Pembinaan Kader Di Komunitas

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

PEMBINAAN KADER



A.    Pengertian
laki atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani duduk kasus PEMBINAAN KADER Di KOMUNITAS
Pembinaan Kader
Kader kesehatan masyarakat yaitu pria atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam relasi yang amat bersahabat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling bersahabat dengan masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka maut ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka sanggup melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

B.     Peran Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a.       perilaku hidup higienis dan sehat
b.      pengamatan terhadap duduk kasus kesehatan didesa
c.       upaya penyehatan dilingkungan
d.      peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e.       ermasyarakatan keluarga sadar gizi
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara yaitu:
1.      pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan
2.      melaksanakan pengobatan yang sederhana
3.      pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan setelah melahirkan
4.      menolong persalinan
5.      pemberian motivasi dan saran-saran wacana perawatan anak
6.      memberikan motivasi dan peragaan wacana gizi
7.      program penimbangan balita dan pemberian masakan tambahan
8.      pemberian motivasi wacana imunisasi dan sumbangan pengobatan
9.      melakukan penyuntikan imunisasi
10.  pemberian motivasi KB
11.  membagikan alat-alat KB
12.  pemberian motivasi wacana sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
13.  pemberian motivasi wacana penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14.  pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya memastikan diagnosis.
15.  penenganan penyakit menular.
16.  membantu kegiatan di klinik.
17.  merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
18.  membina kegiatan UKS secara teratur
19.  mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan.

C.    Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan lantaran kader yang akan dibuat terlebih dahulu harus diberikan pembinaan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan. Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan aktivitas tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pembinaan kader ini adalah:
1.      calon kader yang kan dilatih
2.      waktu pembinaan sesuai komitmen bersama
3.      tempat pembinaan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4.      adanya perlengkapan yang memadai
5.      pendanaan yang cukup
6.      adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )

Tim pembinaan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pembinaan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pembinaan ini yaitu staf puskesmas yang bisa melaksanakan. Adapun pelatihannya yaitu tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pembinaan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan yaitu ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
1.      pengantar wacana posyandu
2.      persiapan posyandu
3.      kesehatan ibu dan anak
4.      keluarga berencana
5.      imunisasi
6.      gizi
7.      penangulangan diare
8.      pencatatan dan pelaporan

D.    Strategi menjaga Eksistensi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya taktik semoga mereka sanggup selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1.      refresing kader posyandu pada dikala posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu
2.      adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3.      revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4.      Pemberian rewards rutin contohnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pembinaan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, duduk kasus yang dihadapinya.
Pembinaan atau pembinaan tersebut sanggup berlangsung selama 6-8 ahad atau bahkan lebih usang lagi. Salah satu kiprah bidan dalam upaya menggerakkan kiprah serta masyarakat yaitu melaksanakan pembinaan kader.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader yaitu :

1.      Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2.      Pengenalan tanda ancaman kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3.      Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4.      Pencatatan kelahiran dan maut bayi atau ibu
5.      Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang ibu.



1.      Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi wacana perran kader yaitu dalam daur kehidupan perempuan dari mulai kehamilan hingga dengan masa perawatan bayi. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan yaitu sebagai berikut :
a.       Sejak awal, ibu hamil dan suami memilih persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter
b.      Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
c.       Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan asumsi tanggal persalinan
d.      Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur dengan ganjal kain yang bersih, air higienis dan sabun untuk basuh tangan, handuk kain, pakaian kain yang higienis dan kering dan pakaian ganti ibu.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi wacana kiprah kader dalam deteksi dini tanda ancaman dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
§  Perdarahan ( hamil muda dan hamil tua)
§  Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang
§  Demam tinggi
§  Keluar air ketuban sebeleum waktunya
§  Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
§  Ibu muntah terus dan tidak mau makan

