Model Pembelajaran Role Playing

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Model Pembelajaran Role Playing


A. Metode Role Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. 
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini dipakai apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menandakan suatu kejadian yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan menurut pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, alasannya yakni akan lebih terperinci dan sanggup dihayati oleh anak; (b) melatih bawah umur semoga mereka bisa menuntaskan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih bawah umur semoga mereka sanggup bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.


C. langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas tugas yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.

D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing

Bermain tugas pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia konkret ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai materi refleksi semoga penerima memperlihatkan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing tugas tersebut, dan kemudian memperlihatkan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap persoalan yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melaksanakan permainan peran
.
Role playing yakni homogen permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, hukum dan sekaligus melibatkan unsur bahagia (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun ketika itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan memakai bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk kegiatan dimana pembelajar membayangkan dirinya seakan-akan berada di luar kelas dan memainkan tugas orang lain (Basri Syamsu, 2000).

Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melaksanakan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jikalau mereka diberi kesempatan memainkan tugas dalam bermusyawarah, melaksanakan pemungutan bunyi terbanyak dan bersikap mau mendapatkan kekalahan sehingga dengan melaksanakan aneka macam kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih gampang menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, alasannya yakni tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran mustahil terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian homogen yang telah dilakukan, manfaat yang sanggup diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing sanggup memperlihatkan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar memakai ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing sanggup memperlihatkan kepada murid kesenangan alasannya yakni role playing intinya yakni permainan. Dengan bermain murid akan merasa bahagia alasannya yakni bermain yakni dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing


Kelebihan Metode Role Playing

Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga sanggup berguru memakai bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:

1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan inovasi yang gampang dan sanggup dipakai dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3) Guru sanggup mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melaksanakan permainan.
4) Dapat berkesan dengan besar lengan berkuasa dan tahan usang dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati kejadian yang berlangsung dengan mudah, dan sanggup memetik butir-butir nasihat yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan sanggup meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan sanggup menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja

Kelemahan Metode Role Playing

Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh insan tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan berguru dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.

Kelemahan metode role palying antara lain:

1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai bintang film merasa aib untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain bintang film mengalami kegagalan, bukan saja sanggup memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran sanggup disajikan melalui metode ini 

Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Model Pembelajaran Role Playing"

Posting Komentar