Epidemiologi Hiv/Aids

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes



EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) yakni sekumpulan tanda-tanda dan nanah (atau: sindrom) yang timbul lantaran rusaknya sistem kekebalan badan insan akhir nanah virus HIV atau nanah virus-virus lain yang ibarat yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri berjulukan Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada badan manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun gampang terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada sanggup memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan badan yang mengandung HIV, ibarat darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan sanggup terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan badan tersebut.

1.2  Tujuan dan sasaran
-Tujuan umum
1.Mengetahui Penyebab utama HIV/AIDS
2.Mengetahui cara penularan HIV/AIDS
3.Mengetahui cara penanganan dan pencegahan HIV/AIDS
4.Dapat menjelaskan Penyakit HIV/AIDS
-Tujuan khusus
Memberi pemahaman perihal kondisi HIV/AIDS
Ø  Sasaran
      Terselesainya makalah ini kami berharap sanggup bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa, dan umum untuk menuju kesuksesannya dalam bidang kesehatan terutama di bidang kebidanan biar gampang dan kondusif dalam melayani seorang pasien.


1.3    Permasalahan
1.    Penyakit AIDS disebabkan oleh apa?
2.    Bagaimana cara penularan penyakit HIV/AIDS?
3.    Bagaimana perjalanan penyakit HIV/AIDS?
4.    Bagaimana cara pencegahan penyakit HIV/AIDS?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Definisi
HIV yang merupakan kependekan dari Human Immunodeficiency Virus adalah Virus penyebab AIDS. HIV terdapat di dalam cairan badan seseorang yang telah terinfeksi ibarat di dalam darah, air mani atau cairan vagina. Sebelum HIV bermetamorfosis AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 hingga 10 tahun.
HIV yakni kependekan dari Human Immunodeficiency Virus yang sanggup menjadikan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang berjulukan sel CD4 sehingga sanggup merosak sistem kekebalan badan insan yang pada jadinya tidak sanggup bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi daerah berkembang biak Virus HIV gres kemudian merusaknya sehingga tidak sanggup digunakan lagi. Sel darah putih sangat diharapkan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan badan maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak mempunyai pelindung. Dampaknya yakni kita sanggup meninggal dunia terkena pilek biasa.
AIDS yakni kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau imbas dari perkembang biakan virus hiv dalam badan makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menjadikan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan badan yang tadinya dimiliki lantaran sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

2.2       Faktor Agent (Penyebab)
Penyebab AIDS yakni homogen virus yang tergolong Retrovirus  yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali di isolasi oleh Montagnier dan kawan– kaa i Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan  Gallo di Amerika Serikat pada Tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas ksepakatan internasional padaTahun 1986 nama firus  dirubah menjadi HIV. Muman Immunodeficiency Virus yakni homogen Retrovirus  RNA. Dalam   Bentukny yang orisinil merupakan partikel yang inert, tidak apat berkembang atau Melukai hingga ia suk ke sel target. Sel sasaran virus ini terutama sel Lymfosit T,Karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus sanggup berkembang  dan ibarat retrovirus yang lain, sanggup tetap Hidup usang dalam sel  dengan keadaan in aktif. Walaupun demikian virus dalam badan Pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap dikala sanggup aktif dan sanggup Ditularkan  selama hidup  penderita tersebut. Secara mortologis HIV  terdiri atas 2 potongan besar yaitu potongan inti (core) dan Bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris  tersusun  atas  dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120).Gp 120 Berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena potongan luar virus (lemak) tidak tahan panas, materi kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap Pengaruh lingkungan ibarat air mendidih, sinar matahari dan gampang dimatikan Dengan banyak sekali disinfektan ibarat eter , aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan Sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.
Virus  HIV hidup dalam darah, savila,  semen, air mata dan gampang mati diluar Tubuh. HIV sanggup juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.  

2.3 Faktor Host ( Penjamu )
KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV :Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akhir faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.Kondisi anatomis-biologis perempuan menjadikan struktur panggul perempuan dalam posisi “menampung”, dan alat reproduksi perempuan sifatnya “masuk kedalam” dibandingkan laki-laki yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini menjadikan mudahnya terjadi nanah khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya nanah khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi perempuan juga sangat halus dan gampang mengalami perlukaan pada proses kekerabatan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya nanah virus HIV. Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial perempuan (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum perempuan dalam keadaan rawan yang menjadikan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan jadinya terjerumus kedalam pelacuran sebagai taktik survival.
Status yang rawan terjangkit HIV ;
(1) Bayi dan anak dari ibu yang menderita HIV 
(2) paling luas pada masa remaja dan sampaumur muda, lantaran maraknya pergaulan bebas.
(3) PSK ( Pekerja Seks Komersial) dan pelanggannya
(4) TKI/TKW
(5) Biseksual yang sering berganti-ganti pasangan.