2.      Pengenalan tanda ancaman kehamilan, persalinan, nifas serta rujukan
a.      Tanda-tanda ancaman kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga wacana timbulnya kemungkinan gejala ancaman dalam kehamilan
Adanya gejala ancaman mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawah ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan.
Tanda-tanda ancaman kehamilan meliputi :
1)      perdarahan jalan lahir
2)      kejang
3)      sakit kepala yang berlebihan
4)      muka dan tangan bengkak
5)      demam tinggi menggigil / tidak
6)      pucat
7)      sesak nafas
b.      Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan
sebagai akhir dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan sanggup terjadi dengan gejala sebagai berikut :
1)      perdarahan
2)      kejang
3)      demam, menggigil, keluar lender dan berbau
4)      persalinan lama
5)      mal presentase
6)      plasenta tidak lahir dalam 30 menit
c.       Kegawatan masa nifas
Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan sanggup terjadi baik pada ibu ataupun bayi. Kegawatan yang sanggup mengancam keselamatan ibu gres bersalin yaitu perdarahan lantaran sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi yang gres dilahirkan sanggup terjadi depresi bayi dan atau trauma.
Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga wacana tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang sanggup ditimbulkan dari tatalaksana tersebut. Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami dan keluarga bahwa adanya gejala kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah segera kesarana pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan meliputi :
1)      perdarahan banyak atau menetap
2)      rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat
3)      bengkak pada salah satu atau kedua kaki
4)      rasa sakit pada perut hiperbola dan lokia berbau busuk atau berubah warna.
5)      pucat, tangan dan kaki hambar (syok)
6)      tidur turun dratis
7)      kejang
8)      sakit kepala hiperbola / gangguan pandangan
9)      bengkak pada tangan dan muka
10)  peningkatan tekanan darah
11)  buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit
12)  tidak bisa menahan BAK / ngompol
13)  demam tanpa atau dengan menggigil
14)  adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan merawat bayi.
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapat pelayanan dari bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi
Pada bayi sebagian besar penyebab maut yaitu lantaran infeksi, asveksia dan stress berat pada bayi. Pengenalan gejala kegawatan pada bayi perlu untuk dilakukan penatalaksanaan lebih dini yang sesuai yang sanggup menurunkan maut tersebut.
Kegawatan bayi sanggup terjadi hari-hari pertama masa nifas dan perlu pertolongan segera ataupun dalam 7 hari pertama masa nifas yang juga memerlukan pertolongan disarana pelayanan kesehatan.
Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus segera dibawah kesarana pelayanan kesehatan / hubungi bidan :
1)      bayi sulit bernafas
2)      warna kulit dan mata kuning
3)      pernafasan lebih dari 60 x / menit
4)      kejang
5)      pendarahan
6)      demam
7)      bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek sepanjang hari.
8)      tidak sanggup menetek (mulut kaku)
kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan perawatan bidan / dibawah kesarana pelyanan kesehatan secepatnya :
1)      hypothermia
2)      pucat / kurang aktif
3)      diare / konstipasi
4)      kesulitan dalam menetek
5)      mata merah dan nanah / nanah
6)      merah pada tali sentra / tercium bau

d.      Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum yaitu penyakit pada bayi gres lahir, disebabkan masuknya basil tetanus melalui luka tali pusat, akhir pemotongan tali sentra dengan alat yang tidak bersih, luka tali sentra kotor atau tidak higienis lantaran diberi majemuk ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit tetanus neonatorum. Maka perlu dilakukan pembinaan dukun bayi dalam pencegahan tetanus neonatorum, yaitu :
Melakukan pertolongan persalinan “3 bersih”.
1)      Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan disabun hingga higienis : BERSIH ALAT.
2)      Alas tempat ibu berbaring harus higienis : BERSIH ALAS.
3)      Gunting dan benang pengikat tali sentra harus steril, bersih, dan tidak berkarat. Supaya steril gunting dan benang direbus dalam air mendidih selama paling sedikit 15 menit pada dikala akan digunakan : BERSIH ALAT.
Melakukan perawatan luka tali sentra yang bersih.
Tali sentra dibersihkan setiap pagi dangan air hangat.
Luka tali sentra yang telah dibersihkan dihentikan sama sekali dibubuhi ramuan, jamu, daun-daunan, atau bubuk dapur.
Setelah dibersihkan luka tali sentra ditutup dengan kain kasa kering.
Demikian dilakukan terus hingga luka kering dan tali sentra puput.
Memberi kekebalan kepada bayi gres lahir dengan member imunisasi tetanus toksoid sebanyak 2 kali kepada ibu hamil, calon pengantin,dan anak perempuan kelas 6 sekolah dasar.
Imunisasi TT bagi calon ibu berkhasiat semoga ibu dan bayi mendapat kekebalan terhadap tetanus. Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali lantaran imunisasi yang pertama belum member kekebalan pada bayi gres lahir terhadap penyakit tetanus sehingga bayi yang berusia kurang dari 1 bulan sanggup terkena tetanus melamui luka tali pusat.
Imunisasi TT umumnya diberrikan kepada ibu hamil, calon pengantin wanita, dan anak perempuan kelas 6 SD.
Pada ibu hamil:
TT-1 : Segera setelah ada gejala kehamilan.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.
Pada calon pengantin wanita:
TT-1 : Pada dikala penaftaran nikah.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.
Anak perempuan kelas 6 SD:
TT : Kapan saja selama SD kelas 6.


