Konsep Lansia (Lanjut Usia) Atau Manula (Manusia Usia Lanjut)

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP LANSIA (LANJUT USIA) ATAU MANULA (MANUSIA USIA LANJUT)



Konsep Lansia
2.1.1        Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap simpulan perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan berdasarkan Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 perihal kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut yaitu seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008:32).
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur cita-cita hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa renta yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 perihal kesehatan) (Maryam dkk, 2008:31).
Usia lanjut sanggup dikatakan usia emas lantaran tidak semua orang sanggup mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, biar ia sanggup menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang mempunyai kegunaan dan senang (Maryam dkk, 2008:32).
           Proses Menua
          Menua (menjadi tua) yaitu suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak sanggup bertahan terhadap jerawat dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai semenjak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009:13).
          Menjadi Tua (MENUA) yaitu suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai semenjak permulaan kehidupan. Menjadi renta merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja, cukup umur dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013:6).
          Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 perihal kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun yaitu usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur menimbulkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan ajal (Padila, 2013:6).

  Batasan Lanjut Usia
1.      Batasan umur lansia berdasarkan organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia mencakup :
                       a.          Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 hingga 59 tahun.
                       b.          Lanjut usia (elderly) = antara 60 hingga 74 tahun.
                       c.          Lanjut usia renta (old) = antara 75 hingga 90 tahun.
                      d.          Usia sangat renta (very old) = diatas 90 tahun.
2.      Menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) :
a.         Usia cukup umur muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b.         Usia cukup umur penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
c.         Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
1)      Young old (usia 70-75)
2)      Old (usia 75-80)
3)      Very old (usia >80 tahun)
3.      Menurut Bee (1996) dalam padila (2013), bahwa tahapan masa cukup umur yaitu sebagai berikut :
a.       Masa cukup umur muda (usia 18-25 tahun)
b.      Masa cukup umur awal (usia 26-40 tahun)
c.       Masa cukup umur tengah (usia 41-65 tahun)
d.      Masa cukup umur lanjut (usia 66-75 tahun)
e.       Masa cukup umur sangat lanjut (usia > 75 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia yaitu 60 tahun ke atas, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 perihal Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang tersebut di atas lanjut usia yaitu seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik laki-laki maupun perempuan (Padila, 2013:4).
Teori- teori proses menua
          Sampai ketika ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan perihal proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dalam mencegah proses menua. Adakalanya seseorang belum tergolong renta (masih muda) tetapi telah membuktikan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat, bugar, tubuh tegap, akan tetapi meskipun demikian harus diakui bahwa ada banyak sekali penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat, dimensia senilis, sakit ginjal (Padila, 2013:7).
          Teori-teori perihal penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu sanggup digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial (Padila, 2013:7).
1)     Teori biologis
a)      Teori jam genetik
Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara genetik sudah terprogram bahwa material didalam inti sel dikatakan bagaikan mempunyai jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu mempunyai cita-cita hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang mempunyai rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya bisa membelah sekitar 50 kali, setelah itu akan mengalami deteriorasi.
 b)     Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang diantaranya susunan molekular, usang kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh lantaran sel-sel yang sudah renta dan reaksi kimianya menimbulkan jaringan yang sangat berpengaruh (Padila, 2013:7).
c)      Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menimbulkan kerusakan dan kemunduran secara fisik (Padila, 2013:8).
d)     Teori imunologi
a.       Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu ketika di produksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak sanggup tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah.
b.      System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas (Padila, 2013:8).
e)      Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akhir hilangnya sel-sel yang biasanya dipakai tubuh. Regenerasi jaringan tidak sanggup mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan perjuangan dan stress menimbulkan sel-sel tubuh lelah terpakai (Padila, 2013:8).
f)      Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan perjuangan dan stress menimbulkan sel-sel tubuh lelah (terpakai) (Padila, 2013:8).


2)     Teori psikososial
a.    Teori integritas ego
       Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap pekembangan. Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil simpulan dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan yaitu kebebasan (Padila, 2013:8).
b.    Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia renta bisa jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila, 2013:9).
3)      Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural yaitu sebagai berikut :
a.      Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsuran-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau  menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini menimbulkan interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda mencakup :
1.      Kehilangan peran
2.      Hambatan kontak sosial
3.      Berkurangnya komitmen.


b.      Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia mencicipi kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan (Padila, 2013:9).
4)      Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional yaitu sebagai berikut :
1.      Teori ini menyampaikan perihal konsekuensi fungsional usia lanjut yang behubungan dengan perubahan-perubahan lantaran usia dan faktor resiko bertambah.
2.      Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dengan intervensi menjadi positif (Padila, 2013:9).
Perubahan–perubahan yang terjadi pada lanjut usia
A.    Perubahan-perubahan fisik pada lansia berdasarkan (Maryam, 2008:55)  :
1)      Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2)      Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, 2008:55).

3)      Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus (Maryam, 2008:55).
4)      Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berafiliasi denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menimbulkan kurangnya respon motorik dan reflek.
5)      Muskuluskeletal
Cairan tulang menurun sehingga gampang rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan mengalami sklerosis (Maryam, 2008:56).
6)      Gastrointestinal
Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ suplemen menurun sehingga menimbulkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan (Maryam, 2008:56).
7)      Pendengaran
Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan (Maryam, 2008:56).

8)      Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, penyesuaian terhadap gelap menurun, kemudahan menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
9)      Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan pendengaran menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh hiperbola menyerupai tanduk (Maryam, 2008:57). 


DAFTAR PUSTAKA

Afifka, 2012. Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut. Semarang: FK UNDIP
Andarmoyo, S. 2013. Konsepdan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arundati, D. Dkk. 2013. Pengaruh Senam Taichi dan Senam Biasa Terhadap Reduksi Nyeri Ostheoarthritis Lutut Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Gowa: UNHAS
Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Prevalensi Gout Arthritis. Https://docs.google.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2014
Dinas Kesehatan Jombang, 2013. Profil Dinas Kesehatan Jombang
Dahlan, L. 2009. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah. Surakarta: UNS
Fatkuriyah, L. 2013. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia di Desa Sudimoro Sidoarjo. Surabaya
Junaidi, I. 2013. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Lingga, L. 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka
Maryam, S. Dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Trans Info Media
Maryam, S, Dkk. 2010. Posbindu lansia. Jakarta: CV. Trans Info Media
Maryam, S, Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Millar, L. 2013. Progam Olahraga Arthritis. Klaten: Intan Sejati
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Pamungkas, 2010. Pengaruh Latihan Gerak Kaki Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Ekstrimitas Bawah Pada Lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Kediri: STIKES RS Baptis
Sa’addah, D. 2013. Pengaruh Latihan Fleksi William (Stretching) Terhadap Tingkat Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia di Posyandu Lansia RW 2 Desa Kadungkandang Malang. Tuban: STIKES NU Tuban
Saputra, K. 2013. Pemberian Latihan Peregangan Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Dengan Ischialgia. Denpasar: UNUD
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, W. Dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suroto, 2004. Pengertian Senam, Manfaat Senam Dan Urutan Gerakan. Semarang: UNDIP

 


 
Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Konsep Lansia (Lanjut Usia) Atau Manula (Manusia Usia Lanjut)"

Posting Komentar