Evidence Based Episiotomi Dengan Indikasi

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

A.    Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar perihal Evidence Based. Evidence Based artinya menurut bukti. Artinya tidak lagi menurut pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus menurut bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang sanggup dipertanggungjawabkan. 
            llmu Kesehatan berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang kemudian secara cepat digantikan dengan temuan gres yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya sanggup saja segera ditinggalkan lantaran muncul pengujian-pengujian hipotesis gres yang lebih sempurna. Sebagai contoh, kalau sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan salah satu mekanisme rutin persalinan khususnya pada primigravida, ketika ini keyakinan itu digugurkan oleh temuan yang memperlihatkan bahwa episiotomi secara rutin justru sering menimbulkan banyak sekali permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi quality of life pasien.
Episiotomi ialah tindakan menggunting jaringan antara muara vagina dan anus (jaringan perineum) ketika proses melahirkan. Tujuan utamanya tentu saja untuk mempermudah lahirnya bayi.
Dulu, episiotomi merupakan tindakan rutin. Artinya, dalam setiap persalinan selalu dilakukan. Hal yang menjadi pertimbangan ialah robekan tanggapan episiotomi cenderung lebih kecil dan lebih rapi dibandingkan robekan yang terjadi secara alami. Selain itu, luka episiotomi juga dianggap lebih cepat sembuh.
Tetapi, ketika ini episiotomi tidak lagi dianjurkan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa penyembuhan luka episiotomi menimbulkan ketidaknyamanan. Selain itu, luka yang dibentuk ternyata cenderung lebih luas dibanding kalau robekan terjadi sendiri. Pada beberapa wanita, luka episiotomi juga sanggup menimbulkan nyeri ketika bekerjasama seksual, bahkan selama berbulan-bulan sesudah melahirkan.
Walaupun sudah tidak dianjurkan, bukan berarti teknik episiotomi dilarang sama sekali. Pada keadaan tertentu, episiotomi tetap dilakukan. Misalnya kalau posisi bayi tidak normal, bayi harus dilahirkan secepatnya, atau kalau diperkirakan robekan yang terjadi akan sangat luas dll.
B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui informasi perihal episiotomi
2.      Untuk mengetahui informasi evidence based terkini indikasi pada episiotomi
3.      Untuk mengetahui informasi dampak episotomi tanpa indikasi kuat
C.     Manfaat
1.      Untuk meningkatkan pengetahuan perihal episiotomi
2.      Untuk meningkatkan pengetahuan evidence based terkini indikasi pada episiotomi
3.      Untuk meningkatkan pengetahuan dampak episotomi tanpa indikasi kuat


BAB II
   ISI

A.    Episiotomi
Episiotomi (perineotomi) ialah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang-keluar jalan-lahir sehingga memudahkan kelahiran anak. Fielding Ould, pada tahun 1872, mungkin merupakan dokter mahir kebidanan pertama yang melaksanakan episiotomi.
Saat melaksanakan episiotomi haruslah tepat. Bila pengerjaannya terlampau terlambat, mekanisme tersebut tidak akan berhasil mencegah laserasi dan melindungi dasar panggul. Bila terlampau cepat, insisi akan menimbulkan kehilangan darah yang tidak perlu. Episiotomi dikerjakan ketika perineum menonjol, ketika diameter kulit kepala bayi terlihat 3 hingga 4 cm sewaktu his, dan ketika belahan terendah akan dilahirkan dengan tiga atau empat kontraksi berikutnya. Dengan cara ini laserasi dihindari, peregangan yang hiperbola pada dasar panggul dicegah, dan perdarahan yang banyak sanggup dielakkan.
Ada tiga tipe episiotomi:
(1)     Midline, garis-tengah; (2) mediolateral, kiri atau kanan (yang paling sering digunakan); dan (3) lateral, yang sudah tidak dipakai lagi.
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar  Evidence based episiotomi dengan indikasi
macam episiotomi

