ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
A. LATAR BELAKANG
Tingginya angka selesai hidup ibu dan bayi menandakan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, ibarat dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, lantaran pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memperlihatkan pendampingan pada ibu sehabis melahirkan, ibarat merawat dan memandikan bayi.
Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah menciptakan suatu terobosan dengan melaksanakan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut ialah dengan melaksanakan pembinaan dukun yan merupakan salah satu kiprah dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu kiprah dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memperlihatkan bantuan yang cukup penting. Tenaga yang semenjak dahulu kala hingga kini memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji.
Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang perempuan sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau lantaran ia merasa menerima panggilan kiprah ini. Pengetahuan ihwal fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh lantaran itu apabila timbul komplikasi ia tidak bisa untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.
Berbagai masalah sering menimpa seorang ibu atau bayinya ibarat keanehan bayi hingga pada selesai hidup ibu dan anak. Dalam perjuangan meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan ibarat bidan mengajak dukun untuk melaksanakan training dengan impian sanggup meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu sanggup juga mengenal gejala ancaman dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.
Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak sanggup bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka selesai hidup dan angka kesakitan (Prawirohardjo, 2005)
Tingginya angka selesai hidup ibu dan bayi menandakan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, ibarat dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, lantaran pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memperlihatkan pendampingan pada ibu sehabis melahirkan, ibarat merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah menciptakan suatu terobosan dengan melaksanakan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut ialah dengan melaksanakan pembinaan dukun.
Pembinaan ialah suatu perjuangan yang dilakukan oleh seseorang masyarakat pemerintah dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Pembinaan dukun ialah suatu training yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi gres lahir, serta pengetahuan ihwal perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka selesai hidup ibu dan bayi.
DUKUN BAYI
Dukun Bayi |
Dukun bayi ialah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang perempuan yang menerima kepercayaan serta mempunyai ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun berguru secara simpel atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.
Dukun bayi ialah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang perempuan yang menerima kepercayaan serta mempunyai keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara bebuyutan berguru secara simpel atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Dukun bayi ialah seorang perempuan atau laki-laki yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga erat lainnya (Kusnada Adimihardja).
Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong, berguru berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya juga selain dilengkapi dengan keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantra khusus yang dipelajarinya dari pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan hingga dengan bayi berumur 2 tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 - 10 hari pasca melahirkan.
Dukun bayi ialah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berafiliasi dengan pertolongan kelahiran, ibarat memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara sopan santun serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya ialah seorang perempuan renta yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).
Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Ø Pada umumnya ialah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.
Ø Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf
Ø Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi lantaran ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama
Ø Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga sanggup dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
Ø Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi berdasarkan kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.
Ø Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, contohnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .
Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi ialah :
Ø Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
Ø Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
Ø Dukun bayi biasanya orang yang besar lengan berkuasa dalam masyarakat.
Ø Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Ø Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.
Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
Ø Dukun Bayi Terlatih, ialah dukun bayi yang telah mendapatkan training oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
Ø Dukun Bayi Tidak Terlatih, ialah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga sanggup menimbulkan selesai hidup ibu dan bayi, antara lain :
1. Terjadinya robekan rahim lantaran tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu melaksanakan pertolongan pada ibu bersalin
2. Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-ngurut rahim pada waktu kala III.
3. Terjadinya partus tidak maju, lantaran tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun.
Fungsi Dukun Bayi
Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi mempunyai 2 macam fungsi, ialah fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah melaksanakan pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung fungsi utamanya, maka fungsi perhiasan sanggup dikembangkan setempat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan pelayanan kesehatan. Dalam kerangka jadwal KIA, fungsi dukun bayi meliputi:
1. Perawatan ibu hamil normal
2. Pengenalan dan referensi ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit kehamilan
3. Rujukan ibu hamil untuk menerima suntikan TT
4. Persalinan yang aman
5. Perawatan masa nifas
6. Pengenalan dan referensi ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi
Agar dukun bayi sanggup melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan dukun bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan dukun bayi di masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan selesai hidup bayi dan anak, akan lebih berhasil kalau mengikutsertakan masyarakat. dukun bayi ialah salah satu warga masyarakat yang sangat potensial dalam upaya tersebut.
