Masalah Hiv/Aids

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes

MASALAH HIV/AIDS



BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
            Manusia yaitu makhluk sosial yang artinya makhluk yang tidak bisa hidup sendiri atau selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sosial masyarakat dikenal aneka macam gejal-gejala sosial ibarat norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan. Tidak semua tanda-tanda sosial tersebut berjalan secara normal, kadang-kadang-kadang timbul tanda-tanda sosial yang tidak dikehendaki yang kemudian sering disebut masalah sosial.
Masalah sosial merupakan persoalan, lantaran menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan aturan serta bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap jelek (Soerjono Soekamto.1990). Masalah tersebut bersifat sosial lantaran bersangkut paut dengan korelasi antar insan dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal ini dinamakan masalah sosial lantaran bersangkut paut dengan dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.
Masalah-masalah sosial umum yang terjadi di masyarakat contohnya kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat modern, kenakalan remaja, pelacuran, homoseksualitas dan masalah lingkungan hidup. Masalah sosial-masalah sosial yang sedang marak terjadi ketika ini yaitu pergaulan bebas remaja dan pelacuran yang berujung pada terinfeksinya seseorang virus HIV. Kasus-kasus HIV tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi di desa-desa juga sudah ditemukan penderita HIV/AIDS.
Kasus HIV/AIDS merupakan masalah sosial lantaran adanya perlakuan di skriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). ODHA dianggap orang-orang yang patut dikucilkan dikarenakan telah menyalahi norma-norma yang berlaku di masyarakat, padahal mereka yaitu orang-orang yang seharusnya mendapatkan motivasi dan semangat hidup dari orang-orang di sekitarnya. Anggapan orang perihal HIV/AIDS yang sanggup menular dengan gampang yaitu salah lantaran sesungguhnya penularan HIV/AIDS sanggup dicegah. Hal inilah yang mendasari penulis dalam menyusun makalah ini.
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Isu-Isu yang berkembang di masyarakat perihal HIV/AIDS
Bagi masyarakat awam keberadaan penyakit HIV dan AIDS dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya. Bagi masyarakat istilah HIV dan AIDS biasanya tergambar sebagai masalah medis yang timbul jawaban suatu sikap negative dalam pergaulannya. Penderitanya yang di sebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sering dijauhi dalam pergaulan lantaran dianggap sikap negatifnya sanggup menimbulkan HIV dan AIDS.
Banyak masyarakat menganggap penularan HIV sanggup terjadi dengan mudah. Isu yang berkembang di masyarakat mengenai penularan HIV yaitu sebagai berikut:
  1. Penularan HIV sanggup terjadi lantaran bersalaman, berpelukan, atau berciuman dengan penderita HIV dan AIDS
  2. Kontak pribadi ibarat terpapar batuk atau bersin oleh penderita HIV dan AIDS
  3. Memakai akomodasi umum bersama-sama dengan penderita HIV dan AIDS contohnya toilet
  4. HIV dan AIDS sanggup menular pada tempat pemandian umum contohnya menggunakan bak renang bersama-sama
  5. Hidup bersama, mengembangkan makanan atau menggunakan alat makan secara bersama dengan ODHA
  6. HIV dan AIDS sanggup menular jawaban gigitan serangga contohnya nyamuk
Berdasarkan isu yang berkembang pada masyarat mengenai penularan HIV kita akan cenderung mengganggap bahwa HIV itu yaitu virus mematikan yang sanggup menular dengan mudahnya kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun. Padahal dalam kenyataannya tidak ibarat yang masyarakat bayangkan.


