Metabolisme Prootein

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes



METABOLISME PROTEIN


2.1.3   Metabolisme Protein
1. Transport dan penyerapan asam amino
Asam amino dari protein yang ada dalam masakan akan diabsorbsi dari usus melalui transport aktif dan dibawa ke hati. Di hati, asam amino disintesis menjadi molekul protein atau dilepas kedalam sirkulasi untuk ditransport menuju sel lain.
2.   Setelah memasuki sel badan asam amino bergabung dengan ikatan   peptida untuk membentuk protein selular yang digunakan untuk pertumbuhan dan regenerasi jaringan.
3.   Hanya ada sedikit simpanan asam amino dalam sel badan kecuali sel    hati. Protein intraselular badan sendiri terus terhidrolisis menjadi asam amino dan disintesis ulang menjadi protein. Asam amino dari masakan dan asam amino dari penguraian protein intraselular membentuk kelompok asam amino utama yang akan memenuhi kebutuhan badan (Sloane 2003, h. 308).
2.1.4  Pengatur metabolisme protein
       Pengaturan metabolisme protein sama menyerupai metabolisme karbohidrat dan lemak yang terutama dilakukan oleh hormon.
1.   Hormon pertumbuhan merangsang transport aktif asam amino ke dalam sel terutama sel otot dan merangsang sintesis protein.
2.   Testosteron ialah hormon pada pria yang bermanfaat untuk menstimulasi sintesis protein dan meningkatkan simpanan protein dalam jaringan. Estrogen ialah hormon pada wanita yang juga bermanfaat untuk menstimulasi sintesis protein pada derajat yang lebih kecil.
3. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme semua sel dan penting untuk sintesis protein dan pertumbuhan.
4. Glukokortikoid menstimulasi katabolisme protein dalam sel dan meningkatkan penggunaan asam amino oleh hati dalam glukoneogenesis.
5. Insulin meningkatkan pemasukan asam amino ke dalam sel dan menstimulasi sintesis protein (Sloane 2003, h. 309).
2.1.5  Katabolisme Protein
       Penguraian asam amino menjadi energi berlangsung di hati. Kelebihan  asam amino diguanakan sebagai energi atau disimpan sebagai lemak.
1.      Deaminasi merupakan proses asam amino yang merupakan langkah pertama, melibatkan pelepasan satu hidrogen atau satu gugus amino sehingga membentuk amonia ().
2.      Pembentukan urea oleh hati. Amonia diubah menjadi urea melalui siklus urea oleh hati. Urea diekskresi oleh ginjal ke dalam urine.
3.      Oksidasi asam amino terdeaminasi. Bagian asam amino non nitrogen yang tersisa tersebut produk asam keto yang teroksidasi menjadi energi melalui siklus asam sitrat. Beberapa jenis asam keto sanggup diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) atau lemak (lipogenesis).
4.      Karbohidrat dan lemak ialah “cadanfan protein” dan digunakan badan sebagai pengganti protein untuk energi. Pada ketika kelaparan badan memakai karbohidrat dan lemak baru, kemudian memulai mengkatabolisme protein (Sloane 2003, h. 308).  
2.1.6   Anabolisme Protein 
1.      Sintesis protein dari asam amino berlangsung disebagian besar sel tubuh. Asam amino bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian tertentu yang ditentukan menurut pengaturan gen.
2.      Transaminasi yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam amino non essensial melalui pengubahan jenis asam amino menjadi jenis lainnya. Proses ini melibatkan pemindahan satu gugus amino ( dari sebuah asam amino menjadi satu asam keto sehingga terbentuk satu asam amino dan satu asam keto yang baru.
3.      Asam amino essensial dan non essensial. Ada 9 asam amino (fenilalanin, valin,triptofan, treonin, lisin, leusin, isoleusin, metionin dan histadin) yang merupakan asam amino essensial. Asam amino tersebut tidak sanggup disintesis oleh sel dan harus didapat dari makanan. 11 asam amino lainnya sanggup disintesis dan disebut asam amino non essensial
a.      Protein hewani mengandung semua asam amino essensial dan disebut protein lengkap
b.      Protein nabati tidak mempunyai beberapa asam amino essensial yang disebut protein tidak lengkap. Protein nabati sanggup dikombinasikan dalam diet untuk memperoleh semua asam amino essensial (Sloane 2003, h. 308).
2.1.7  Fungsi Protein
a.   Pertumbuhan dan pemeliharaan
       Sebelum sel sanggup mensintesis protein gres maka harus tersedia semua asam amino essensial yang dibutuhkan dengan cukup nitrogen atau ikatan amino untuk pembetukan asam amino non essensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanya mungkin terjadi kalau tersedi adonan asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan. Beberapa jenis jaringan badan membutuhkan asam amino tertentu dalam jumlah besar. Asam amino yang mengandung welirang lebih banyak dibutuhkan oleh rambut, kulit dan kuku. Protein kolagen merupakan protein utama otot urat dan jaringan ikat. Fibrin dan miosin ialah protein lain yang terdapat dalam otot.
       Protein badan berada dalam keadaan dinamis yang secara bergantian dipecah dan disitesis kembali. Tiap hari sebanyak 3% jumlah protein total berada dalam keadaan dinamis. Dinding usus yang setiap 4-6 hari harus diganti membutuhkan sintesis 70 gram protein setiap hari. Tubuh sangat efisien dalam memelihara protein yang ada dan memakai kembali asam amino yang diperoleh dari pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang sama atau jaringan lain (Almatsier 2009, h. 96).
b.   Pembetukan ikatan essensial tubuh
       Hormon menyerupai tiroid, insulin dan epinefrin ialah protein, demikian pula dengan banyak sekali enzim. Ikatan enzim bertindak sebagai katalisator atau membantu perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh. Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida ialah ikatan protein. Begitupun materi lain yang berperan dalam penggumpalan darah. Protein lain ialah fotoreseptor pada mata. Asam amino triptofan berfungsi sebagai prekursor vitamin niasin dan pengantar saraf serotonin yang berperan dalam membawa pesan dari sel saraf yang satu ke yang lain. Dalam hal kekurangan protein, badan memprioritaskan pembentukan ikatan badan yang vital ini (Almatsier 2009, h. 96). 
c.   Mengatur keseimbangan air
       Cairan badan terdapat di dalam tiga kompartemen yaitu intraselular (di dalam sel), ekstraselular/interselular (diantara sel), dan intravaskular (di dalam pembuluh darah). Kompartemen ini harus dipisahkan satu sama lain oleh membran sel. Distribusi cairan di dalam kompartemen ini harus dijaga dalam keadaan seimbang atau homeostasis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem komplek yang melibatkan protein dan elektrolit. Penumpukan cairan di dalam jaringan dinamakan edema dan merupakan tanda awal kekurangan protein (Almatsier 2009, h. 96).
d.   Memelihara netralitas badan
       Protein badan bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan basa untuk menjaga pH pada taraf konstan. Sebagian besar jaringan badan berfungsi dalam keadaan pH netral atau sedikit alkali (pH 7,35-7,45) (Almatsier 2009, h. 97).
e.   Pembentuk antibodi
           Kemampuan badan untuk memerangi abses bergantung pada kemampuanya untuk memproduksi antibodi terhadap organisme yang menimbulkan abses tertentu atau terhadap materi absurd yang memasuki tubuh. Tingginya tingkat simpulan hidup pada anak yang menderita kurang gizi kebanyakan disebabkan oleh menurunnya daya tahan terhadap abses lantaran ketidakmampuan membentuk antibodi dalam jumlah yang cukup (Almatsier 2009, h. 97).
       Kemampuan badan untuk melaksanakan detoksifikasi terhadap materi racun dikontrol oleh enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein kemampuan badan untuk menghalangi dampak toksik materi racun ini kurang. Seseorang yang menderita kekurangan protein lebih rentan terhadap materi racun dan obat (Almatsier 2009, h. 97).
f.    Mengangkut zat gizi
            Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat gizi dari akses cerna melalui dinding akses cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel. Sebagian besar materi yang mengangkut zat gizi ini ialah protein. Kekurangan protein menimbulkan gangguan pada absorbsi dan transportasi zat gizi (Almatsier 2009, h. 97).