e.       Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan sempurna waktu kepfasilitas rujukan / kemudahan yang mempunyai sarana lebih lengkap, diharapkan bisa menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi gres lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 hingga 15 % diantaranya akan mengalami duduk kasus selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan sempurna waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi kemudahan rujukan yang bisa untuk menatalaksana masalah gawat darurat obstetri dan bayi gres lahir menyerupai :
1)      pembedahan termasuk bedah sesar
2)      transfuse darah
3)      persalinan memakai ekstraksi fakum / cunam
4)      pemberian anti biotik intravena
5)      resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
informasi wacana pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan dadlah wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan bila terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk komplikasi yang sanggup mengancam keselamatan jiwa mereka pada dikala ibu melaksanakan kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk mendapat layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat planning rujukan dan ketidaksiapan ini sanggup membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat planning rujukan bersama suami dan keluarganya. Tawarkan semoga penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan wacana perlunya planning rujukan apabila diperlukan.

Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam planning rujukan :
1)      siapa yang akan menemani ibu dan BBL
2)      tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)
3)      sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya ingat bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang maupun malam.
4)      orang yang ditunjuk menjadi donor darah bila transfuse darah diperlukan.
5)      uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
6)      siapa yang akan tinggal dan menemani belum dewasa yang lain pada dikala ibu tidak dirumah.
Kaji ulang planning rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melaksanakan kunjungan asuhan antenatal / diawal persalinan (jika mungkin). Jika ibu belum membuat planning rujukan selama kehamilannya, penting untuk sanggup mendiskusikan planning tersebut dengan ibu dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul duduk kasus pada dikala persalinan dan planning rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melaksanakan semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan sempurna waktu merupakan unggulan asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL.

Singkatan BAKSOKU sanggup digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B (Bidan) :
pastikan bahwa ibu dan bayi gres lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah kefasilitas rujukan.
A (Alat) :
bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diharapkan bila ibu melahirkan dalam perjalanan menuju kemudahan rujukan.
K (Keluarga) :
beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka ganjal an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.
S (Surat) :
berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memperlihatkan identifikasi mengenai ibu dan BBL, cantumkan ganjal an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-obatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang digunakan untuk membuat keputusan klinik
O (Obat) :
bawa obat-obatan esensial pada dikala mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin diharapkan selama diperjalanan.
K (Kendaraan) :
siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U (Uang) :
ingatkan keluarga semoga membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diharapkan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diharapkan selama ibu dan bayi gres lahir tinggal difasilitas rujukan.