B.     Indikasi Episiotomi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, walaupun sudah tidak dianjurkan selalu dilakukan, bukan berarti teknik episiotomi dilarang sama sekali. Berdasarkan evidence based terkini pada keadaan tertentu, episiotomi tetap dilakukan dengan indikasi yang besar lengan berkuasa mengharuskan dilakukannya episiotomi. Beberapa indikasi besar lengan berkuasa dlakukannya episiotomy yaitu :
1. Bayi berukuran besar
            Bayi yang mempunyai bobot 4 kg atau lebih biasanya sulit melewati jalan lahir. Itulah sebabnya, dalam masalah ini dokter akan melaksanakan tindakan episiotomi untuk memudahkan si bayi lahir. Tanpa tindakan episiotomi, bobot bayi sanggup menghambat proses persalinan. Bahkan dalam masalah tertentu, bayi berbobot besar ini mau tidak mau harus dilahirkan lewat operasi sesar. Serta beberapa alasan fetal lainnya ibarat :
a.
Bayi yang prematur dan lemah
b. Posisi asing ibarat occipitoposterior, presentasi muka dan presentasi bokong
c. Bayi harus dilahirkan dengan cepat pada keadaan gawat janin dan dilatasi perineum tidak sanggup ditunggu
2. Perineum sangat kaku
            Kekakuan perineum akan menyulitkan proses keluarnya bayi. Ini akan diperparah oleh kondisi ibu yang lemah dan lelah. Jangankan mengejan, bergerak pun sudah tidak bisa. Dalam kondisi ibarat ini, tindakan episiotomi dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan menghindarkan bayi dari kemungkinan terkena hipoksia tanggapan persalinan terlalu lama. Semakin berat tingkat hipoksianya, kian banyak pula sel-sel saraf otak yang mengalami kerusakan, hingga mensugesti tingkat kecerdasannya.
3. Perineum pendek
            Masing-masing individu mempunyai panjang perineum yang bervariasi, ada yang pendek dan ada pula yang panjang. Bagi ibu yang mempunyai perineum pendek, tindakan episiotomi sanggup mencegah dampak negatif yang lebih buruk. Apalagi kalau kepala bayinya besar, bukan mustahil akan terjadi perobekan yang sangat besar. Bukan mustahil anus pun akan rusak.
4. Persalinan dengan alat bantu
            Episiotomi juga dilakukan bila persalinan dilakukan dengan memakai alat bantu, entah itu forceps, vakum atau alat bantu lainnya. Begitu juga pada persalinan bayi prematur atau letak sungsang, distosia pundak dsb. Dengan tindakan episiotomi, jalan lahir yang semakin lebar akan meminimalkan risiko mencederai bayi.
Tentu saja kondisi-kondisi tersebut umumnya sudah sanggup diprediksi oleh dokter. Dengan demikian, menjelang persalinan dokter kandungan dan kebidanan yang menangani dibutuhkan sudah sanggup tetapkan apakah pasiennya mesti menjalani episiotomi atau tidak. Jadi, memang tidak setiap ibu melahirkan mesti menjalani episiotomi.
Selain beberapa indikasi yang memperbolehkan episiotomi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan episiotomi, yaitu :
1.      Dalam menawarkan anestesia lokal berikan anestesia lokal secara dini supaya obat tersebut mempunyai cukup waktu untuk mem-berikan pengaruh sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi ialah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan memakai anestesia lokal ialah belahan dari asuhan sayang ibu.
Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
Alasan: Ibu sanggup mengalami kejang dan sanggup terjadi janjkematian kalau lidokain disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
2.      Tunda tindakan episiotomi hingga perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada ketika kontraksi.
Alasan:   Melakukan episiotomi akan ,nenyebabkan perdarahan; jangan melakukannya terlalu dini.
3.      Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perineum.
AlasanHal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih gampang diepisiotomi..
a)      Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Pastikan untuk melaksanakan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting untuk rnenghindari sfingter.
b)      Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral memakai satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting” jaringan sedikit demi
sedikit lantaran akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.
4.      Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan di lapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.
AlasanMelakukan tekanan pada luka episiotomi akan menurunkan perdarahan.

