“Standardizied Patient”

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

 

APA YANG DIMAKSUD DENGAN SP – standardized patient ?

SP yaitu individu yang dirancang dan dilatih untuk bisa menunjukkan gejala (“sign”) atau keluhan (“symptom”) tertentu dari satu jenis kondisi medik yang diujikan.
SP yaitu sesosok badan individu yang disimulasikan sebagai sesosok pasien dengan kondisi medik tertentu untuk kepentingan latihan atau ujian ketrampilan klinik..
Pilihan SP didasarkan pada kecerdasan dan perhatian dari individu terpilih terhadap kegiatan OSCE. SP bertindak sebagai pemain film atau aktris yang bekerja secara profesional dan sukarela.
TAPteaching associate professional yaitu SP yang dilatih khusus untuk memperagakan acara tertentu guna pemeriksaan fisik terhadap tubuhnya.
SP untuk OSCE tidak hanya disiapkan untuk kegiatan anamnesa namun juga dibutuhkan sanggup menunjukkan “body language”, emosi atau kepribadian tertentu sesuai yang diharapkan. Masing-masing SP telah dilatih secara benar sehingga seorang dokter yang telah mempunyai ketrampilan sekalipun tidak akan dengan gampang menghadapinya.
Pikiran memakai SP dikembangkan oleh Dr.Howard S Barrows seorang neurologis. Saat ini seluruh Fakultas Kedokteran di USA telah memakai SP untuk pengajaran atau ujian di Fakultas Kedokteran. SP tidak sanggup menggantikan pasien nyata. Mereka hanya merupakan sumber pembelajaran realistik bagi mahasiswa yang sedang berguru ketrampilan anamnesa dan pemeriksaan klinik sebelum mereka kelak berhadapan pribadi dengan pasien yang sebenarnya.

 

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN SP

  • SP sebanding dengan pasien bekerjsama (valid).
  • SP sanggup berperan “standard” dan sanggup diulang (reliable).
  • SP tersedia setiap ketika dan dimana saja (convenient).
  • Fakultas sanggup memilih dan mengendalikan tingkat kesulitan dari “encounter clinic”.
  • Penggunaan SP menghindari ketidaknyamanan (“inconvenience”), gangguan (“uncomfortable”) atau ancaman (“harm”) pada pasien yang nyata.
  • “encounter clinic” dengan SP meminimalisir kecemasan mahasiswa
  • SP sanggup memberi umpan balik yang bersifat segera dan konstruktif.
Untuk kepentingan praktek perlu disusun satu acara training tertentu dan SP sanggup merupakan satu jenis pekerjaan untuk pendidikan yang bersifat profesional.
Pusat Ketrampilan Klinik yaitu “wadah” klinik dengan 10 Ruang Pemeriksaan dan satu ruang Pusat Pengawasan. Ruang Pemeriksaan dilengkapi dengan meja investigasi – instrumen diagnostik - daerah basuh tangan dan sabun – sarung tangan dan kertas pengering.
Ruang Klinik juga dilengkapi dengan kamera monitor dan audio serta perlengkapan umpan balik.
Ruang Pengawasan yaitu ruangan yang dilkengkapi dengan 10 monitor berwarna untuk Ruang Pemeriksaan – “head set” – video recorder dan mikrofon.
Kunci untuk sanggup berinteraksi dengan SP yaitu berafiliasi dengan mereka sebagaimana layaknya seorang ‘pasien nyata” dengan kondisi medik tertentu.
SP dilarang melaksanakan interupsi terhadap mahasiswa atau memberi informasi terhadap mahasiswa. Mahasiswa dilarang berkomunikasi dengan SP diluar konteks hubungan pasien – dokter. Tindakan tersebut sangat memalukan baik bagi SP maupun mahasiswa.
Panduan “Time-In” dan “Time-Out.
Pada ketika SP dipakai pada sesi pembelajaran pada kelompok kecil, maka sanggup dipakai format “Time-In dan Time Out” . Panduan untuk itu sangat sederhana.
Bisa dibayangkan bahwa SP sedang duduk dalam Ruang Klinik, menunggu ketika kedatangan mahasiswa. SP tidak mengenal kelompok yang akan menemuinya hingga beliau berperan sebagai “pasien”
Satu mahasiswa memulai wawancara dengan memperkenalkan dirinya dan menanyakan alasan kunjungan pasien (keluhan utama)
Bila mahasiswa dalam “station” menjadi tidak nyaman atau tak tahu lagi apa yang diucapkan maka beliau sanggup menunjukkan tanda “time-out”. SP akan segera menghentikan kiprahnya dan bersikap seolah olah sedang menunggu dokter. Bila mahasiswa bersangkutan sudah siap untuk melanjutkan wawancara maka beliau akan menunjukkan tanda “Time-In”
Mahasiswa sanggup meminta proteksi dalam periode “Time Out” namun tidak untuk waktu yang lama.
Bila pelatih memerlukan waktu untuk memperbaiki atau menekankan suatu hal, maka beliau juga sanggup memberi tanda “Time-Out”
Hanya fasilitator atau mahasiswa dalam “station” yang sanggup meminta “Time-Out”
Setelah semua mahasiswa melaksanakan wawancara, pelatih akan meminta SP untuk meninggalkan ruangan kelas dan mulai menunjukkan umpan balik pada mahasiswa.
Sumber https://reproduksiumj.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "“Standardizied Patient”"

Posting Komentar