Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (Tps)

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)


Strategi think –pair share (TPS) atau berpikir berpasangan banyak sekali yakni merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk menghipnotis pola interaksi siswa.
A.    Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian mencar ilmu kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk menciptakan variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan perkiraan bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan mekanisme yang dipakai dalam think pair share sanggup memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru menentukan memakai think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.


B.     Langkah-langkah
Langkah 1 : Berpikir ( thinking )
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau persoalan yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa memakai waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri balasan atau masalah.

Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan sanggup menyatukan balasan jikalau suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu persoalan khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

 Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk membuatkan dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan hingga sekitar sebagian pasangan menerima kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).


Model Pembelajaran Think Pair and Share memakai metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga mencar ilmu menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran

Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share yakni sebagai berikut :
1.  Guru memberikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2.  Siswa diminta untuk berfikir wacana materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3.  Siswa diminta berpasangan dengan sahabat sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4.  Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
    dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

C.    Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
1.      Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
2.      Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk kiprah sederhana.
3.      Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
4.      Interaksi lebih mudah.
5.       Lebih gampang dan cepat membentuk kelompoknya.
6.      Seorang siswa juga sanggup mencar ilmu dari siswa lain serta saling memberikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7.      Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
8.      Siswa sanggup mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
9.      Siswa secara eksklusif sanggup memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, menciptakan kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
10.  Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan lantaran secara tidak eksklusif memperoleh rujukan pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11.  Siswa akan terlatih menerapkan konsep lantaran bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan janji dalam memecahkan masalah.
12.  Siswa lebih aktif dalam pembelajaran lantaran menuntaskan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13.  Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga inspirasi yang ada menyebar.
14.  Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
15.  Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa memakai waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga dibutuhkan siswa bisa memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16.  Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan biar siswa sanggup selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan kiprah dan hal ini akan menghipnotis hasil mencar ilmu mereka.
17.  Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS dibutuhkan sanggup memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil mencar ilmu siswa sanggup lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
18.  Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas lantaran proses mencar ilmu di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses mencar ilmu mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
19.  Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam mendapatkan materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini sanggup diminimalisir lantaran semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20.  Hasil mencar ilmu lebih mendalam. Parameter dalam PBM yakni hasil mencar ilmu yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil mencar ilmu siswa sanggup diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada tamat pembelajaran hasil yang diperoleh siswa sanggup lebih optimal.
21.  Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk sanggup bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk sanggup mencar ilmu berempati, mendapatkan pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jikalau pendapatnya tidak diterima.

D.    Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
1.      Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari banyak sekali aktivitas.
2.      Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3.      Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil sanggup menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus sanggup menciptakan perencanaan yang seksama sehingga sanggup meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
4.      Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
5.      Lebih sedikit inspirasi yang muncul.
6.      Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
7.      Menggantungkan pada pasangan.
8.      Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada dikala pembentukan kelompok, lantaran ada satu siswa tidak memiliki pasangan.
9.      Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
10.  Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
11.  Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melaksanakan intervensi secara maksimal.
12.  Menyusun materi didik setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak
13.  Mengubah kebiasaan siswa mencar ilmu dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan mencar ilmu berfikir memecahkan persoalan secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
14.  Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
15.  Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
16.  Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa lantaran siswa gres tahu metode TPS.

Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (Tps)"

Posting Komentar