Bau Verbal (Halitosis) Dan Cara Penanganannya

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Pengertian Bau Mulut (Halitosis)

Menurut istilah kedokteran Bau Mulut yakni “fetor ex ore”, dalam bahasa Indonesia dan dalam
Menurut istilah kedokteran Bau Mulut yakni  Bau Mulut (Halitosis) dan Cara Penanganannya
bahasa Inggris dikenal sebagai Halitose (Halitus=Bau, osis=Abnormal). Halitosis merupakan suatu keadaan dimana terciumnya amis verbal pada dikala seseorang mengeluarkan nafas (biasanya tercium dikala berbicara). Bau verbal disebabkan dari mulut kering, stress, berpuasa, kuliner yang berbau khas dan metabolisme lainnya.
Beberapa penelitian telah di lakukan untuk mengetahui bakteri-bakteri spesifik penyebab amis verbal tersebut. Di dalam verbal normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam basil dengan banyak sekali tipe. Meskipun penyebab amis verbal belum diketahui dengan jelas, kebanyakan dari amis tersebut berasal dari sisa kuliner di dalam mulut. Masalah akan muncul bila sebagian basil berkembang biak atau bahkan bermutasi secara besar-besaran. Kebanyakan dari basil ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan karang gigi, juga di balik pengecap lantaran tempat tersebut merupakan tempat yang kondusif dari kegiatan verbal sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toxin atau racun, dengan cara menguraikan sisa kuliner dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menimbulkan amis verbal pada dikala bernafas lantaran hasil metabolisme proses anaerob pada dikala penguraian sisa kuliner tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia.
Sadar atau tidak,setiap orang niscaya pernah mengalami problem Halitosis. Bau verbal hampir selalu disebabkan oleh problem pada mulut,akan sangat membantu jikalau kita mengunjungi dokter gigi untuk memastikan penyebab nya kemudian dicari solusinya. Sejumlah orang merasa sangat bermasalah dengan amis mulut,sehingga sanggup ,menyebabkan rasa tidak percaya diri lantas menangani amis verbal sendiri padahal sanggup jadi malah memperburuk keadaan.

Klasifikasi Bau mulut

Klasifikasi Halitosis
Berdasarkan faktor etiologinya, halitosis dibedakan atasa halitosis sejati,(genuine) pseudohalitosis dan halitophobia. Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis dan patologis . Halitosis fisiologis merupakan bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan, sebaliknya halitosis patologis merupakan  halitosis bersifat permanen dan tidak sanggup diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja , tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis.


  1. Genuine Halitosis (halitosis sejati)

Halitosis Fisiologis
Halitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi patologis yang menimbulkan halitosis. Contohnya adalah morning breath, yaitu amis nafas pada waktu berdiri pagi. Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan pengecap serta berkurangnya aliran saliva selama tidur. Bau nafas ini sanggup diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa kuliner di dalam verbal dengan mengunyah, menyikat gigi atau berkumur.

Halitosis Patologis
Hali tosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak sanggup diatasi hanya dengan pemeliharaan oral higiene saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis. Adanya pertumbuhan basil yang dikaitkan dengan kondisi oral higiene yang jelek merupakan penyebab halitosis patologis intraoral yang paling sering dijumpai. Tongue coating, karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama halitosis berkaitan dengan kondisi tersebut.Infeksi kronis pada rongga nasal dan sinus paranasal, infeksi tonsil(tonsilhlith), gangguan pencernaan, tukak lambung juga sanggup menghasilkan gas berbau. Selain itu, penyakit sistemik menyerupai diabetes ketoasidosir, gagal ginjal, dan gangguan hati juga sanggup menimbulkan amis nafas yang khas. Penderita diabetes ketoasidosis mengeluartan nafas berbau aseton. Udara pernafasan pada penderita kerusakan ginjal berbau amonia dan disertai dengan keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita gangguan hati dan kantung empedu menyerupai sirosis hepatis akan tercium amis nafas yang khas, dikenal dengan istilah foetor hepaticus.

