Sejarah Dan Riwayat Kebidanan Komunitas Di Indonesia Dan Beberapa Negara Lain

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

SEJARAH DAN RIWAYAT KEBIDANAN KOMUNITAS DI INDONESIA DAN BEBERAPA NEGARA LAIN

1.      Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia

SEJARAH DAN RIWAYAT KEBIDANAN KOMUNITAS DI INDONESIA DAN BEBERAPA NEGARA LAIN SEJARAH DAN RIWAYAT KEBIDANAN KOMUNITAS DI INDONESIA DAN BEBERAPA NEGARA LAIN
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di Indonesia istilah “bidan komunitas”  tidak lazim dipakai sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.
Sampai ketika ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada kini ini diarahkan untuk menghasilkan bidan yang bisa bekerja di desa.
Pendidikan tersebut yaitu kegiatan pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, usang pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : usang pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A  mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan bisa memperlihatkan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu Departemen Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi dan duduk kasus kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga menerima kesempatan dalam aneka macam kegiatan untuk membuatkan kemampuan, ibarat pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi ibarat IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)
Sebenarnya sejarah pelayanan kebidanan komunitas di Indonesia diawali dari masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1849seiring dengan dibukanya pendidikan jawa di Batavia (di rmah sakit militer Belanda kini RSPAD Gatot Subroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi perempuan pribumi di Batavia oleh dokter Belanda (dr. W. Rosch). Fokus kiprah bidan hanya sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat klinis)
Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan formal pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit. Selain itu bidan bertugas secara berdikari di biro konsultasi (CB) yang ketika ini menjadi poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam kiprah tersebut, bidan sudah memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus perhiasan bagi bidan (KTB), Yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian pemerintah mengakui bahwa kiprah bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan masyarakat, yang berbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan. Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi : pelayanan antenatal (pemberian pendidikan kesehatan, nasehat perkawinan,perencanaan keluarga dll), intranatal, postnatal (kunjungan rumah, tremasuk investigasi dan imunisasi bayi, balita dan remaja), penyuluha gizi, pemberdayaan masyarakat, serta pemberian masakan tambahan. Pengakuan ini secara formal dalam bentuk adanya bidan coordinator yang secara struktural tercatat di jenjang inspektorat kesehatan, mulai kawasan tingkat I (Propinsi) hingga dengan II (Kabupaten)
Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi potongan dari pelayanan Puskesmas. Secara tidak langsung, hal ini mengakibatkan penyusutan kiprah bidan di masyarakat. Bidan di puskesmas tetap memperlihatkan pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai staf pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana dan pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakan masyarakat, alasannya yaitu hanya sebagai pelaksana.
Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilaksanakan untuk mengatasi tingginya angka maut ibu. Pemerintah (BKKBN) menjalankan kegiatan pendidikan bidan secara missal (SPK + 1 tahun) (SPK : Sekolah Perawat Kesehatan, lulusan SMP + 3 tahun). Bidan di desa (BDD) merupakan staf Polindes. Ruang lingkup kiprah BDD meliputi kiprah sebagai pelopor masyarakat, mempunyai wilayah kerja dan narasumber aneka macam hal. Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD tidak memperlihatkan bekal yang cukup untuk bisa berperan maksimal.
Gerakan Sayang Ibu (GSI) ketika Departemen Kesehatan menerapkan inisiatif safe motherhood malah diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan tahun 1996 dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI. Pada tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melaksanakan advokasi pada pemerintah yang melahirkan kegiatan pendidikan Diploma III Kebidanan (setingkat akademi). Program gres ini memasukkan lebih banyak mateeri yang sanggup membekalli bidan untuk bisa menjadi biro pembaharu di masyarakat, tidak hanya di kemudahan klinis. 