2.2 Apa itu HIV/AIDS
Masyarakat sering mendengar nama penyakit tersebut dan merasa takut akan hadirnya penyakit tersebut. Tetapi bersama-sama masyarakat belum mengetahui secara terang apa itu HIV dan apa itu AIDS. HIV (Human Imunodeficiensi Virus) yaitu virus penyebab AIDS. Terdapat dalam cairan tubuh pengidapnya ibarat darah, air mani atau cairan vagina. Pengidap HIV akan tampak sehat hingga HIV menjadi AIDS dalam waktu 5-10 tahun kemudian. Walaupun tampak sehat mereka sanggup menularkan HIV pada orang lain. AIDS (Aquired immune Deficiency Syndrome) atau sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV sehingga tubuh tidak sanggup memerangi penyakit.
Pengertian HIV sendiri yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh insan yang kemudan menimbulkan AIDS.
AIDS yaitu kumpulan tanda-tanda penyakit jawaban menurunnya sistem kekebalan tubuh insan yang didapat (bukan lantaran keturunan), tetapi disebabkan oleh virus HIV.
Seperti isu yang telah berkembang di masyarakat mengenai cara penularan HIV bersama-sama terjadi kekeliruan pada pandangan masyarakat tersebut. Sebenarnya HIV hanya sanggup menular melalui 4 cairan tubuh yaitu cairan sperma, cairan vagina, darah, dan yang terbaru ditemukan bahwa virus HIV terdapat pada cairan sumsum tulang belakang. Penularan HIV itu sendiri sanggup terjadi melalui beberapa cara:
  1. Melalui korelasi sex yang tidak terlindung (anal, oral, vaginal) dengan pengidap HIV
  2. Melalui transfuse darah atau menggunakan jarum suntik secara bergantian
  3. Melalui ibu hamil pengidap HIV pada bayi yang dilahirkan dan dari ibu ke anak selama menyusui.
HIV tidak ditularkan melalui pergaulan ibarat berjabat tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, peralatan makan, gigitan nyamuk, penggunaan jamban atau tinggal serumah, kontak dengan penderita yang betuk atau bersin. Hal ini menjawab bahwa isu yang berkembang di masyarakat tidaklah benar.
Siapapun bisa saja tertular HIV dan tanda-tanda yang diltimbulkan tidak sanggup di bedakan dengan orang sehat kebanyakan lantaran penampilan luar seseorang tidak menjamin mereka bebas HIV. Orang dengan HIV positif sering terlihat sehat dan merasa sehat sebelum melaksanakan tes darah. Apabila melaksanakan tes HIV barulah seseorang mengetahui dan menyadari bahwa dirinya tertular HIV. Tes HIV merupakan satu-satunya untuk mendapatkan kepastian tertular HIV atau tidak. Pelayanan tes darah ini telah disediakan oleh pemerintah di rumah sakit atau puskesmas dengan tidak dipungut bayaran.
Setelah terinveksi HIV biasanya tidak ada tanda-tanda dalam waktu 5-10 tahun. Kemudian AIDS mulai berkembang dan memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut:
1. kehilangan berat tubuh secara drastis
2. diare yang berkelanjutan
3. pembekakan di leher dan di ketiak
4. batuk terus menerus
Setelah mengetahui apa itu HIV/AIDS pastilah muncul di fatwa kita bagaimana upaya untuk mencegah penularan HIV. Pencegahan HIV sangat mudah, tergantung pada prilaku kita sendiri. Pencegahannya sanggup dilakukan dengan model pencegahanABCDE yaitu:
1. Absen Seks yaitu tidak melaksanakan korelasi seks sama sekali
2. Befaithfull yaitu saling setia dengan pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan seks
3. Condom yaitu selalu menggunakan kondom bila melakukkan korelasi seks beresiko baik lewat vagina, dubur, ataupum mulut
4. Don’t Inject yaitu tidak menggunakan alat-alat suntik atyau jarum bekas apalagi menggunakan narkoba suntik
5. Education yaitu selalu mengikuti perkembangan informasi tentanng HIV/AIDS melalui membaca, berbicara mengenai HIV/AIDS untuk menambah pengetahuan.
2.3 Masalah- Masalah yang sanggup timbul oleh penyakit HIV/AIDS
2.3.1 Masalah Kejiwaan
Masalah kejiwaan pada penderita HIV positif berkisar pada ketidakpastian dan penyelesaian. Ketidakpastian perihal kehidupan, terutama kehidupan keluarga dan pekerjaan. Sebagai jawaban ketidakpastian, penderita harus melaksanakan penyesuaian-penyesuaian. Berbagai masalah kejiwaan yang terjadi antara lain :