2.4       Faktor Environment ( Lingkungan )
Kondisi lingkungan sanggup pula menjadi faktor penyebab penularan HIV. Kondisi lingkungan yang selau berubah sanggup menurunkan kondisi fisik insan sehingga ia rentan terhadap penyakit atau kondisi lingkungan yang berubah sehingga agent sanggup berkembang biak dengan pesat pada lingkungan tersebut yang menjadikan timbulnya penyakit.
Seseorang yang tinggal dengan lingkungan orang-orang yang terjangkit HIV akan beresiko lebih tinggi untuk tertular Virus HIV.

2.5       Port Of Entri dan Port Of Exit
Tempat masuk bakteri Human imuno defisiensi virus ada 3 cara :
  • Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  • Transfusi darat atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.
  • Mother-to-Child Transmission : Dari ibu yang terjangkit HIV pada anaknya
Perlu diketahui HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan/minum yang sama, gigitan nyamuk, menggunakan jamban yang sama atau tinggal serumah.
Ø  Masa Inkubasi
Masa inkubasi yakni waktu yang diharapkan semenjak seseorang terpapar virus
HIV hingga dengan memperlihatkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-
rata cukup usang dan sanggup mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi
penderita tidak memperlihatkan gejala-gejala sakit.
         Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak sanggup terdeteksi dengan investigasi laboratorium kurang lebih 3 bulan semenjak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow periode”.
         Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan
virus HIV kepada orang lain dengan banyak sekali cara sesuai referensi transmisi virus HIV.
Mengingat  masa inkubasi yang relatif  lama, dan penderita HIV tidak memperlihatkan
gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.

2.5       Transmisi
Di bawah ini beberapa transmisi pada HIV/AIDS :

Ø  Transmisi seksual

Penularan seksual terjadi dengan kontak antara sekresi seksual dari satu orang dengan membran mukosa rektum, alat kelamin atau ekspresi pasangannya. Unprotected tindakan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada tindakan seksual insertif, dan risiko penularan HIV melalui kekerabatan seks dubur tanpa kondom lebih besar daripada risiko dari kekerabatan seksual vagina atau seks oral. Namun, seks oral tidak sepenuhnya aman, lantaran HIV sanggup ditularkan melalui seks oral reseptif maupun insertif.

Ø  Paparan patogen melalui darah

Ini rute transmisi sangat relevan dengan pengguna narkoba intravena, penderita hemofilia dan akseptor transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik tercemar dengan darah yang terinfeksi HIV merupakan risiko utama untuk nanah HIV. Berbagi jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua nanah HIV baru-di Amerika Utara, Cina, dan Eropa Timur. Risiko terinfeksi dengan HIV dari satu bacokan dengan jarum yang telah digunakan pada orang yang terinfeksi HIV diperkirakan sekitar 1 dalam 150 (lihat tabel di atas). Profilaksis pasca pajanan dengan obat anti-HIV sanggup lebih jauh mengurangi risiko ini. Rute ini juga sanggup mempengaruhi orang-orang yang memberi dan mendapatkan tato dan tindik.

Ø  Transmisi perinatal

Transmisi virus dari ibu ke anak sanggup terjadi in utero''''selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan dikala melahirkan. Dengan tidak adanya perawatan, tingkat transmisi antara ibu dan anaknya selama kehamilan, persalinan dan melahirkan yakni 25%.
Namun, ketika ibu membutuhkan terapi antiretroviral dan melahirkan melalui operasi caesar, tingkat transmisi hanya 1%. ibu yang terinfeksi HIV harus menghindari menyusui bayi mereka. Namun, jikalau hal ini tidak terjadi, menyusui langsung direkomendasikan selama bulan-bulan pertama kehidupan dan dilarang sesegera mungkin. Perlu dicatat bahwa perempuan sanggup menyusui bawah umur lain yang tidak mereka sendiri.

Fakta Transmisi HIV/AIDS :

  • Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  • Jarum suntik/tindik/tato yang tidka steril dan digunakan bergantian
  • Mendapatkan tarnsfusi darah yang mengandung virus HIV
  • Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, dikala melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
  • HIV tidak ditularkan meallui kekerabatan sosial yang biasa ibarat jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, bak renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), menggunakan toilet duduk, membuatkan alat makan masakan atau gelas minum, berjabat tangan, atau melalui ciuman.
  • HIV tidak sanggup bertahan untuk waktu yang usang di luar tubuh.
  • Virus hanya sanggup ditularkan dari orang ke orang, bukan melalui gigitan hewan atau serangga
  • Orang yang terinfeksi HIV yang menggunakan ART masih sanggup menulari orang lain melalui kekerabatan seks dan jarum-berbagi

BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Metode pencegahan HIV/AIDS
Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :
1.         Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek
Upaya   pencegahan   AIDS   jangka   pendek   adalah   dengan   KIE,   memberikan
informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana referensi penyebaran virus AIDS
            (HIV), sehingga sanggup diketahui langkah-langkah pencegahannya.
Pada prinsipnya, pencegahan sanggup dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak yakni melalui kekerabatan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain yakni melalui pencegahan kontak darah, contohnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.Secara ringkas, pencegahan sanggup dilakukan dengan formula A-B-C.
o   A yakni abstinensia, artinya tidak melaksanakan kekerabatan seks sebelum menikah. Atau PUASA melaksanakan kekerabatan seks.
o   B yakni be faithful, artinya jikalau sudah menikah harus SETIA hanya berafiliasi seks dengan pasangannya saja.
o   C yakni CONDOM
artinya jikalau memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.
2.         Upaya pencegahan jangka panjang
Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS yakni merubah sikap dan sikap masyarakat dengan acara yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat sanggup berperilaku seksual yang bertanggung jawab.
            Yang dimaksud dengan sikap seksual yang bertanggung jawab yakni :
a)    Tidak melaksanakan kekerabatan seksual sama sekali.
b)    Hanya melaksanakan kekerabatan seksual dengan  mitra seksual yang setia dan tidak
             terinfeksi HIV (monogamy).
c)   Menghindari kekerabatan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
d)   Menghindari hubungan  seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu
            mitra seksual.
e)  Mengurangi jumlah kawan seksual sesedikit mungkin.
f)   Mengurangi jumlah kawan seksual sesedikit mungkin
g)  Hindari kekerabatan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
h)  Tidak melaksanakan kekerabatan anogenital.
i)   Gunakan kondom mulai dari awal hingga simpulan kekerabatan seksual.
Kegiatan tersebut sanggup berupa obrolan antara tokoh-tokoh agama,
penyebarluasan isu perihal AIDS dengan bahasa agama, melalui penataran P4
dan lain-lain yang bertujuan untuk mempertebal iman serta norma-norma agama menuju sikap seksual yang bertanggung jawab.
Dengan sikap seksual yang bertanggung jawab diharapkan  mampu mencegah penyebaran penyakit AIDS di Indonesia.

3.2       Pemberantasan HIV/AIDS
Tujuan pemberantasan HIV/AIDS yakni untuk meningkatkan usia impian hidup penduduk indonesia, menekan angka kematian remaja dan demi mewujudkan salah satu sasaran MDG’s.
lima langkah untuk berantas epidemi AIDS. wapres Boediono menyampaikan “angka prevalensi penderita AIDS memang masih rendah, yakni 0,17% dari seluruh penduduk, namun jumlah penderita gres terus meningkat”. Oleh lantaran itu di bentuklah 5 Langkah pemberantasan HIV/AIDS yaitu:
 
1.    perluasan jaringan akomodasi pelayanan bagi penderita HIV/AIDS.
2.    peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan HIV/AIDS.
3.    perbaikan koordinasi dan tata kelola dari semua pihak dan instansi yang ikut menangani problem HIV/AIDS di tanah air.
4.    perbaikan sistem informasi.
5.     mobilisasi dana, baik dari luar maupun dalam negeri, untuk membiayai peningkatan kuantitas dan kualitas penanganan HIV/AIDS di tanah air.

Wapres juga menyampaikan kelompok yang paling rawan terhadap HIV/AIDS yakni kelompok usia 15-49 tahun, atau kelompok produktif. Oleh lantaran itu, sangat perlu kelompok ini dibekali dengan pengetahuan dan layanan, sehingga bisa melindungi dirinya dan melindungi orang lain terhadap risiko-risiko penularan HIV/AIDS.

"Marilah kita amankan sasaran MDG’s yang telah kita menetapkan di bidang penanggulangan penyakit ini di tanah air. Dan jadinya marilah kita mantapkan niat dan tekad kita semua untuk mencapai sasaran itu, dengan semangat gres mengiringi peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini” tandasnya.

3.3       Pengobatan
                        Mengingat hingga dikala ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk mencegah
AIDS belum ditemukan, maka alternatif  untuk menanggulangi problem AIDS yang
terus meningkat ini yakni dengan upaya pencegahan oleh semua pihak untuk tidak
terlibat dalam bundar transmisi yang memungkinkan sanggup terjangkit HIV.  
Pada dasarnya upaya pencegahan  AIDS sanggup dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS.

BAB IV
PENUTUP

1.1  Kesimpulan
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan badan yang mengandung HIV, ibarat darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan sanggup terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan badan tersebut.
Para ilmuwan umumnya beropini bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. ini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menjadikan kematian lebih dari 25 juta orang semenjak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981.

1.2  Kritik dan Saran
Kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan. Oleh lantaran itu kami segenap tim penyusun mohon maklum adanya karna kami masih dalam tahab pembelajaran.
Akhir kata kami segenap tim penyusun mohon balasan berupa kritik dan saran yang membangun.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Berita AIDS III No. 3/ 1994.
2.    Berita AIDS III No. 4/1994.
3.    Departemen Kesehatan RI ”Petunjuk Pengembangan Program Nasional Pemberantasan dan Pencegahan AIDS, Jakarta 1992.
4.    Syarifuddin Djalil “Pelayanan Laboratorium Kesehatan Untuk Pemeriksaan Serologis AIDS”AIDS;   Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta 1989.
5.    Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia No 6 /XX / 1992.
6.    Soemarsono “Patogenesis, Gejala klinis dan Pengobatan Infeksi HIV” AIDS; Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 1989.
7.    Wibisono Bing “Epidemologi AIDS”AIDS; Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan RI Jakarta 1989.


 

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Epidemiologi Hiv/Aids"

Posting Komentar