3.      Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
a.      Penyuluhan Gizi Ibu Hamil
Berat tubuh ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Berat tubuh yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang normal. Kenaikan berat tubuh ideal pada ibu hamil sebanyak 7 kg (untuk ibu yang gemuk) dan 12,5 kg (untuk ibu yang tidak gemuk). Di luar batas itu, dinilai abnormal.
Dalam 3 bulan pertama, berat tubuh ibu hamil akan naik hingga 2 kg. Kemudian, dinilai normal bila setiap ahad berat tubuh naik 0,3 kg. Pada kehamilan tua, rata-rata kenaikan berat tubuh ibu akan mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat tubuh lebih dari normal, akan berisiko meng­alami komplikasi preeklamsia dan janin terlalu besar sehingga menim­bulkan kesulitan persalinan.
Demam tinggi pada masa nifas. Pada masa nifas, selama 42 hari setelah melahirkan, ibu yang mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan (dari liang rahim) yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Cairan Hang rahim yang tetap berdarah, keadaan ini sanggup mengancam keselamatan ibu.
Zat masakan yang dibutuhkan ibu hamil, yaitu:
1)      Energi, dihasilkan dari karbohidrat, protein, dan zat patinya. Protein. Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak dari biasa­nya.
2)      Protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati. Con­toh: ikan, daging, susu, dan telur harus lebih banyak dikonsumsi bila dibandingkan dengan tahu, tempe, dan kacang. Protein dapaa diperoleh dari susu, telur, dan keju. Tambahannya diperoleh dan gandum dan kacang-kacangan. Manfaat dari protein.
§  Protein untuk membangun tubuh janin dimulai dari sebesar sehingga menjadi tubuh seberat 3,5 kg.
§  Protein digunakan untuk membuat ari-ari.
§  Protein digunakan untuk menambah unsur dalam cairan darah­terutama haemoglobin dan plasma darah.
§  Protein digunakan untuk pembuatan cairan ketuban.
3)      Vitamin. Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil hingga kekurangan vitamin, pembentukan sel-sel tu­buh anak akan berkurang. Anak sanggup kurang darah, cacar bawaam kelainan bentuk, bahkan ibu sanggup keguguran. Vitamin yang dibu­tuhkan oleh ibu hamil, yaitu B6, C, A, D, E, dan K.
4)      Mineral.
§  Kalsium. Kalsium sangat penting lantaran dibutuhkan untuk pem­bentukan tulang. Apabila kekurangan kalsium, bayi yang dikan­dung akan menderita kelainan tulang dan gigi. Sumber kalsium yang tinggi diperoleh dari semua masakan yang berasal dari susu. menyerupai keju, es krim, dan kue. Selain itu, juga banyak terdapat pada kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau.
§  Fosfor. Mineral ini sanggup diperoleh dari masakan sehari-hari. Fosfor berafiliasi erat dengan kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, sanggup terjadi gangguan. Gangguan yang paling sering yaitu kram pada tungkai.
§  Zat besi. Sel darah merah Ibu hamil bertambah hingga 30rc. Berarti, tubuhnya memerlukan embel-embel zat besi. Setiap hari. ibu hamil membutuhkan embel-embel 700-800 mg zat besi. Sum­ber masakan yang mengandung zat besi tinggi yaitu hati. Oleh lantaran itu, ibu hamil perlu banyak mengonsumsi hati, daging. telur, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau. Kebutuh­an zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Pada masa tersebut, kebutuhan zat besi tidak sanggup diandal­kan dari sajian harian saja. Walaupun sajian hariannya cukup  mengandung zar besi.
§  Zink, mineral, ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya cukup dari masakan sehari-hari
§  Fluor. Mineral floyr juga tidak banyak diperlukan.
§  Yodium. Yosidum cukup diperoleh dari air minum dan sumber materi masakan laut.

b.      Penyuluhan Kb
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, contohnya pil, suntik, atau KDR terlebih dahulu memilih apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian khusus. Salah satu perjuangan untuk membuat kesejahtreraan yaitu dengan memberi pesan yang tersirat perwakinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil angka kelahiran (Depkes RI 1999). Program KB yaitu pecahan yang terpadu dalam aktivitas pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptak kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan aktivitas KB yaitu memperkecil angka kelahiran, menjaga kesehatan ibuanak, serta membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah mencukupi. Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara sebagai berikut.
1)      Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 terlalu”  yaitu terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan terlalu bau tanah akan mendapat prioritas pelayanan KB.
2)      Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi de­ngan laba dan kelemahan masing-masing sehingga ia sanggup : memilih pilihannya.
3)      Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan laba dan kelemahannya sehingga ia sanggup memilih pilihannya
4)      Harus dilakukan investigasi fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien semoga sanggup ditentukan metode yang paling cocok dengam hasil pemeriksaannya.
5)      Harus mendapat informasi wacana kontraindikasi pemakai. banyak sekali metode kontrasepsi.
Kegiatan IM merupakan salah satu komponen dari pelayanan i;;-­sehatan reproduksi esensial (PKRE) yang sanggup dilaksanakan di tiap tingkat pelayanan sesuai dengan kewenangannya, yaitu:
a)      Pelayanan di tingkat desa.
§  Konseling KB.
§  Pelayanan KB, kecuali implant dan metode operatif.
§  Pertolongan pertama efek samping KB.
§  Rujukan pelayanan KB.
b)      Pelayanan di tingkat puskesmas.
§  Konseling KB.
§  Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan.
§  Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB serta penananganan efek samping KB.
§  Rujukan pelayanan KB.
§  Pembinaan pelayanan di tingkat Desa.
c)      Pelayanan di tingkat rujukan KB.
§  Konseling KB.
§  Pelayanan semua jenis metode KB.
§  Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping KB.
§  Penanganan masalah rujukan pelayanan KB.
§  Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas.