1. Ketakutan
Penderita HIV Positif dibayangi ketakutan : ketakutan mati dan terutama mati sendiri dalam keadaan kesakitan. Ketakutan sanggup terjadi atas dasar pengalamannya melihat sobat atau kekasihnya yang sakit atau meninggal lantaran AIDS. Ketakutan sanggup pula terjadi lantaran kurangnya pengetahuan perihal cara pengendalian masalah-masalah yang dihadapi. Ditinjau dari segi kejiwaan, ketakutan sanggup ditanggulangi dengan pemberian klarifikasi yang terbuka perihal cara-cara mengatasi kesulitan termasuk pinjaman dari teman-teman, keluarga dan konselor.

2. Kehilangan
Penderita HIV Positif merasa kehilangan hidupnya, semangatnya, kegiatan fisiknya, korelasi seksual, kedudukan sosial, kemantapan keuangan dan keterbatasan. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan untuk perhatian, penderita juga mengalami perasaan kehilangan “privacy” dan pengaturan terhadap hidupnya yang paling sering hilang yaitu penanaman kemandirian, merasa ketakutan akan masa depan, ketidakmampuan menyayangi, pada pandangan yang negatif atau “stigma” bagi yang lain. Pada sebagian besar penderita, kesadaran terinfeksi HIV merupakan peristiwa kematian.




3. Duka Cita
Penderita HIV positif sering merasa sedih kehilangan pengalaman dan harapannya. Mereka sering sedih atas kepribadian yang ditunjukkan oleh saudara, kekasih, atau teman-teman, yang merawat dan memperhatikan yang semakin menurun
4. Bersalah
Penderita HIV positif sering merasa bersalah perihal kemungkinannya menulari orang lain atau perihal perilakunya yang menyebabkannya terinfeksi. Juga merasa bersalah telah menimbulkan keluarganya sakit, khususnya anaknya. Bila rasa bersalah ini tidak sanggup diatasi sanggup menimbulkan rasa bersalah yang makin mendalam

5. Depresi
Depresi sanggup timbul lantaran aneka macam penyebab. Belum adanya pengobatan dan sebagai jawaban perasaan kehilangan tenaga, kehilangan dari kontrol pribadi yang terkait dengan seringnya investigasi medis, dan pengetahuan bahwa virus sanggup membunuh, merupakan faktor yang penting.

Demikian pula pengetahuan perihal orang-orang lain yang sakit atau meninggal jawaban benjol HIV dan pengalaman mereka yang kehilangan potensi untuk berprokreasi dan rencana jangka panjang sanggup menimbulkan depresi.

6. Menolak
sebagai masyarakat sanggup menawarkan reaksi menolak terhadap pemberitahuan bahwa mereka menderita benjol HIV untuk sebagian orang, penolakan tersebut sanggup merupakan cara positif untuk menghindari shock terhadap diagnosis.
Bagaimanapun, apabila hal tersebut menetap, penolakan sanggup merugikan, lantaran masyarakat umum masih belum sanggup mendapatkan tanggung jawab sosial kehidupan bersama penderita HIV positif.