2.      Riwayat Kebidanan Komunitas di Negara-negara lainnya
A.    SELANDIA BARU


Selandia Baru telah mempunyai peraturan wacana cara kerja kebidanan semenjak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya siste
m perumahsakitan dan pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena danya otonomi bagi pekerja yang bergerak dalam porakteknya dengan lingkup praktek yang penuh di awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi ‘asisten’ dokter.
Bidan bekerja di masyarakat di mulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area tertentu, ibarat klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas, kehamilan dan persalinan menjadi terpisah menjadi khusus dan tersendiri secara keseluruhan. Dalam proses ini, bidan kehilangan pandangan bahwa persalinan yaitu suatu insiden yang normal dan dengan kiprah mereka sendiripun sebagai pendamping pada insiden normal tersebut. Di samping itu bidan menjadi berpengalaman memperlihatkan intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan imbas medis, dimana seharusnya para dokter dan rumah sakit secara eksklusif yang lebih sempurna untuk memberikannya.
Model di atas ditujukan untuk memperlihatkan pelayanan pada maternal dan untuk mengurangi angka maut dan kesakitan ibu dan janin hal ini berlangsung pada tahun 1920 hingga dengan tahun 1980 dimana yang memberlakukan model tersebut yaitu negara-negara barat ibarat Selandia Baru, Australia, Inggris dan Amerika. Tetapi taktik ibarat itu tidak mencapai kesuksesan.
Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model asuh persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan ‘tradisional’ yaitu seseorang yang berpengalaman dari mulainya kehamilan hingga dengan enam ahad setelah persalinan. Mereka menginginkan bidan yang berkerja dipercaya kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa intervensi dan memperlihatkan sumbangan bahwa persalinan yaitu insiden yang normal .
Wanita-wanita Selandia Baru menginginkan untuk mengambil alih kembali kontrol dalam persalinan mereka dan menempatkan diri emreka di tempat yang sempurna sebagai sentra kontrol di dalam menentukan apa yang berkenaan dengan diri mereka.
Pada masa 80-an, bidan bekerjasama dengan para perempuan untuk menegaskan kembali otonomi bidan dan bahu-membahu sebagai partner mereka telah membawa kebijakan politik yang diperkuat dengan pengakuan wacana prfoesionalisme praktek bidan.
Sebagian besar bidan di Selandia Baru mulai menentukan untuk bekerja secara berdikari dengan tanggungjawab penuh kepada klien dan asuhannya dalam lingkup yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu, pelayanan mmaternitas telah berubah secara dramatis. Saat ini, 86% perempuan mendapatkan pelayanan dari bidan selama kehamilan hingga nifas, dan asuhan berkelanjutan pada persalinan sanggup dilakukan di rumah ibu. Sekarang, di samping dokter, 63% perempuan menentukan bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas, dalam hal ini terus meningkat.
Ada suatu keinginan dari para perempuan biar dirinya menjadi sentra pelayanan maternitas. Di rumah sakit pun memperlihatkan pelayanan bagi yang menginginkan tenaga kesehatan profesional yaitu sentra pelayanan maternitas.
Model kebidanan yang dipakai di Selandia Baru yaitu partnership antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya, dan perempuan dengan pengetahuan wacana kebutuhan diri dan keluarganya, serta harapan-harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Pada awal kehamilan, anatara bidan dan perempuan harus saling mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya di antara keduanya. Dasar dari model partnership yaitu komunikasi dan negosiasi.
Di Selandia Baru, bidan harus sanggup membangun kekerabatan partnership dengan perempuan yang menjadi kliennya, disamping bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional.

B.     BELANDA

Perkembangan Kebidanan di Belanda.

Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap duduk kasus tersebut. Wanita berhak menentukan apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup atau mati. Belanda mempunyai angka kelahiran yang sangat tinggi sedangkan maut prenatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di rumah dan ditolong oleh bidan dan perawat sedang yang lain di rumah sakit, tetapi juga ditolong oleh bidan. Dalam kenyataannya ketiga kelahiran tersebut.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984 menyatakan bahwa setiap kehamilan yaitu normal dan harus selalu di pantau dan mereka bebas menentukan untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan penting, kebidanan di Belanda melihat suatu perbedaan yang kasatmata antara kebidanan keperawatan. Astrid Limburg menyampaikan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik alasannya yaitu perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang menyampaikan bahwa kbiedanan tidak mempunyai kekerabatan dengan keperawatan, kebidanan yaitu profesi yang mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam mempunyai prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu ketika persalinan. Makara padaprakteknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada masalah resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada bidan dan pada masalah resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, alasannya yaitu kebidanan yaitu profesi yang berdikari dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadi role model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan yaitu sesuatu yang normal sehingga apabila seorang perempuan merasa dirinya hamil ia sanggup eksklusif memeriksakan diri ke bidan atau dianjurkan oleh keluarga atau sobat atau siapa saja.




Pendidikan Kebidanan di Belanda
Pendidikan kebidanan di Amsterdam mempunyai prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu ketika persalinan. Makara padaprakteknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada masalah resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, dan post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada bidan dan pada masalah resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama. Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar bersalin dimana perempuan dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun di rumah sakit, ibarat di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari. Bila ada masalah, mahasiswa gres akan berkonsultasi dengan Ahli kebidanan dan ibarat di rumah, perempuan di kirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian final akan mendapatkan ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai ujian
Pelayanan Antenatal Bidan berdasarkan peraturan Belanda lebih berhak praktek berdikari daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada perempuan dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk perempuan denganresiko tinggi atau masalah patologi ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.
Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan hebat kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan hebat kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berafiliasi dengan pelayanan maternal di Belanda. Daftar itu berisi riwayat sebelum dan sehabis pengobatan, riwayat kebidanan yang akan mempunyai kegunaan dalam pelayanan kebidanan. Penelitian Woremever menghasilkan data wacana mortalitas dan morbilitas yang menjamin kesimpulan :dengan suystem pelayanan kebidanan yang diterapkan di Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang memuaskan melalui seleksi wanita. Suksesnya penggunaan daftar indikasi merupakan dasar yang penting mengapa persalinan di rumah disediakandan menjadi alternatif alasannya yaitu perempuan dengan resiko tinggi sanggup diidentifikasi dan kemudaian di rujuk ke hebat Kebidanan.
Selama kehamilan bidan menjumpai perempuan hamil 10-14 kali di Klinik bidan. Sasaran utama praktek bidan yaitu pelayanan komunitas. Jika tidak ada masalah, perempuan diberi pilihan untuk melahirkan dirumah atau di rumah sakit. Karena pelayanan antenatal yang hati8-hati sehingga kelahiran di rumah sama amannya dengan kelahiran di rumah sakit.
Tahun 1969 pemerintah pemerintah Belanda tetapkan bahwa melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam 43% kelahiran (Catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland diakui bahwa rumah adlaah tempat yang kondusif untuk melahirkan selama semuanya normal.
Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil hingga satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan episiotomi tapi tidak diijinkan memakai alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jikalau ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak dipakai dalam persalinan.


Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan dipakai sistem Direct Entry dengan usang pendidikan 3 tahun.

C.     KANADA
Meskipun bidan telah mempraktikkan di Kanada semenjak orang pertama tinggal di sini, dan kemudian bidan imigran membawa bersama mereka ke negara baru, hanya baru-baru ini bahwa legislasi kebidanan telah mulai diperkenalkan. Untuk waktu yang usang Kanada yaitu salah satu dari sembilan negara yang tidak mengenali kebidanan, dan masih ada beberapa yurisdiksi di Kanada di mana bidan tidak diatur. Di Kanada, ibarat di sebagian besar negara, istilah "bidan" dipakai tanpa awalan.. Hal ini sesuai dengan WHO / Figo / ICM International Definisi dari Bidan. (The USA menyimpang dan diawali kata-kata ibarat "perawat").
Bidan Asosiasi
Ø 1987, Konfederasi Kanada Bidan (CCM) yang dibuat untuk memfasilitasi komunikasi antara aneka macam provinsi asosiasi bidan. Sebuah konfederasi dari asosiasi bidan, bukan individu.
Ø 1988, Saskatchewan Ikatan Bidan terbentuk. Asosiasi yang Saskatchewan Aman Alternatif dalam Melahirkan dibubarkan dan konsumen membentuk Friends of the Bidan kelompok.
Ø 1991,Maret - the CCM mengadopsi definisi MKI kebidanan, dan "perawat-bidan" tidak sanggup diterima.
Ø 2001, The CCM menjadi Asosiasi Kanada Bidan (CAM). Kemajuan kebidanan perundang-undangan di negara ini menimbulkan lebih banyak pekerjaan, dan kebutuhan untuk Asosiasi nasional.
Ø 2001, The Kebidanan Mutual Recognition Agreement di Mobilitas Buruh di Kanada yang sudah diisi ditandatangani dan diterima berdasarkan Perjanjian Perdagangan Internal.
Beberapa Old Kanada Sejarah
Ø 1691 --Pemerintah dalam apa yang kini quebec, didirikan tiga cabang otonom kedokteran: dokter, dokter bedah, bidan.
Ø 1755-- Pemerintah Inggris membayar upah bidan dari Inggris yang menetap di Nova Scotia.
Ø 1843--Bidan yang bekerja di Universitas Lying-in-Rumah Sakit di Montreal. Bidan yang diberikan izin oleh pemerintah kawasan di Montreal, Quebec City, dan gereja-gereja lokal di kawasan pedesaan.
Ø 1912 --Dewan Kedokteran Kanada terbentuk dan praktek kebidanan dihilangkan di sebagian besar lokasi.
Ø 1939--Selama tahun-tahun perang Perawat Kesehatan Masyarakat diberikan perawatan kebidanan di pedesaan Alberta di bawah undang-undang yang terkandung dalam Profesi Kedokteran Undang-Undang.
Ø 1944 --Kebidanan akta dicabut di Quebec.
Ø 1946 --Canadian Nurses Association (CNA) yang disetujui praktek perawat terdaftar sebagai bidan di daerah-daerah terpencil di mana tidak ada dokter.
Terdaftar Asosiasi Perawat wacana Bidan
Juni 1974 - Kanada Komite Nasional Perawat-Bidan yang diorganisir di Canadian Nurses Association (CNA) konvensi di Winnipeg, tapi segera dibubarkan sebagai bidan yang terlibat dengan Asosiasi Bidan lain. The CNA mengeluarkan pernyataan pada perawat-bidan merekomendasikan pengakuan perawat-bidan.






Untuk mengetahui lebih lengkap wacana konsep kebidanan komunitas bisa Klik [DISINI]



Resource: Catatan Kuliah Bidan Diah

Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Sejarah Dan Riwayat Kebidanan Komunitas Di Indonesia Dan Beberapa Negara Lain"

Posting Komentar