4.      Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/ Bayi

a.      Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka maut bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 hingga dengan tahun 1996 memperlihatkan kecenderungan menurun. Estimasi AK yang dilakukan Biro Pusat Statistik yaitu berdasarkan perhitungan dari data hasil sensus/survei (tentang rata-rata yang dilahirkan hidup berdasarkan ibu).
Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB rata­rata per tahun yaitu 3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada ta­hun 1967, menjadi 109 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-1992, penurunan AKB rata-rata per tahun yaitu 4,1% yaitu 71 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000 kelahir­an hidup pada tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa AKB pada tahun 1992 sebesar 60 per 1000 kelahiran hidup yang cenderung menurun menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa angka maut pada bayi pria sepertinya lebih besar dibandingkan bayi perempuan.
Pola penyakit penyebab maut bayi dari SKRT tahun 1986 ber­beda dengan hasil SKRT tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992 ini mungkin disebabkan oleh cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya meliputi 7 provinsi, sedangkan pada tahun 1992 meliputi 37 provinsi. Proporsi penyakit penyebab maut pada bayi hasil SKRT ,ahun 1986 yang tertinggi yaitu penyakit tetanus neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SKRT 1992 yaitu penyait ISPA (36%). Jika dibanding­ an hasil SKRT 1992 dengan hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapas­an menduduki urutan pertama, sedangkan gangguan pranatal naik dari .irutan kelima pada SKRT 1992 dan menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika dibandingkan referensi penyakit penyebab maut bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali, terlihat urutan tertinggi di Jawa-Bali cisebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di luar Jawa-Bali cisebabkan penyakit sistem pernapasan.

b.      Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka maut balita (0--4 tahun) yaitu jumlah maut anak usia C-4 tahun per 1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm asalahan kesehatan anak dan faktor lain yang kuat terhadap kese­atan anak balita, menyerupai gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan.
Estimasi angka maut balita di Indonesia yang dihitung dari data iro Pusat Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1993. Angka maut balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara Barat (162 per 1000 kelahiran hidup), sedangkar Provinsi DKI Jakarta (4 per 1000 kelahiran hidup.
Hasil SKRT 1995 memperlihatkan 5 penyakit penyebab kematian. anak balita, yaitu sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare (15,3%), infeksi dan benalu lain (6,3%), dan saraf (tetanus) (5,5%).

c.       Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka maut ibu berkhasiat untuk menggambarkan tingkat kesa daran sikap hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatar lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil ibu waktu melahirkan, dan masa nifas). Angka maut ibu hingga saal ini gres diperoleh dari survei terbatas menyerupai penelitian dan pencatatar pada 12 rumah sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.00( kelahiran hidup. Penelitian oleh Universitas Padjadjaran di Ujung Berun€ (1978-1980) AKI 170, dan di Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 450 dan hasil SKRT 1980 yaitu 150 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil in relatif rendah lantaran survei tidak meliputi semua provinsi. Menurut hasi: SKRT tahun 1992, angka maut ibu sebesar 425 per 100.000 kelahirar hidup. Hasil survei demografi Kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjuk kan angka 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRZ 1995, angka maut ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup.