7. Cemas
Kecemasan yang kemudian menjadi kesulitan dalam kehidupan seseorang dengan HIV, menggambarkan ketidakpastian yang berkaitan dengan infeksi.
Berbagai penyebab dari kecemasan mencakup hal-hal sebagai berikut :
·      Prognosa jangka pendek dan jangka panjang.
·      Resiko benjol dengan penyakit lain.
·      Resiko menularkan HIV pada orang lain.
·      Penolakan kehidupan sosial, kehidupan seksual dan pekerjaan.
·      Dikucilkan, diisolir dan ketakutan secara fisik.
·      Ketakutan akan mati dalam kesakitan dan tidak dihargai.
·      Ketidakmampuan merubah lingkungan dan tanggung jawab terinfeksi.
·      Bagaimana memastikan pemeliharaan kesehatan terbaik dimasa yang akan datang.
·      Kemampuan keluarga dan orang-orang yang dicintai untuk menerima.
·      Kemampuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan perawatan gigi.
·      Kehilangan hal-hal yang bersifat pribadi dan kemandirian.
·      Penolakan terhadap kehidupan sosial dan seksual dimasa mendatang.
·      Penurunan kemampuan dan kehilangan kemandirian dibidang keuangan. 
8. Marah
Sebagai orang merasa sangat murka lantaran merasa “tidak beruntung” mendapatkan benjol HIV. mereka merasa bahwa gosip perihal mereka diberikan secara buruk. Kemarahan sanggup merupakan jawaban dari rasa menyalahkan diri sendiri mendapatkan benjol HIV atau sanggup pula merupakan perwujudan dari sikap merusak diri sendiri / bunuh diri.

9. Tindakan atau fatwa untuk bunuh diri
Mereka yang menderita HIV positif, mempunyai kecenderungan peningkatan fatwa bunuh diri. Bunuh diri dianggap merupakan jalan keluar dari kesakitan, ketidakmampuan, dan perasaan malu terhadap orangorang yang dikasihi. Bunuh diri sanggup dilakukan secara aktif (menyakiti diri sendiri hingga mati) atau pasif (merahasiakan komplikasi yang sanggup berakibat fatal)

10. Kehilangan harga diri
Penolakan oleh teman, kekasih, kenalan, sanggup menimbulkan perasaan kehilangan kemandirian dan identitas sosial, sehingga menimbulkan perasaan kehilangan harga diri. Hal ini sanggup pula diikutkan dengan efek benjol HIV ibarat kerusakan wajah, penurunan kondisi fisik dan lain-lain.

11. Hypochondria dan Obsesi
Masalah kesehatan dan perubahan fisik atau perasaan sanggup menimbulkan hypochondria. Hal ini sanggup terjadi pribadi sesudah didiagnose dan sanggup menetap pada mereka yang mempunyai kesulitan untuk mendapatkan penyakitnya (HIV)

12. Aspek Spiritual
Perasaan perihal kematian, kesepian dan kehilangan kontrol sanggup meningkatkan perhatian ke masalah spiritual dan agama. Perasaan berdosa, bersalah, pemberian maaf, damai, dan penerimaan sanggup merupakan pecahan dari diskusi keagamaan