DAFTAR PUSTAKA


Almatsier., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta.

Baron.D.N., 1990.Kapita Selekta Patologi Klinik. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
.
Dinas Provinsi Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur : Surabaya.

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan fisiologis dan Patologis. Salemba Medika : Jakarta.

Huliana, Mellyna. 2001. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Puspa Swara : Jakarta

Leveno, Kennethn J. 2009. Obstetri Williams, Edisi 21. EGC, Jakarta.

Lintang,  Sari, Letta, 2003. Gambaran Fraksi Protein pada Preeklamsia dan Hamil Normotif di RSUP. H. Adam Malik- RSUD. Dr. Pirngadi Medan, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo. S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo. Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rekanita Cipta :  Jakarta.

Notoatmodjo. Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rekanita Cipta : Jakarta.

Nugroho, Taufan.2011.Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan, cetakan kedua.Nuha Medika : Yogyakarta.

Nurkhanifah, Dian., 2013. “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas Normal pada Ny. R di BPS Ny. E desa Kagok Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal  2013”,Karya Tulis Ilmiah STIkes Bhakti Mandala Husada Slawi : Tegal.

Nursalam., 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian dalam Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

O’Challaghan, Crish A.2009.At a Glance Sistem Ginjal, Edisi Dua.Erlangga : Jakarta.

Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson., 1995. Patofisiologi, buku 2 edisi ke-4. EGC : Jakarta.

Pokja Sanitasi Kabupaten Madiun. 2010. Buku putih Madiun. Madiun

Rusilanti., 2006. Menu Bergizi Ibu Hamil. Kawan Pustaka : Jakarta.

Saifuddin Bari Abdul., 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi pertama cetakan keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Salemba Medika : Jakarta.

Wahab, Samik. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol 3, Edisi 15.  EGC : Jakarta.

Yulaikhah, Lily., 2006. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta



 

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Metabolisme Prootein"

Posting Komentar