




IV
Fase Penguatan Kognitif Baru





Menguji gagasan gres yang dikonstruksikan mahasiswa dengan cara :





a.       Memersilahkan mahasiswa mengerjakan soal tantangan yang sudah ditentukan dalam RP dan memantau pekerjaan mahasiswa





b.      Membahas bersama mahasiswa soal yang tidak sanggup dipecahkan oleh kebayakan mahasiswa





c.       Melakukan penarikan kesimpulan menyeluruh wacana pelajaran pada tatap muka ini




V
Pengelolaan Waktu




VI
Pengamatan suasana kelas :





a.       Siswa antusias





b.      Guru antusias






……………….,…………………………
                                                          Pengamat/ Penilai  


                                                              …………………………………..  

2.      Wawancara (interview)
a.       Pengertian
Menurut Sudijono (2009) wawancara yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melaksanakan Tanya jawab verbal secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan berdasarkan Bahri (2008) Wawancara yaitu komunikasi pribadi antara yang mewancarai dan yang diwancarai.
Dari pengertian tersebut kita sanggup simpulkan bahwa wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan obrolan (Tanya jawab) secara lisan, baik pribadi maupun tidak pribadi (menggunakan alat komunikasi).
b.      Pembagian wawancara
Ada dua jenis wawancara yang sanggup dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:


1)      Wawancara terpimpin (guided interview)
Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal menentukan balasan yang sudah disediakan.
2)      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibentuk oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada akseptor didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada dikala menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila balasan mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat insan itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
c.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator  dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan sanggup ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melaksanakan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak sanggup meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada dikala menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
d.      Tujuan wawancara
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1) Untuk memperoleh informasi secara pribadi guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3) Untuk memperoleh data biar sanggup mensugesti situasi atau orang tertentu.
e.       Kelebihan Dan Kekurangan
Berbeda dengan observasi, wawancara mempunyai kelebihan antara lain ;
1)      dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada dikala itu
2)      mengetahui sikap nonverbal, contohnya rasa suka, tidak suka atau sikap lainnya pada dikala pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
3)      Pertanyaan sanggup diajukan secara berurutan sehingga sumber sanggup memahami maksud penelitian secara baik, sehingga sanggup menjawab pertanyaan dengan baik pula
4)      Jawaban tidak dibentuk oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
5)      Melalui wawancara, sanggup ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Namun, wawancara juga mempunyai kelemahan antara lain :
1)      memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
2)      dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.
Contoh pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada dikala wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan :
1)      Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik instruksi dari dosen atau petunjuk dari dalam LKS?
…………………………………………………………………………….
2)      Pada dikala mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada dosen?
……………………………………………………………………………
3)      Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan mahasiswa biar sanggup memahami materi pelajaran?
……………………………………………………………………………
4)      Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau rujukan yang bekerjasama dengan materi yang sedang dibahas?
……………………………………………………………………………
5)      Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari dosen?
……………………………………………………………………………
6)      Apakah materi pelajaran dirasakan mahasiswa tidak ada keuntungannya dalam kehidupannya kelak?
……………………………………………………………………………
7)       Apakah mahasiswa di luar jam ataupun di rumah berusaha berguru dengan teman yang lain?
……………………………………………………………………………
8)      Apakah berdasarkan mahasiswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) aman untuk belajar?
……………………………………………………………………………
9)      Apakah orang bau tanah mahasiswa di rumah menyuruh untuk belajar?
……………………………………………………………………………
10)  Apakah mahasiswa mempunyai cita-cita untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya?
……………………………………………………………………………

3.      Kuesioner
a.       Pengertian
Pada dasarnya, angket yaitu sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama yaitu untuk memperoleh data mengenai latar belakang akseptor didik sebagai salah satu materi dalam menganalisis tingkah laris dan proses berguru mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner yaitu suatu rangkaian pertanyaan yang bekerjasama dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapat data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap berguru dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil berguru pada ranah afektif. Angket sanggup disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.