2.    Pseudo Halitosis (Halitosis Semu)
Pada kondisi ini, pasien mencicipi dirinya memilki amis nafas yang buruk, namun hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya ataupun tidak sanggup terdeteksi dengan tes ilmiah. Oleh lantaran tidak ada problem pernapasan yang nyata, maka perawatan yang perlu diberikan pada pasien berupa konseling untuk memperbaiki kesalahan konsep yang ada (menggunakan derma literature, pendidikan dan klarifikasi hasil pemeriksaan) dan mengingatkan perawatan oral hygiene yang sederhana.

3.    Halitophobia
Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine halitosis maupun telah menerima konseling pada kasus pseudo halitosis, pasien masih kuatir dan terganggu oleh adanya halitosis. Padahal sehabis dilakukan investigasi yang teliti baik kesehatan gigi dan verbal maupun kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak ditemukan suatu kelainan yang bekerjasama dengan halitosis, begitu pula dengan tes ilmiah yang ada tidak memperlihatkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis. Pasien juga sanggup menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif terhadap komentar dan tingkah laris orang lain. Maka dari itu, diharapkan pendekatan psikologis untuk mengatasi problem kejiwaan yang melatar belakangi keluhan ini yang biasanya sanggup dilakukan oleh spesialis menyerupai psikiater ataupun psikolog.

Penyebab Halitosis

Bau verbal (Halitosis) sanggup disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.

1.    Faktor fisiologis terdiri dari :
a.    Kurangnya anutan ludah selama tidur
Air liur sangat penting untuk menjaga kesejukan nafas.  Pengeluaran air liur akan berkurang ketika tidur, hal ini menimbulkan verbal kering dan menimbulkan amis mulut.
b.    Makanan
Bau verbal sanggup terjadi lantaran imbas makanan. Beberapa jenis kuliner yang sanggup menimbulkan amis verbal (Halitosis), diantaranya yakni kuliner yang mengandung welirang menyerupai bawang putih, kubis, brokoli serta kuliner yang berbau khas menyerupai petai, jengkol, dan durian .
c.    Minuman atau alkohol
Alkohol sanggup mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi jaringan verbal yang akhirnya semakin memperparah amis mulut.
d.    Kebiasaan merokok
Merokok sanggup memperburuk status kebersihan gigi dan verbal sehingga sanggup memicu terjadinya radang gusi dan sanggup berakibat terjadinya amis verbal (Soemantri, 2008).
e.    Menstruasi
Wanita dalam masa haid (menstruasi) sanggup mengalami amis verbal (halitosis) disebabkan lantaran sekresi air ludah dalam verbal berkurang sebagai akhir kekacauan endokrin yang pada kenyataannya menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehingga halitosis sudah niscaya akan terjadi

2.    Faktor patologis terdiri dari :
a.    Oral hygiene buruk
Kebersihan verbal yang tidak baik sanggup menimbulkan terjadinya halitosis, contohnya lantaran sisa-sisa kuliner yang menempel dan sulit dibersihkan terutama pada gigi berbehel.
b.    Plak
Plak yakni suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan basil yang berkembangbiak diatas suatu matrik yang terbentuk dan menempel erat pada permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
c.    Karies
Karies gigi yakni suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu:Host (penjamu), Agent (penyebab), Enviorenment (lingkungan) dan Time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak sanggup pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum.
Gigi yang terjangkit karies (rusak atau berlubang) sanggup menjadi salah satu sumber amis mulut. Lubang pada gigi tersebut sanggup menjadi penyimpanan kuliner yang menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses makanan serta menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses pembusukan dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara eksklusif sanggup dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan.

Lima taktik umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi :

  • Menjaga kebersihan mulutKebersihan verbal yang baik meliputi gosok gigi sehabis sarapan dan sebelum tidur malam serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari.
  • MakananSemua karbohidrat sanggup menimbulkan kerusakan gigi, tetapi yang paling jahat yakni gula. Gula sederhana termasuk gula meja (sukrosa), gula didalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) mempunyai imbas yang sama terhadap gigi.
  • FluorFluor menimbulkan gigi terutama email tahan terhadap asam yang menimbulkan terbentuknya karies. Efektif mengkonsumsi fluor pada dikala gigi sedang tumbuh dan mengeras yaitu hingga usia 11 tahun.
  • PenambalanPenambalan sanggup dipakai untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau.
  • Terapi antibakteriOrang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Daerah yang rusak dibuang dan semua lubang di tambal serta lekukan ditambal maka diberikan obat kumur yang berpengaruh (chlorhexidine) selama beberapa ahad untuk membunuh basil didalam plak yang tersisa.