Peran Dukun Bayi
1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ialah persalinan yang kondusif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan lantaran bidan :
a. Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan sanggup memperlihatkan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
b. Dapat melaksanakan pertolongan persalinan yang aman.
c. Bidan melaksanakan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali sentra dengan benar
d. Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda ancaman dalam persalinan sehingga sanggup melaksanakan referensi secara tepat.
2 Mengenali tanda ancaman pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
3 Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya
Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun
Peran dukun sangat sulit ditiadakan lantaran masih menerima kepercayaan masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :
a. Kelebihan
1) Dukun merawat ibu dan bayinya hingga tali pusatnya putus.
2) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
3) Persalinan dilakukan di rumah
4) Biaya murah dan tidak ditentukan.
b. Kekurangan
1) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.
2) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi gres lahir.
3) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam jadwal pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)
Fungsi Bidan
Fungsi Bidan di Desa ialah untuk memperlihatkan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KIA termasuk KB, di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam menjalankan fungsinya di bidan Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat tugasnya dan melaksanakan pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau menunggu di suatu tempat pelayanan namun juga melaksanakan kegiatan atau pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan, yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar fungsi tersebut sanggup berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh pengelolaan jadwal KIA yang baik dan penggunaan kiprah serta masyarakat, khususnya dukun bayi.
Tugas Pokok Bidan
Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya dalam pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi gres lahir, termasuk pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya sejalan dengan kiprah utamanya dalam pelayanan kesehatan ibu.
Salah satu kiprah bidan dalam menggerakan dan meningkatan kiprah serta masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader diantaranya:
a. Pertolongan persalinan 3 higienis serta kewajibannya untuk lapor pada petugas kesehatan.
b. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.
c. Perawatan bayi gres lahir, khususnya perawatan tali sentra dan pinjaman ASI ekslusive.
d. Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan
e. Pelaporan persalinan dan selesai hidup ibu serta bayi
f. Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB.
Dalam melaksanakan kiprah pokonya tersebut, bidan perlu menjalin korelasi yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat dan sasaran.
Mengingat kiprah dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga sanggup membantu kelancaran kiprah sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.
Wewenang Bidan
a. Bidan mempunyai wewenang dalam memperlihatkan penerangan dan penyuluhan ihwal kehamilan, persalinan, nifas, menyusukan dan perawatan buah dada, keluarga berencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, dan gizi.
b. Bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji.
c. Bidan melayani masalah ibu untuk : pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan normal, termasuk pertolongan letak sungsang pada multipara, episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan nifas dan menyusukan, pinjaman uterotonik, pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan budi pemerintah.
d. Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi gres lahir, pengawasan pertumbuhan dan pengembangan, pinjaman imunisasi perawatan, petunjuk pinjaman makanan.
e. Bidan juga mempunyai wewenang memperlihatkan obat-obatan meskipun hanya terbatas dan roboransia, pengobatan tertentu dibidang kebidanan, sepanjang tidak melalui suntikan, pinjaman obat-obat bebas terbatas dimana diharapkan saja.
2. Dari kelima wewenang umum ini, yang bertanggung jawab apabila terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu sepenuhnya pada bidan yang bersangkutan. Makara kalau terjadi tuntutan aturan pada hal hal yang dilakukan bidan dalam batas wewenang umum, maka yang dituntut ialah bidan yang bersangkutan.
.
Supervise / pembinaan adalah Bimbingan teknis yang terus menerus danberkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.
Pembinaan menjangkau 2 aspek :
a. Pembinaan ketrampilan dukun bayi.
b. Pembinaan hasil kegiatan yang dilaksanan oleh dukun bayi.
TUJUAN PEMBINAAN DUKUN BAYI
Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan imbas dukun sangat bervariasi sesuai dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun mempunyai wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan ihwal cara penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka selesai hidup masih tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya training dukun bayi semoga mereka mempunyai pengetahuan dan inspirasi gres yang sanggup di sampaikan dan di terima oleh anggota masyarakat.