b.      Tujuan kuesioner/ angket
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket yaitu :
1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa wacana pembelajaran matematika.
2) Membimbing siswa untuk berguru efektif hingga tingkat penguasaan tertentu.
3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.
c.       Jenis kuesioner
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
1.       Kuesioner dari segi isi sanggup dibedakan atas 4 bab yaitu:
1)      Pertanyaan fakta yaitu pertanyaan yang menanyakan wacana fakta antara lain menyerupai jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2)      Pertanyaan sikap yaitu apabila guru menginginkan tingkah laris seseorang siswa dalam acara di sekolah atau dalam proses berguru mengajar.
3)      Pertanyaan informasi yaitu apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan banyak sekali informasi atau memakai fakta.
4)      Pertanyaan pendapat dan sikap yaitu kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang bekerjasama dengan objek yang dinilai.
2.      Kuesioner dari jenisnya sanggup dibedakan atas 3 yaitu :
1)      Tertutup, kuesioner yang alternative balasan sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya menentukan diantara alternative yang telah disediakan.
2)      Terbuka, kuesioner ini memperlihatkan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya wacana sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative balasan tidak disediakan. Mereka membuat sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
3)      Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan campuran dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative,  diberi  juga  kesempatan  keoada  siswa/mahasiswa  untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
3.    Kuesioner dari segi yang menjawab sanggup dibedakan atas 2, yaitu :
1)   Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang pribadi dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya.
2)   Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya).
d.      Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi,  diantaranya yaitu:
1) Dengan angket kita sanggup memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2) Setiap anak sanggup memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3) Dengan angket anak efek subjektif dari guru sanggup dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket yaitu terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang terang maka sulit untuk diterangkan kembali
2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak sanggup dikumpulkan semua, alasannya yaitu banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memperlihatkan kembali angketnya.

4.      Riwayat Hidup
Ini yaitu salah satu tehnik non tes dengan memakai data pribadi seseorang sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek penilaian akan sanggup menarik suatu kesimpulan wacana kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan berguru akseptor didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga sanggup dilengkapi atau diperkaya dengan cara melaksanakan investigasi terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), menyerupai kapan kapan dan dimana akseptor didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi wacana orang bau tanah akseptor didik, dokumen yang memuat wacana orang bau tanah akseptor didik, dokumen yang memuat wacana lingkungan non-sosial, menyerupai kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).
Beberapa informasi, baik mengenai akseptor didik, orang bau tanah dan lingkungannya itu bukan mustahil pada saat-saat tertentu sangat diharapkan sebagai materi pemanis bagi pendidik dalam melaksanakan penilaian hasil berguru terhadap peserta
5.      Studi kasus
a.          Pengertian
Studi kasus yaitu mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya akseptor didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
1)      Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2)      Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3)      Bagaimana efek tingkah laris seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering dipakai dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif wacana akseptor didik sebagai suatu dasar untuk melaksanakan diagnosis dan mengartikan tingkah laris akseptor didik tersebut. Dalam melaksanakan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari banyak sekali sumber dengan memakai banyak sekali teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang dipakai adalah  depth-interview  , yaitu melaksanakan wawancara secara mendalam, jenis data yang diharapkan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
b.      Kelebihan dan kekurangan
Seperti halnya alat penilaian yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu sanggup mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya sanggup diketahui  selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya yaitu hasil studi kasus tidak sanggup digeneralisasikan






BAB III
PENUTUP

                A.          Kesimpulan

Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan penilaian dalam dunia  pendidikan kita tidak hanya semata sanggup memakai instrument tes. Namun, kita bisa memakai instrument tes dalam acara pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka penilaian hasil belajar, lebihlebih penilaian yang bekerjasama dengan kondisi kejiwaan akseptor didik, menyerupai presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, talenta dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu mustahil dievaluasi dengan memakai tes sebagai alat pengikutnya.Bentuk-bentuk instrumren penilaian non-tes  menyerupai wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan investigasi dokumen  (documentary

           B.     Saran
Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa penilaian non tes juga sangat penting     disamping penilaian tes. Karena sanggup dinilai sikap, afektif dan psikomotorik dari mahasiswa sehingga sanggup dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.






DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009),  Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,  Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-Publikasi.
Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta,
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara 
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1
Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis  Bagi
Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar


Evaluasi merupakan suatu pengamatan pribadi terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah l Makalah Evaluasi Pendidikan NON TES
evaluasi


Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Makalah Penilaian Pendidikan Non Tes"

Posting Komentar