2. 3.2 Masalah Sosial
ODHA mendapat stigma (cap negatif) dan diskriminasi dari masyarakat di sekitarnya.Ini nampak dari begitu banyak penderita mendapatkan perlakuan yang berbanding terbalik sebelum terdiagnosa HIV. Pada rentang antara 10-12 tahun HIV memunculkan AIDS. Jadi, sang penderita menghadapi stigma dan diskriminasi pada 10 tahun itu. Ini muncul lantaran persepsi keliru atas HIV dan AIDS terutama media penularan serta pandangan mengenai masalah ini yaitu masalah medis.
Stigma yaitu alat kontrol sosial terampuh dalam menilai pihak berkarakteristik tertentu, maka dalam kerangka stigma dan diskriminasi HIV dan AIDS bersama-sama yaitu dilema sosial yang tatarannya sama dengan kemiskinan, kebodohan, dan apatisme, yang merupakan masalah semua orang.
Diskriminasi terhadap ODHA terlihat dalam kehidupan sehari-hari ibarat contoh-contoh dibawah ini
a.        Pada ketika masyarakat mengadakan upacara-upacara yang memerlukan pinjaman dari seluruh krama desa, ODHA tidak diperbolehkan untuk membantu bekerja lantaran takut tertular. Tetapi bersama-sama ODHA bisa saja membantu dalam pekerjaan yang tidak akan menimbulkan luka atau hingga mengeluarkan darah.
b.       Dalam dunia kerja, ODHA sering dikucilkan dari pergaulan rekan-rekan kerjanya dan ada pula insiden dimana ODHA harus di PHK lantaran penyakit yang di deritanya itu. Untuk mencari lapangan pekerjaan juga merupakan hal yang tidak gampang bagi mereka, banyak perusahaan yang menolak orang-orang dengan HIV untuk bekerja padahal kalau kita lihat pengidap penyakit ini ada pada tataran usia produktif kerja. Tentunya pembatasan kerja yang dilakukan bersama-sama akan mematikan aneka macam sektor kerja yang ada.
c.        Dalam keluarga, ODHA juga kadang kala diberikan perlakuan yang tidak sama dengan keluarga lainnya, contohnya dikirim keluar kota, dihentikan bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, dan dihentikan pula membuka statusnya sebagai pengidap HIV lantaran keluarga masih menganggap hal itu sebagai malu yang harus disembunyikan selamanya.
d.      Dalam dunia medis, perlakuan diskriminasi yang terjadi pada ODHA contohnya ketika seorang penderita yang harus mendapat operasi lantaran suatu penyakit atau kecelakaan mendadak harus dibatalkan lantaran statusnya sebagai pengidap HIV.
Sebenarnya perlakuan diskriminasi ibarat diatas tidak perlu terjadi seandainya semua orang mempunyai pengetahuan perihal HIV/AIDS dan bagaimana proses infeksinya. Orang-orang dengan HIV sebenarny8a yaitu orang-orang yang patut diberikan dukungan biar di sisa hidupnya yang tidak usang lagi bisa berbuat banyak untuk sesama baik untuk orang yang belum terinfeksi maupun yang telah terlanjur terinfeksi.
2. 3.3 Masalah Ekonomi
HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah insan dengan kemampuan produksi (human capital).Tanpa nutrisi yang baik, akomodasi kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak sanggup bekerja, tetapi juga akan membutuhkan akomodasi kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menimbulkan runtuhnya ekonomi dan korelasi di daerah. Di tempat yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat janjkematian (mortalitas) di suatu tempat akan menimbulkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti lantaran sakit juga akan mengurangi produktivitas.
Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan prosedur produksi dan investasi sumberdaya insan (human capital) pada masyarakat, yaitu jawaban hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua. Karena AIDS menimbulkan meninggalnya banyak orang cukup umur muda, ia melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik ibarat pendidikan dan akomodasi kesehatan lain yang tidak bekerjasama dengan AIDS. Ini menawarkan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, training (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi bila peningkatan tajam mortalitas orang cukup umur menimbulkan berpindahnya tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani para anak yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menimbulkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan menimbulkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga imbas pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukkan bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.


















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian HIV sendiri yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh insan yang kemudan menimbulkan AIDS.
AIDS yaitu kumpulan tanda-tanda penyakit jawaban menurunnya sistem kekebalan tubuh insan yang didapat (bukan lantaran keturunan), tetapi disebabkan oleh virus HIV.
Masalah- Masalah yang sanggup timbul oleh penyakit HIV/AIDS
1.      Masalah kejiwaan
2.      Masalah social
3.      Masalah ekonomi

Saran – Saran
  1. Diharapkan pada masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan keberadaan ODHA yang berada di sekitar lingkungan masyarakat.
  2. Agar terhindar dari HIV/AIDS sebaiknya masyarakat berperilaku seks yang sehat dan kondusif ibarat tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom ketika melaksanakan korelasi seksual.




DAFTAR PUSTAKA
http://AIDS-Wikipedia bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas
http://HIV AIDS Tidak hanya menyangkut masalah medis tetapi juga masalah social
http://Masalah Kejiwaan penderita HIV AIDS
http://PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI MASALAH PSIKOSOSIAL HIV AIDS            
      perawatanonline.com
Maryunani anik,ummu aeman,2009. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
       Penatalaksanaan Dipelayanan bidan. Jakarta: Trans Info Media
Nasronudin, 2007. HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekul Klinis dan social. Surabaya :
       Airlangga University Press








 

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Masalah Hiv/Aids"

Posting Komentar