Beberapa jadwal training dukun bayi memperbesar kiprah dukun bayi dalam jadwal KB dan pendidikan kesehatan di aneka macam aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak. Pokok dari training dukun ialah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang bergotong-royong sudah di lakukan oleh dukun, ibarat memperlihatkan saran ihwal kehamilan, melaksanakan persalinan higienis dan aman, serta mengatasi duduk masalah yang mungkin muncul pada ketika persalinan, sehingga angka selesai hidup ibu dan bayi sanggup di kurangi atau di cegah sedini mungkin.
LANGKAH PEMBINAAN DUKUN BAYI
Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-masing tempat atau dukun berasal ,karena tidak gampang mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang sanggup dilakukan bidan dalam pembinaan dukun ialah sebagai berikut:
a. Fase I : Pendaftaran Dukun
1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan perilaku mereka dalam penanganan kehamilan dan persalinan
1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan perilaku mereka dalam penanganan kehamilan dan persalinan
b. Fase II : Pelatihan
1) Dilakukan training sesuai dengan hasil assesment
2) Diberikan sertifikat
3) Diberikan penataan kembali kiprah dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan ibu
4) Yang tidak sanggup akta tidak diperkenankan praktek
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun
1) Dilakukan training sesuai dengan hasil assesment
2) Diberikan sertifikat
3) Diberikan penataan kembali kiprah dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan ibu
4) Yang tidak sanggup akta tidak diperkenankan praktek
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun
UPAYA PEMBINAAN DUKUN BAYI
Dalam praktiknya, melaksanakan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, mempunyai kiprah penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh lantaran itu, di butuhkan upaya semoga bidan sanggup melaksanakan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang sanggup dilakukan bidan di antaranya ialah sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3. Memberikan pengertian kepada para dukun ihwal pentingnya persalinan yang higienis dan aman.
4. Memberi pengetahuan kepada dukun ihwal komplikasi-komplikasi kehamilan dan ancaman proses persalinan.
5. Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.
Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan
Ø Dokter
Ø Bidan
Ø Perawat kesehatan
Ø Petugas imunisasi
Ø Petugas gizi
Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi
Ø Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
Ø Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.
Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
Ø Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.
Ø Pertemuan rutin yang telah disepakat
Ø Waktu-waktu lain ketika petugas bertemu dengan dukun bayi
Ø Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan
KLASIFIKASI PEMBINAAN DUKUN BAYI
Berikut ialah penjabaran materi yang di berikan untuk melaksanakan pembinaan dukun:
1. Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melaksanakan promosi bidan siaga, yaitu dengan melaksanakan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan sanggup memperlihatkan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi sanggup di libatkan dalam perawatan bayi gres lahir. Apabila cara tersebut sanggup di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk melaksanakan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan
Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan ihwal perawatan pada ibu hamil, sehingga materi ihwal pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda ancaman kehamilan, persalinan, nifas, dan referensi merupakan materi yang harus di berikan, semoga dukun bayi sanggup melaksanakan deteksi dini kegawatan atau tanda ancaman pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan referensi cepat dan tepat.
Berikut ini ialah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:
a. Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi ialah ibu dengan umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu renta (lebih 35 tahun), tinggi tubuh kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu erat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu usang (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat persalinan jelek (perdarahan, operasi, dan lain-lain)
b. Pengenalan gejala ancaman pada kehamilan
Pengenalan gejala ancaman pada kehamilan mencakup perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam tinggi; nanah pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum waktunya; frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus; dan tidak mau makan
c. Pengenalan gejala ancaman pada persalinan
Tanda-tanda ancaman pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam semenjak ibu mencicipi mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali sentra atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar sehabis bayi lahir, dan ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
d. Pengenalan gejala kelainan pada nifas
Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir; demam lebih dari dua hari; nanah pada muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejang-kejang; payudara nanah disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa.
3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
a. Tetanus neonatorum
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab selesai hidup pertama pada bayi usia di bawah satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus neonatorum ialah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap selesai hidup bayi gres lahir yang di sebabkan oleh kuman clostridium tetani. Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menimbulkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi lantaran penggunaan alat pemotong tali sentra yang tidak steril. Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, pundak atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha. Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan dukun sanggup memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melaksanakan imunisasi, dan melaksanakan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga sanggup menekan angka kejadian tetanus noenatorum.
Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
1. Bayi gres lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.
2. Mulut mencucu ibarat ekspresi ikan.
3. Kejang terutama kalau terkena rangsang cahaya, bunyi dan sentuhan.
4. Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.
Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :
1. Pemotongan tali sentra pada waktu pemotongan tidak bersih.
2. Perawatan tali sentra sehabis lahir hingga ketika puput tidak higienis atau diberi majemuk ramuan.
4. Penyuluhan Gizi dan KB
a. Gizi pada ibu hamil.
Ø Ibu hamil makan masakan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima sempurna.
Ø Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
Ø Untuk menambah tenaga, makan masakan selingan pagi dan sore hari ibarat kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
Ø Tidak ada pantangan makan selama hamil.
Ø Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
b. Gizi pada bayi
1) Usia 0-6 bulan
Ø Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun malam.
Ø Jangan beikan masakan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).
Ø Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
2) Usia 6-9 bulan
Selain ASI dikenalkan masakan pendamping ASI dalam bentukm lumat dimulai dari bubur susu hingga nasi tim lumat
3) Usia 9-12 bulan.
Ø Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan garang ibarat bubur nasi, nasi tim dan nasi lembik.
Ø Pada masakan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
Ø Beri masakan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan ibarat bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lain- lain.
Ø Beri buah-buahan atau sari buah ibarat air jeruk manis, air tomat saring
Penyuluhan KB
Pentingnya ikut jadwal KB sehabis persalinan semoga Ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilan tidak terlalu erat yaitu lebih dari 2 tahun
Macam alat kontrasepsi
1) Untuk suami : Kondom dan Vasektomi
2) Untuk istri : pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.
5. Pencatatan kelahiran dan kematian
Dukun bayi melaksanakan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.
HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PEMBINAAN DUKUN
Hambatan – kendala yang sering di jumpai dalam melaksanakan pembinaan dukun di masyarakat di antaranya ialah sebagai berikut :
a. Sikap dukun yang kurang kooperatif
b. Kultur yang kuat
c. Sosial ekonomi
d. Tingkat pendidikan
a. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menimbulkan perilaku dukun tidak kooperatif ialah adanya perasaan aib apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan bukan untuk melaksanakan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun dalam melaksanakan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memperlihatkan suatu pemahaman gres dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memperlihatkan imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi gres lahir, contohnya memandikan bayi.
b. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan kendala dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
· Dukun bayi biasanya ialah orang yang di kenal masyarakat setempat.
· Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
· Dukun bayi masih mempunyai peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
· Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.
· Pelayanan dukun di lakukan hingga ibu selesai masa nifas.
· Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.
Solusi :
Lakukan aneka macam metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat, contohnya pamong desa, para petua – petua desa, tokoh agama yang sangat besar lengan berkuasa pada contoh pikir masyarakat dengan memperlihatkan klarifikasi pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat sanggup melaksanakan advokasi kepada masyarakat, dan sanggup memperbaiki kebudayaan yang menempel pada diri masyarakat yang sanggup merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.
c. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun ialah seorang pahlawan, lantaran melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya sanggup di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat ihwal biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus sanggup bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan. Bidan sanggup bekerja sama dengan masyarakat untuk melaksanakan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan ambulans desa.
d. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun ialah orang renta yang harus di hormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh lantaran dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi setempat untuk melaksanakan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka sanggup memahami dan mendapatkan pengetahuan serta pemahaman gres khususnya mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi gres lahir.
(Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 136 - 138)
Diharapkan bahwa sudah tidak ada lagi bibit penerus dukun bayi, dan untuk dukun bayi yang sudah usang ditargetkan bahwa seluruhnya sudah dilakukan pembinaan dan kemitraan.
Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/ Referensi lain :
Dep Kes RI.1994.”Pedoman Supervisi Dukun Bayi
Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
0 Response to "Pembinaan Dukun Bayi Di Komunitas"
Posting Komentar