d.    Bakteri
Bakteri yakni penyebab utama Halitosis. Bakteri ini hidup dan berkembangbiak di dalam verbal dengan memakan sisa protein kuliner yang menempel di celah gigi dan gusi.
Bakteri dalam ludah bukan lantaran kuman tersebut ikut diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah, tetapi oleh lantaran verbal selalu bekerjasama dengan udara terbuka maka memudahkan masuknya banyak sekali kuman dari udara luar tersebut. Kuman di dalam verbal yang terbanyak yakni berada didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali lebih banyak dibanding yang ada dalam ludah.
e.    Gingivitis
Gingivitis yakni awal penyakit gusi akhir kuman yang berada dalam plak ditandai dengan gusi merah, nanah dan berdarah. Gingivitis yakni peradangan pada gingiva yang memperlihatkan adanya gejala penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan di percepat dengan adanya faktor-faktor iritasi lokal dan sistemik
4) Rongga hidung dan sinus, baik oleh benda gila yang tertinggal di dalam maupun dari infeksi yang menghasilkan nanah. Jika infeksi dalam sinus, pernanahan dalam sinus sanggup berkepanjangan, amis yang dihasilkan sebetulnya dari rongga hidung tapi sanggup terkesan dari mulut. Dibutuhkan antibiotika jangka panjang, atau irigasi sinus hingga bersih.

f.     Tonsil (amandel)
Ada 2 tipe amis asal tonsil: @ infeksi tonsil, amis busuk; dikelola dengan antibiotika dan kumur kerongkongan dengan air garam. @ endapan di dalam celah (cekungan kecil) pada permukaan tonsil, serupa pengapuran; baunya tajam. Dikelola dengan kumur kerongkongan dengan air sirih disusul dengan air garam, dengan cita-cita sanggup menimbulkan pengerutan mukosa tonsil dan mendesak endapan itu keluar, yang akan dibasuh air garam. Jika tak berhasil terpaksa harus dilakukan penyelamatan (endapan dicungkil keluar dengan sonde). Sering amis dari endapan tonsil ini menjengkelkan lantaran berkali-kali timbul, sulit dikelola tuntas, dan baunya yang tajam dan khas itu sanggup hingga menimbulkan rasa rendah diri. Dalam kondisi begini perlu pertimbangan pengambilan tonsil, terutama jikalau ada pembengkakan.

g.    Esofagus (kerongkongan) dan lambung (maag)

Seharusnya antara esophagus dan maag ada klep yang mencegah asam lambung naik, tapi beberapa masalah ada kebocoran contohnya pada masalah hernia, atau fungsi klep terganggu contohnya pada masalah stres yang berkepanjangan atau adanya kelainan esophagus contohnya adanya kantong yang menahan sebagian kuliner sebelum masuk lambung. Bau nafas menjadi aktual pada orang yang berpuasa atau beberapa jam tidak makan/minum lantaran asam lambung yang tidak teralirkan ke dalam usus. Pada masalah begini amis hilang ketika makan dan minum walau dalam porsi kecil saja. Bau petai dan bawang disebabkan lantaran sebagian hasil metabolismenya disekresi lewat air liur sehingga hanya sanggup hilang dengan makan mentimun, yang sama-sama disekresi air liur sehingga sanggup membantu menetralkan. Hanya saja mentimun harus segera dimakan (bersamaan) dengan petai dan bawangnya.
Kedelai dan produk kedelai (tahu, tempe) hasil metabolismenya juga sanggup menimbulkan amis jikalau orang tidak mempunyai ensim pemecah kedelai, menyerupai halnya susu dan keju pada mereka yang tidak cukup ensim pemecah susu.

h.    Bau lantaran penyakit umum


  • gangguan hati
  • infeksi jalan nafas/paru, terutama pada masalah bronki-ektasis
  • gangguan ginjal
  • diabetes
  • kanker
  • gangguan penyakit lain banyak sekali jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang sanggup menimbulkan amis verbal antara lain: a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut, b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut, c) penyumbatan usus, d) infeksi tenggorokan, e) sinusitis.