C.     Dampak Episiotomi Tanpa Indikasi Kuat
Episiotomi yang dilakukan tanpa indikasi besar lengan berkuasa sanggup memunculkan hal-hal yang merugikan, ibarat : 
1. Perdarahan
Perdarahan hebat sanggup saja tak terhindarkan kalau momen pengguntingan tidak tepat. Contohnya kalau episiotomi dilakukan ketika letak kepala bayi di jalan lahir masih jauh. Waktu yang paling tepat untuk melaksanakan tindakan episiotomi ialah ketika jaringan perineum sudah melebar setipis mungkin. Di ketika ini jaringan perineum sudah terdesak oleh kepala bayi yang berada di panggul. Dengan demikian, pengguntingan hanya akan merobek perineum sedikit dan perdarahan dalam jumlah banyak sanggup diminimalkan.
 2. infeksi
        Infeksi sanggup diakibatkan oleh proses penjahitan yang tidak benar. Proses penjahitan yang terlalu banyak dan rapat sanggup menimbulkan infeksi. Banyak masalah dimana ibu mengalami infeksi tanggapan jahitan yang terlalu banyak simpulnya. Selain itu, infeksi juga sanggup terjadi lantaran perawatan yang kurang telaten atau tak bersih oleh ibu. Misalnya lantaran ibu takut menyentuh luka bekas jahitan di tempat perineumnya.
        Padahal kalau tidak dibersihkan, kuman dan kuman akan berkembang biak yang kemudian berpeluang mengakibatkan infeksi. Jika ini terjadi, mau tidak mau ibu mesti segera pergi ke dokter. Kenali tanda-tanda awal infeksi berupa demam dan vagina terasa sakit.
        Jangan malah takut membersihkan luka episiotomi, toh perobekan tadi sudah rapat lantaran sudah dijahit. Yang penting untuk diperhatikan ialah arah pencucian yang benar, yakni dari depan ke belakang, dan bukan sebaliknya. Sebab proses penyapuan dari belakang ke depan malah amat berpeluang membawa serta kuman dan kuman yang ada di sekitar anus masuk ke vagina. Akibatnya, infeksi pun tidak sanggup terhindarkan.
3.      hematoma
        Salah satu dampak episiotomi ialah hematoma atau penggumpalan darah di satu tempat. Ciri-cirinya ialah vagina yang membengkak besar sekali. Kondisi ini terjadi lantaran ada pembuluh darah yang pecah tapi tidak terdeteksi lantaran letaknya di dalam, sehingga tidak ikut dijahit. Akibatnya, darah akan terus keluar dan makin usang makin banyak hingga vagina membengkak.
4.      Nyeri ketika berhubungan
        Perlukaan episiotomi juga sanggup mengakibatkan rasa sakit/nyeri berkepanjangan, terutama kalau perawatan luka dilakukan secara kurang telaten. Selain itu, penjahitan yang terlalu sempit juga sanggup mengakibatkan rasa sakit ketika bekerjasama intim. Gangguan yang disebut dispareunia ini sanggup menyerang siapa saja.
Waktu kemunculannya pun bervariasi, sanggup muncul di pertengahan, sewaktu orgasme, bahkan sesudah kekerabatan intim selesai. Wujud rasa sakit itu sendiri sanggup ibarat perasaan terbakar, tertusuk benda tajam atau perasaan nyeri. Sedangkan mengenai lokasinya sanggup di belahan luar vagina maupun di belahan dalam.
5.      Tidak ekonomis
        Patut juga dicatat, biaya untuk tindakan episiotomi tidaklah sedikit. Selain alat, pasien juga dibebani dengan banyak sekali biaya ibarat obat bius, jarum suntik, benang jahit, dan lain-lain. Tindakan ini terang sanggup memperbesar biaya persalinan.


  BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Episiotomi dulu merupakan tindakan rutin, namun menurut evidence based terkini ketika ini episiotomi tidak lagi dianjurkan kecuali dengan beberapa indikasi yang kuat.
2.      Beberapa indikasi besar lengan berkuasa yang mengakibatkan episiotomy dianjurkan ialah
a)      Alasan fetal ( premature, gawat janin, distosia, makrosimia dll. )
b)      perineum yang pendek ataupun kaku
c)      persalinan dengan alat bantu (forsep, vakum, pada sungsang dll )
3.      episiotomi yang dilakukan dengan tidak benar atau tidak sesuai indikasi yang besar lengan berkuasa akan mengakibatkan beberapa duduk kasus pada klien.
B.     SARAN
Di dalam lahan praktek masih banyak bidan yang sering melaksanakan praktek episiotomi pada klien tanpa indikasi yang besar lengan berkuasa dengan alasan supaya persalinannya cepat, alangkah baiknya bila para bidan senantiasa meningkatkan pengetahuannya dengan pengetahuan yang baru. Bahwa sejatinya episiotomi ketika ini sudah tidak dianjurkan lantaran terbukti banyak membawa dampak jelek pada klien. Dan bekerjasama dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan.




DAFTAR PUSTAKA

Carter FB, Wolber PGH. Episiotomy in : Sciarra J. Gerbie AB eds. Gynecology and Obstetrics.       Philadelphia : Harper & Row Publisher. 1979. 1-40.
Husodo L. Pembedahan dalam Persalinan Kala III dalam Winknysastro H, Sumapraja S., Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan ed. 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1993. 882-884.
Saifuddin, 2002. Buku panduan simpel pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Rineka Cipta.








Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Evidence Based Episiotomi Dengan Indikasi"

Posting Komentar