Penyakit Herpes Zoster

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Dr. Suparyanto, M.Kes

PENYAKIT HERPES ZOOSTER




BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Herpes zoster telah dikenal semenjak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. 1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri mahir unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
       Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 masalah berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% masalah berusia di bawah 20 tahun. Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus varisela zoster berpindah daerah dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi abses laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap memiliki kemampuan untuk bermetamorfosis infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga lantaran keadaan tertentu yang berafiliasi dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap abses endogen.
Komplikasi herpes zoster sanggup terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak yaitu neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten sehabis krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 masalah terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara pribadi atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini sanggup terjadi oleh lantaran defek imunologi lantaran keganasan atau pengobatan imunosupresi.
Secara umum pengobatan herpes zoster memiliki 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
1
1.2 Tujuan
·      Tujuan Umum
Mahasiswa sanggup mengetahui penyakit herpes zoster
·      Tujuan Khusus
-          Mahasiswa mengetahui factor agent, host dan environment dari herpes zoster
-          Mahasiswa mengetahui pencegahan, pemberantasan dan pengobatan atau penatalaksanaan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Herpes zoster yaitu radang kulit akut yang bersifat khas menyerupai gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).
Herpes zoster yaitu sutau abses yang dialami oleh seseorang yang tidak memiliki kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).
·      Epidemiologi
Herpes zoster sanggup muncul disepanjang tahun lantaran tidak dipengaruhi oleh animo dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju menyerupai Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya lantaran varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali kalau daya tahan badan menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan masalah hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.
·      Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
1.      Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan abses virus herpes zoster yang mengenai kepingan ganglion gasseri yang mendapatkan serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf  trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai tanda-tanda konstitusi menyerupai lesu, demam ringan.



3
                Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.
2.      Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan abses virus herpes zoster yang mengenai kepingan ganglion gasseri yang mendapatkan serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.
3.      Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan abses virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.

4

4.      Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan abses virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

5.      Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan abses virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6.      Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan abses virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.




5
2.2 Faktor Agent
     Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes sanggup menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, menyerupai yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang terkontaminasi dan sentuhan keatas gelembung/lepuh yang pecah. Seseorang yang telah mengalami cacar air kemudian sembuh, bahu-membahu virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi didalam sel ganglion dorsalis system saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan badan (immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk herpes zoster dimana tanda-tanda yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terjangkit virus varicella  zoster maka tidak pribadi mengalami penyakit herpes akan tetapi mengalami cacar air telebih dahulu.
2.3 Faktor Host
Cara penularan penyakit cacar air (herpes) secara umum , seluruh jenis penyaakit herpes sanggup menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, menyerupai yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk,, pakaian yang terkontaminasi dan sentuhan keatas gelembung/lepuh yang pecah.
2.4 Faktor Environment
Lingkungan yang tidak terpelihara akan praktis sekali untuk terkena penyakit bagi para penduduknya, terutama penyakit menular. Agar semua yang kita takutkan selama  ini tidak menimpa kita dan penduduk yang lain, maka alangkah lebih baiknya kita sama-sama menjaga lingkungan hidup kita, lantaran tidak ada yang membersihkannya, kecuali dengan perjuangan kita biar terjadi penyakit yang sanggup menular ke semua penduduk.
Unsur penyebab penyakit yaitu unsur biologis. Butuh daerah ideal berkembang biak dan bertahan. Reservoir yaitu organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup normal dan berkembang biak. Reservoir sanggup berupa manusia
2.5 Portal of Entry and Portal of Exit
·      Portal of Entry
Pintu masuknya agent kedalam host melalui oral (udara pernapasan) dan kulit
6
·       Portal of Exit
Pintu keluarnya agent dari host melalui napas dan kulit (sentuhan)
2.6 Tranmisi
Herpes zoster ditularkan antar insan melalui kontak langsung, salah satunya yaitu melalui pernapasan (oral udara) atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer pribadi dari kulit melalui tranmisi fetomaternal, sehingga virus tersebut sanggup menjadi epidemik di antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara sedikit demi sedikit sebagai kepingan dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita imunosupresi, menyerupai pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai kepingan dari infeksi oportunistik.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang sanggup ditempuh yaitu pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster sanggup berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen.Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti sanggup mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi.
3.2 Pemberantasan
    Untuk memberantas cacar/herpes, setiap wabah harus dilarang dari menyebarnya, isolasi khusus dengan vaksinasi semua orang yang tinggal didekat. Proses ini dikenal sebagai dikenal sebagai “cincin vaksinasi”. Kunci untuk starategi ini pemantauan masalah dalam masyarakat (dikenal sebagai pengawasan ) dan penahanan.
3.3 Pengobatan/Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu pengobatan abses virus akut, pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan dengan penyakit tersebut, dan pencegahan terhadap neuralgia pascaherpes. Penggunaan biro antiviral dalam kurun waktu 72 jam sehabis terbentuk ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit akhir ruam tersebut. Apabila ruam telah pecah, maka penggunaan antiviral tidak efektif lagi. Contoh beberapa antiviral yang biasa dipakai untuk perawatan herpes zoster yaitu Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir.
Untuk meringankan rasa sakit akhir herpes zoster, sering dipakai kortikosteroid oral (contoh prednisone). Sedangkan untuk mengatasi neuralgia pascaherpes dipakai analgesik (Topic agents), antidepresan trisiklik, dan antikonvulsan (antikejang).
Contoh analgesik yang sering dipakai yaitu krim (loion) yang mengandung senyawa calamine, kapsaisin, dan xylocaine. Antidepresan trisiklik sanggup aktif mengurangi sakit akhir neuralgia pascaherpes lantaran menghambat peresapan kembali neurotransmiter serotonin dan norepinefrin. Contoh antidepresan trisiklik yang dipakai untuk perawatan herpes zoster yaitu Amitriptyline, Nortriptyline, Nortriptyline, dan Nortriptyline. Untuk mengontrol sakit neuropatik, dipakai antikonvulsan menyerupai Phenytoin, carbamazepine, dan gabapentin.

9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Herpes zoster yaitu radang kulit akut yang bersifat khas menyerupai gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).
 Cara penularan herpes zoster dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu
·      Factor agent
·      Factor host
·      Environment
·      Tranmisi
4.2 Saran
Kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih berbagai kekurangan. Oleh lantaran itu kami segenap tim penyusun mohon maklum adanya karna kami masih dalam tahab pembelajaran. Akhir kata kami segenap tim penyusun mohon balasan berupa kritik dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Arif M, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius
  2. Enjantjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti
  3. DjuandaA,Djuanda S, Hamzah M.,Aisah S.,editor.1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia
  4. Arnold HL, Odom Rb, James WD.Andrews disease of the skin.1990. Clinical dermatology.8th ed. Philadhephia WB Saunders Company
  5. http://nyomankandun.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderfiles/manual_p2m.pdf




 

Sumber https://dr-suparyanto.blogspot.com/
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Penyakit Herpes Zoster"

Posting Komentar