Penanganan Bau Mulut

Penggunaan penyegar nafas, permen karet dan obat kumur, biasanya bersifat asimptomatis dan sangat terbatas kerjanya hanya sementara saja, pada dikala imbas dari penyegar nafas hilang amis verbal akan kembali tercium.
Pencegahan dan Perawatan Halitosis
Penanganan halitosis tergantung pada faktor penyebabnya, yang penting dokter gigi sanggup membedakan penyebab amis verbal sebagai kelainan di dalam atau di luar mulut. Umumnya halitosis sanggup dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan menjaga kebersihan verbal menyerupai menyikat gigi, memakai benang gigi, membersihkan lidah, memakai obat kumur (lebih dianjurkan dengan air garam) dan diet sehat, namun kadang kala diharapkan penangganan oleh tenaga profesional untuk melaksanakan rujukan. Untuk sanggup mengatasi halitosis secara efektif, diharapkan investigasi secara menyeluruh dan diagnosa yang tepat.
Tindakan pencegahan dan perawatan pada halitosis antara lain,

Menyikat Gigi
Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari. Gigi disikat dengan bulu sikat yang lembut dan kepala sikat yang kecil. Hindarkan pemakaian bulu sikat yang garang lantaran bulu sikat yang garang sanggup menimbulkan resesi gingiva.Penyikatan gigi sebaiknya memakai pasta gigi yang mengandung fluor untuk mencegah karies gigi sekaligus.

Menggunakan Benang Gigi ( Dental Floss )
Benang gigi (dental floss) dipakai untuk membersihkan celah gigi yang sempit yang tidak sanggup dicapai dengan sikat gigi. Hal ini dilakukan dengan cara memotong benang kira-kira sepanjang 40 cm, kemudian diputarkan di kedua jari tengah kanan dan kiri. Benang dimasukkan ke celah diantara gigi dan ditahan dengan ibu jari semoga berpengaruh dan tidak lepas ketika dilakukan gerakan menyerupai menggergaji. Tindakan ini sebaiknya dilakukan satu kali sehari, namun bila memungkinkan dilakukan dua kali sehari. Setelah tahap ini diperbolehkan kumur hingga higienis atau dibilas dengan air.

Membersihkan Lidah
Permukaan pengecap dibersihkan dengan cara menyikat pengecap dua kali sehari memakai sikat gigi atau alat khusus pembersih pengecap (tongue scrapper). Permukaan pengecap disikat dengan lembut dan perlahan semoga pengecap tidak luka. Sambil pengecap dijulurkan ke depan, tempatkan tongue scrapper sejauh mungkin ke belakang lidah, selama masih tahan, sambil ditarik ke depan dan ke bawah dengan tekanan ringan. Gunakan kain/kertas tissue higienis atau air mengalir untuk membersihkan tongue scrapper. Ulangi mekanisme ini 2-4 kali hingga seluruh permukaan dibersihkan.

Penggunaan Obat Kumur
Obat kumur dipakai paling sedikit sekali sehari. Waktu yang paling sempurna memakai obat kumur yakni sebelum tidur lantaran obat kumur menawarkan imbas antibakteri selama tidur dikala acara basil penyebab amis verbal meningkat. Obat kumur yang mengandung alkohol sanggup menimbulkan verbal kering dan apabila dipakai dalam waktu usang sanggup menimbulkan mukosa verbal terkelupas. Oleh lantaran itu, sebaiknya memakai obat kumur non-alkohol menyerupai yang mengandung sodium sakarin. Penggunaan tidak perlu terlalu berlebihan, kurang lebih 10-15 ml sudah cukup untuk membasahi seluruh permukaan mulut. Kumur sekurang-kurangnya 1-2 menit. Jangan kumur eksklusif dari botol, lantaran apabila tersentuh ludah, materi akan terkontaminasi, sehingga materi aktif selebihnya di dalam botol sanggup menjadi rusak, akhirnya tidak mempunyai kegunaan lagi untuk pemakaian selanjutnya. Atau kumur larutan garam fisiologis, atau yang mengandung minyak esensial untuk membantu melindungi selaput lendir verbal sehingga tidak gampang kering. Jika dikehendaki antiseptik pakai yang mengandung zinc dan chlorhexidine.

