Model Pembelajaran Debat

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Model pembelajaran DEBAT


A. PENGERTIAN DEBAT
Debat yaitu kegiatan tubruk argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan menetapkan problem dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif menyerupai parlemen, terutama di negara-negara yang memakai sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang terang dan hasil dari debat sanggup dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.

Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal yaitu debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif yaitu debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang terang dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk memilih pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif yaitu tim yang berhasil memperlihatkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak menyerupai debat tolong-menolong di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk membuatkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, menyerupai kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, terang dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa gila (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada banyak sekali format debat parlementer yang masing-masing mempunyai aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui yaitu World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya memakai bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada proteksi penerjemah bagi akseptor manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memperlihatkan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya memakai bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif berpengaruh antara lain Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas yaitu Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Nasrani Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari banyak sekali wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama yaitu Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga sekarang (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).


2. Berbagai gaya debat parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. usang waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. kiprah yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang dihentikan dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, banyak sekali kompetisi juga mempunyai aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa ketika sebelum debat dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya memakai victory point (VP) untuk memilih peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan yaitu power matching
Format debat parlementer sering memakai peristilahan yang biasa digunakan di debat tubuh legislatif sebenarnya:

Topik debat disebut mosi (motion)
Tim Afirmatif (yang baiklah terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)

a. Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga karenanya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
Pidato epilog pihak Oposisi - 5 menit
Pidato epilog pihak Pemerintah - 5 menit

Pidato epilog (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato epilog dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato epilog dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, gres Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut sanggup didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup terang dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai kepingan dari definisi dan apa yang dihentikan dilakukan.

Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memperlihatkan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel sanggup bersifat unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup terkenal terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang memakai format ini yaitu Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).



b. Asian Parliamentary ("Asians")
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs yaitu adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga menyerupai dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].

c. British Parliamentary ("BP")
Gaya debat parlementer ini banyak digunakan di Inggris namun juga terkenal di banyak negara, lantaran format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip


Urutan berbicara yaitu sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Deputy Prome Minister - 7 menit
Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Government Whip - 7 menit
Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk memberikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan sanggup mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan undangan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk memberikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di tamat debat, juri memilih urutan kemenangan dari peringkat 1 hingga 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan menciptakan keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.



d. Format World Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) sanggup dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato yaitu sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
Pidato epilog Oposisi - 4 menit
Pidato epilog Proposisi - 4 menit

Pidato epilog (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) menyerupai dengan format BP. POI hanya sanggup diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga memakai format ini.



e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)

Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:

Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan sanggup ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya sanggup diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum terkenal dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

3. Debat kompetitif selain debat parlementer
Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berafiliasi dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan kiprah Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan program debat tipe ini hanya mempunyai satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat anjuran lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga mempunyai persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah anjuran alternatif (counterplan) yang menciptakan anjuran utama menjadi tidak dibutuhkan sanggup menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang kala membutuhkan waktu yang usang untuk mengambil keputusan lantaran semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal yaitu tipe debat yang lebih terkenal dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen gres dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang dihentikan berisi argumen gres namun sanggup berisi fakta pendukung gres untuk membantu sanggahan. Biasanya, setelah setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk melaksanakan investigasi silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap gosip yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibentuk dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum terkenal dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum terkenal dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

C. KEGIATAN LAIN YANG SERUPA
Model United Nations
Model United Nations yaitu kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, akseptor memainkan kiprah sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal tolong-menolong dari tim tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, mempunyai kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa aturan di tingkat universitas.

D. MODEL PEMBELAJARAB DEBATE
Debat yaitu model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi materi didik untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing menciptakan kesimpulan dan menambahkannya jika perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan yaitu dengan model debat aktif.

Model debat aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana pelaku debat yaitu siswa SD yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang berpengaruh untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut sanggup dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya “ayam tolong-menolong juga termasuk hewan carnivora (pemakan daging)”.
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
Satu kelompok yaitu sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain yaitu sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat supaya tidak terjadi “Debat kusir”.

F. LANGKAH LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Guru membagi dua kelompok akseptor debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memperlihatkan kiprah untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, ketika itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya hingga sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah wangsit yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau wangsit yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa menciptakan kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

H. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Ketika memberikan pendapat saling berebut
2. Saling tubruk argument yang tak kunjung selesai jika guru tidak menengahi
3. Siswa yang pintar berargumen akan slalu aktif tapi yang udik berargumen hanya membisu dan pasif. 
Debat yaitu kegiatan tubruk argumentasi antara dua pihak atau lebih MODEL PEMBELAJARAN DEBAT


Sumber http://jurnalbidandiah.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Model Pembelajaran Debat"

Posting Komentar