d.      Angka Kematian Kasar (AKK)
Dari hasil sensus tahun 1971 dan 1980, SUPAS tahun 1967 dan 1985 terlihat bahwa angka maut garang cenderung menurun dan berdasarkan hasil asumsi BPS angka maut garang (AKK) pada kurun waktL 1985-1990 akan menjadi 7,9 per 1000 penduduk dan selanjutnya pade kurun waktu 1990-1995 menjadi sebesar 7,5 per 1000 penduduk. Penyakit penyebab maut per 100 maut hasil SKRT 1986 se. bagai urutan pertama yaitu penyakit diare sebesar 12 per 1000 kema. tian, sedangkan dari hasil SKRT 1992 dan SKRT 1995 yaitu penyakit sistem sirkulasi, yaitu sebesar 16 per 100 maut tahun 1992 menjad 18,9 per 100 maut tahun 1995. Sementara itu, dari hasil SKRT 1991: untuk kawasan Jawa-Bali memperlihatkan bahwa penyakit maut utama yaitu sistem sirkulasi (24,2 per 100 kematian). Penyakit sistem sirkulasi ini meliputi hipertensi, penyakit jantung iskemia, penyakit paru yang berkaitan dengan jantung, komplikasi penyakit jantung yang kausanya tidak jelas, dan penyakit serebrovaskular. Untuk kawasan luar Jawa-Bali, memperlihatkan bahwa penyakit penyebab maut utama yaitu sistem pernapasan (16,0 per 100 kematian) yang diikuti penyakit sistem sirku­lasi (14,3 per kematian) dan tuberkulosis (10,9%).
Untuk tahun 1995, referensi penyakit penyebab maut bukan penye­bab eksklusif secara nasional, berbeda dengan referensi penyakit penyebab maut pada rumah sakit umum kelas A, B, C maupun D. Secara nasi­onal dan berdasarkan rumah sakit umum kelas B, penyakit serebrovaskular merupakan penyebab utama kematian. Pada rumah sakit umum kelas A, penyakit lantaran cedera dan keracunan merupakan penyebab utama, sedangkan pada rumah sakit umum kelas C dan D, penyebabnya yaitu penyakit akses napas bawah.
Jika dilihat referensi penyakit pada tahun 1995, penyakit utama yang terbanyak secara nasional bukan merupakan penyebab utama yang men­dasari kematian. Untuk masalah penyakit terbanyak secara nasional, yaitu penyakit infeksi usus, penyakit lantaran cedera, dan keracunan di rumah sakit umum kelas A, komplikasi obstetri dan abortus di rumah sakit umum kelas B, sedangkan di rumah sakit umum kelas C dan D sama dengan tingkat nasional, yaitu penyakit infeksi usus.


5.      Progam Kesehatan lainnya
a.      Kesehatan
Promosi kesehatan yaitu proses memberdayakan  masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi ke­sehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampua­serta pengembangan lingkungan sehat. Sasaran promosi kesehatan ada­lah individu, keluarga, masyarakat, dan petugas pelaksana program.
b.      Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)
Tabulin merupakan institusi masyarakat dengan anggota para ibu hamil atau PUS (Pasangan Usia Subur) yang belum hamil, dengan bentuk ke­giatan yang berupa pengumpulan dana di lingkungan anggotanya, ma syarakat, atau subsidi dari pemerintah.
c.       Donor darah berjalan
Donor darah berjalan merupakan pendonoran darah secara bertahaa. beberapa kali, atau secara berangsur-angsur selama 3 bulan sekali semoga mendonorkan darahnya ke PMI. Tujuan utama diadakannya donor darah yaitu untuk membantu PMI dalam ketersediaan stok darah di PMI yang berkurang semenjak terjangkitnya penyakit demam berdarah.
d.      Ambulans Desa
Ambulans desa merupakan sistem yang dikembangkan oleh peme­rintah, swasta, dan masyarakat untuk mengangkut ibu bersalin yang perlu dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas.
e.       Suami Siaga
program ini suami diharapkan:
Siap:
Secara mental. Ketika ibu menghadapi persalinan, siapkan mentalnya untuk memperlihatkan dukungan atau semangat ke­pada istri.
Secara fisik, suami mempersiapkan dirinya untuk menjaga dan me­lindungi istrinya.
Secara materil, suami mempersiapkan dana untuk persalinan istrinya



DAFTAR PUSTAKA :
Bari saifudin, abdul. 2002. buku panduan mudah pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. asuhan persalinan normal. Jakarta : tim revisi edisi 2007.



Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Pembinaan Kader Di Komunitas"

Posting Komentar