Diet Sehat

  1. Banyak makan sayuran
  2. Mengurangi konsumsi kuliner dengan protein tinggi. 
  3. Kunyahlah permen bebas gula (non-kariogenik) khususnya apabila verbal terasa kering.
  4. Banyak minum air dalam sehari.
  5. Hindari kuliner yang berbau menyengat menyerupai bawang merah,petai,jengkol,dll
  6. Menghindari konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan yang sanggup menurunkan anutan saliva.
  7. Baru-baru ini, penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa gula sanggup mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai penurunan level senyawa hidrogen sulfida hingga 80% sehabis mengkonsumsi 90 gram yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu, hasil penelitian di Amerika menunjukan bahwa polifenol (seperti catechin dan theaflavin), senyawa yang terkandung dalam teh juga sanggup menghambat pertumbuhan bakkteri penyebab halitosis. Catechin terkandung dalam teh hijau maupun teh hitam sedangkantheaflavin lebih secara umum dikuasai pada teh hitam.

Kujungan dokter gigi
Kunjungi dokter gigi secara teratur,misalnya setiap 6 bulan sekali.

Penanganan Oleh Tenaga Profesional
Apabila karies, penyakit periodontal atau infeksi verbal lainnya yang menimbulkan timbulnya halitosis, maka diharapkan penanganan khusus oleh tenaga profesional, contohnya melaksanakan penambalan, skeling atau tindakan penyerutan akar gigi (root planning). Selain itu, dokter gigi akan mencabut sisa akar bila radiks atau akar gigi yang menimbulkan timbulnya halitosis.

Rujukan
Jika kecurigaan penyebab di dalam verbal sudah diatasi, tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan problem gigi dan verbal menyerupai penyakit sistemik. Dalam hal ini, dokter gigi akan merujuk pasien ke dokter spesialis untuk menanganinya.

Bagaimana cara mendeteksi amis mulut?

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai problem amis verbal atau dalam dunia medis dikenal dengan halitosis. Wajar memang jikalau orang tidak menyadari punya problem amis mulut, lantaran otak terbiasa dengan aroma pribadi sehingga otak mengira amis sehari-hari yakni amis yang wajar. Sebenarnya ada cara gampang untuk mendeteksi amis mulut. Agar sanggup terdeteksi semenjak awal Anda mendeteksi amis verbal sendiri dengan cara sebagai berikut:


  • Cek lidahMulailah dengan mengecek lidah. Bila pengecap berwarna pink atau merah muda dan mengkilap, berarti memperlihatkan napas Anda segar. "Namun bila pengecap berwarna putih dan bersisik, maka itu mengambarkan amis mulut," terang Dr Harold Katz, seorang bakteriologi dan pendiri California Breath Clinic.
  • Jilat punggung tangan : "Mencium napas sendiri di tangan bukan cara terbaik untuk mengusut halitosis," kata Dr Katz. Menurutnya, cara terbaik yakni dengan menjilat punggung tangan atau mengusapkan sendok pada lidah, biarkan kering selama beberapa detik dan kemudian cium permukaannya. Bila berbau tak sedap, maka Anda mengalami halitosis. Dr Katz menjelaskan, amis verbal memang identik dengan kondisi kesehatan gigi yang buruk. Namun bukan berarti orang yang dengan kondisi gigi baik, tidak berlubang, tidak sanggup mengalami halitosis.
  • Tanya sahabat yang menyayangi anda sehingga berani berterus terang apakah anda mengidap amis verbal atau tidak.

Biar bagaimanapun, mengetahui semenjak dini serta menangani halitosis dengan sempurna lebih baik daripada hambar pada kondisi diri sehingga menimbulkan orang lain tidak nyaman serta menyababkan percaya diri kita kurang. Mendatangi dokter gigi jauh lebih disarankan karna selain sanggup tertangani ledengan sempurna juga secara menyeluruh. 




Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Bau Verbal (Halitosis) Dan Cara Penanganannya"

Posting Komentar